Mohon tunggu...
Fathur Rachim
Fathur Rachim Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar Abad 21

Pengamat Pendidikan, Narasumber Nasional terkait Asesmen dan Bank Soal, Teknologi Pendidikan, STEAM, Computational Thinking, E-learning dan Kebijakan Pendidikan. Aktif di HIPPER Indonesia (hipper.or.id), Google Certified, INTEL Education Visionaries Ambassador. Pengalaman benchmarking dalam bidang pendidikan ke beberapa negara seperti Malaysia, Singapura, Amerika, Korea Selatan dan India. (www.fathur.web.id)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Menakjubkan Bisa Mengikuti Intel Visionaries Educator 2015 di Amerika

10 November 2015   08:19 Diperbarui: 10 November 2015   22:03 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Computer Science di beberapa negara yang sempat kami temui seperti Amerika, Jepang dan Korea Selatan untuk level pengenalan coding dasar bahkan telah dipelajari di jenjang sekolah dasar grade 4 hingga grade 9, sehingga tidak perlu heran jika banyak technocrat muda yang berasal dari negara-negara tersebut karena memperoleh Computer Science sejak dini. Lantas bagaimana dengan Indonesia ? inilah yang masih kami perjuangkan bersama teman-teman AGTIFINDO.ORG dan Kogtik agara TIK (computer science) masuk lagi dalam struktur kurikulum nasional tentunya dengan mengupgrade konten kurikulumnya terlebih dahulu.

Selanjutnya Intel Museum tour memberikan sejarah informasi di balik teknologi tinggi dunia - Silicon Valley dan Intel Corporation. Pemandu wisata menjelaskan dengan jelas pada apa yang di dalam, proses yang bersih, pabrik chip yang otomatis dan terhubung dengan teknologi yang memberikan cara baru untuk bekerja, belajar, bermain dan berkomunikasi. Mulai dari sejarah awal berdirinya intel, sejarah chipset Intel dari proses pembuatannya dengan technologi terkini.

Dr. Wayne Grant, Direktur Intel menyampaikan presentasi mengenai “Education Transformation by Design”, perkembangan yang muncul dari Multimedia menjadi Transmedia. Dr. Grant menantang pendidik untuk mempertimbangkan cara-cara kreatif pada transformasi pendidikan dari Multimedia menuju Transmedia sehingga memberi peluang-peluang dan terobosan baru untuk dunia pendidikan. Guru seharusnya mengembangkan keterampilan siswa menuju Transmedia - kapasitas untuk mencari, mengevaluasi dan mengintegrasikan informasi yang disampaikan di banyak media.

Sesi Dr Leslie Wilson dengan tema “Blazing the trail for Today’s School leaders” difokuskan pada Kepemimpinan dalam membimbing perubahan secara sistemik. Dia menekankan bahwa pemimpin yang efektif saat ini memiliki dan dapat menggunakan keterampilan yang dapat mendorong lingkungan pendidikan yang begitu cepat berubah. Dia menekankan pada keterampilan kepemimpinan untuk perubahan transformasional. Dia juga mengatakan, membimbing kearah Perubahan Sistem: Ini sulit, pekerjaan yang berani, dan itu membutuhkan waktu dan kesabaran. Kita harus meninggalkan ego kita dan membuang jauh serta menjadi agen perubahan sehingga kita dapat lebih melayani kebutuhan setiap pelajar secara maksimal. Transformasi teknologi pendidikan memerlukan perubahan dan peningkatan kemampuan pedagogi, kurikulum, penilaian, kebijakan, dan pendanaan ICT. Kemampuan mengelola transformasi tersebut membutuhkan seorang pemimpin yang sangat terampil yang memiliki kemampuan untuk:
Menginspirasi, individu yang berpikiran dengan sudut pandang luas, yang berbeda untuk bekerja bersama menuju tujuan bersama
Menerapkan perubahan yang signifikan di seluruh sistem yang kompleks yang mencakup menyatukan pemangku kepentingan yang beragam
Memajukan budaya sekolah untuk meningkatkan kerjasama, menginspirasi, inovasi dan membangun siklus perbaikan secara terus-menerus.
Para Visionaries melihat, menyaksikan dan mengintip produk perusahaan edtech bagaimana pengkajian ide, proses pembuatan dan kegunaan serta pemasarannya dengan para founder dan ownernya seperti Echelon Creative, GotIt app, Griti, Myriad Sensors, ToneTree, VidCode, WriteReader dll (GSVlabs with the Accelerator companies informative). Dalam sesi ini, visioner memiliki kesempatan untuk memberikan umpan balik pada aplikasi yang disajikan oleh masing-masing perusahaan. Dalam sesi ini kami semakin menyadari bahwa Computer Science (TIK) harus diajarkan sejak kelas awal (kelas 5 SD), coding sederhana dapat dimasukkan dalam pelajaran komputer di sekolah-sekolah dasar. Menggunakan aplikasi VidCode akan mengajar siswa untuk menjadi seorang programmer di usia dini mereka. Lebih dari itu tidak sekedar menjadi seorang programer atau menciptakan para programer namun lebih dari itu peserta didik memiliki kemampuan berfikir komputasi sebagai salah satu kecakapan penting di abad 21 yang harus dimiliki peserta didik.

