Ini yang membuat kita bisa menarik pertanyaan kenapa teori masalah seperti kubus dan ego melalui dua teori di atas menjadi berkaitan. Jika kita tahu jika ego adalah baik jika bisa ditempatkan sebaik mungkin sesuai posisinya maka kita akan lebih mudah melihat masalah dengan perspektif kubus. Beberapa masalah yang dialami Aceh diatas berkaitan dengan cara melihat masalah dan bagaimana kita menempatkan diri kita dalam sebuah masalah.
Apakah menutup usaha rental game mempengaruhi berkurangnya anak-anak bermain dan lupa waktu? Tidak juga. Menutup atau bisa dibilang tidak mengijinkan buka rental game sama saja menyetop rezeki orang lain. Kenapa tidak diberitahu saja pengusaha warnet untuk membuat aturan maksimal maen game di setiap tempat rental game agar anak-anak itu tidak bablas saat puasa.
Bagaimana ketika Karaoke jadi tempat mesum muda mudi kita harus melihat sisi muda mudi lain yang tidak ada sangkut paut dengan masalah ini. Pemberlakuan jam malam bukan solusi. Jika ada muda mudi mesum di karaoke padahal karaoke punya izin dari pemkot siapa yang salah? Seharusnya kan bisa diberi peringatan untuk tidak karaoke bagi muda-mudi di atas jam 10 malam dan tidak boleh berpasangan? Saya jadi ingat dengan tulisan yang tertera di salah satu karaoke di Aceh.
'Dilarang bercampur pria wanita di dalam satu bilik karaoke'
Akan ada Mesum? tidak sama sekali. Kecuali laki dan laki maupun perempuan dan perempuan kayak yang terjadi di US.
Pemberlakuan jam malam untuk kaum Hawa hanya karena kasus karaoke saya rasa tidak bisa menjadi patokan. Katanya jam 10 malam ke atas itu rawan pemerkosaan dan tindak kejahatan. Berarti seharusnya polisi yang patroli jam segituan kan ya? Saya selalu berpikir bukan orang yang salah tapi sistem yang belum baik. Setahu saya juga bukankah setiap orang sadar diri diatas jam 10 malam bakalan pulang ke rumah karena adab ketimuran begitu? Jikapun sulit kenapa tidak penyuluhan ke orang tua saja. Sosialisasi tentang berbahayanya berkeliaran malam hari.Â
Kalau alasannya mencegah pemerkosaan itu kurang tepat toh pemerkosaan bisa terjadi kapan saja sesuai dengan kapan si pelaku mau. Memang mesti di atas jam 10 malam? Bukankah dunia adalah tempatnya kejahatan pula? Kapan pun para penjahat mau ya mereka akan melakukan kejahatan apapun.
Memang sih Stand Up Comedy jadi ladang buat berbicara sesuai pendapat kita. Tapi entah mengapa kaitan antara agama orang dan seni tertentu yang bukan asli daerah selalu dikaitkan dengan hal kristenisasi? Kasian teman saya om Sammy Notaslimboy yang niatnya menghibur. Lalu apakah pembatasan acara seni di malam hari yang cuma bisa nampil 1 jam lebih saja itu efektif? Membunuh waktu pertunjukan seni para seniman hanya membuat masalah baru. Apa pentingnya sih dibatasin? Katanya kota Madani. Tapi kemajemukan tidak ada yang bisa diakomodir dengan baik. Selalu menjadikan Syariat Islam sebagai kedok untuk membatasi orang. Padahal agama adalah untuk membuat keteraturan berkehidupan di dunia bukan malah menyusahkan.
Meugang bukan bagian yang patut disalahkan ketika ada kemiskinan yang mendera. Semenjak kapan miskin hanya karena tradisi atau budaya yang sekali setahun? ada grafiknya kah? jangan-jangan ini hanya untuk menyerang pemerintahan Aceh sekarang? Kok gaya satirnya kocak ya?
Jika ada masalah di bagian Khutbah apakah ada interupsi secara langsung dengan berteriak dan saling membantah? Islam mengajarkan etika dan setahu saya orang Aceh tahu adab. Katanya Peumulia Jamee Adat Geutanyoe (Memuliakan Tamu Adat Kita) Tapi memuliakan Mesjid saja susah sekali. Di dalam mesjid saling adu argumen. Gak malu apa di rumah Allah berantem demi mengatakan siapa paling benar? Tidak adakah tempat lain untuk berdiskusi dengan baik?Â
Atjeh Pungo Pisan jilid 2 ini muncul karena betapa resahnya saya akan masalah yang muncul tapi bukannya dibereskan demi kemaslahatan tapi malah bikin konflik lagi. Suasana Aceh yang panas diatas 33 derajat celcius ditambah dengan hal-hal yang terlalu dipermasalahkan atau diruncingkan. Cuaca panas, hati panas dan otak panas. Ego pun ganas!