Melihat Alvaro Recoba, Cristian Vieri sampai kiper Francisco Toldo itu buat saya kagum. Tapi, bukan mereka yang bikin saya kadung menyukai Inter. Ada seorang striker asal Brazil yang pada saat itu masih plontos sebelum ada rambut tipis diatas dahi.
Yup, Ronaldo Luiz Nazario da Lima. Striker yang bikin saya punya mimpi, kalau saja bisa jadi pemain bola saya akan menjadi striker. Karena yang saya rasakan, mencetak gol itu sesuatu yang menyenangkan dan membuat happy. Mungkin pas awal kesan terhadap Ronaldo tidak terlalu. Karena komposisi pemain inter saat itu salah satu yang terbaik menurut saya. Jadi akhirnya memutuskan untuk ya, saya suka Inter saja, tak perlu mengidolakan pemain.
Tapi, saat Piala Dunia 2002. Ketika Ronaldo mencetak gol 2 kali ke gawang Oliver Kahn yang merupakan pemain terbaik ajang tersebut, itulah momen yang membuat saya menjadi merasa. Saya jadi semakin kagum terhadap sosok yang mempunyai julukan The Phenomenon tersebut.
---
Di sebuah warung kopi di daerah Jeulingke. Tepatnya jika kalian mengendarai kendaraan pribadi dari arah Lampriet. Maka ambillah jalan lurus sampai bertemu tugu simpang mesra. Lalu belok ke kiri dan tidak jauh dari situ terdapat warung kopi bernama Rawasakti. Itulah warkop tempat saya selalu nobar bola di 4 tahun terakhir.
Seorang fans Paris-Saint Germain memakai Jersey klub asal kota Paris tersebut. Kala itu di malam dinihari PSG melawan Manchester City. Tepatnya di semifinal leg kedua Liga Champions, 5 Mei 2021. Yup itu adalah pertemuan antara dua tim yang paling dibenci karena 'katanya' kekuatan finansialnya merusak sistem industri sepakbola era saat ini.
Tidak ada yang salah dengan dia yang memakai Jersey tersebut. Tapi sayup-sayup terdengar ocehan seorang penonton di warkop tersebut yang mengatakan sesuatu dalam bahasa Aceh.
"Menyoue PSG taloe, nyan bajee jeut ke ija lap"
Dalam bahasa Indonesia bisa diartikan:
"Semisal PSG kalah, itu baju (Jersey PSG) jadi kain lap saja"
Yup banteran di sosmed tidak bisa seperti ini. Karena tidak bisa diretweet atau direply langsung.