Dr. Milton Chen yang menulis buku "The Six Leading Edges of Innovation in our Schools" membahas mengenai perubahan mendasar untuk pemikiran kita tentang sekolah sangat penting bagi para pemimpin sekolah; cara bagaimana teknologi ditransformasikan adalah kapan, dimana dan bagaimana siswa dapat belajar dan peran guru serta peran siswa sebagai guru bagi siswa lainnya, sebagai tim dalam pembelajaran dengan para ahli lain dan siswa bertanggung jawab terhadap pembelajaran mereka sendiri. Dr. Chen menunjukkan contoh praktik inovatif dari edutopia.org.

Kami juga sempat diajarkan mengenai Design Thinking dan Computational Thinking oleh para senior trainer dan penggiat serta praktisi dibidang ini yang berasal dari sekolah-sekolah di Amerika yang telah melaksanakannya bertempat di Skywalker Ranch. Skywalker Ranch adalah kawasan seluas lebih dari 7000 hektar yang sering digunakan dalam pembuatan film - film terkenal seperti Indiana Jones dan Star Wars, terletak di daerah terpencil, di Marin County - California. Tempat ini tidak terbuka untuk umum dan sangat private sekali dan “no-picture” sehingga tidak banyak yang bisa kami abadikan dari tempat ini selain sesi Dr. Chen dan Design Thinking yang disampaikan di dalam Gedung Pertemuan Pemutaran Film yang terdapat dilokasi ini.

Sesi “Visionary Meet and Mangle” adalah sesi dimana para visionary diberikan kesempatan untuk berbagi kisah sukses dalam transformasi pendidikan, keberhasilan siswa dan keberhasilan pembelajaran, proses mengajar, dan pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran. Dalam sesi ini kami berbagi tentang Project Based Learning, Assesment dan Paperless School dalam proses pembelajaran di Indonesia serta tentunya dampak dari hilangnya TIK sebagai mata pelajaran dalam kurikulum nasional di Indonesia.

Kegiatan “Intel Education Visionaries Program and Kick-off” yang dibuka di Hotel Hilton Santa Clara - California, akhirnya di tutup dalam sesi closing ceremony dan foto bersama di “The Exploratorium’s Fisher Bay Observatory” sambil menikmati pemandangan matahari tenggelam di tepi teluk San Fransisco dengan latar belakang salah satu Golden Gate di San Francisco. Sebelum closing ceremony, para visionary di presentasikan oleh pemandu Exploratorium tentang sejarah berdirinya Exploratorium yang ada dan melihat koleksi-koleksi yang ada guna menemukan ide-ide untuk menginspirasi rasa ingin tahu siswa ketika kembali ke negaranya maasing-masing.

Exploratorium sendiri dibangun bermitra dengan perusahaan terkemuka California untuk memperluas atau mengembangkan program yang memperkuat Literasi Sains yang akan memberikan dukungan yang sangat dibutuhkan untuk pendidikan lokal dan membuatnya lebih mudah bagi lebih banyak guru untuk mengakses sumber daya yang ada di Exploratorium. Program ini akan berdampak bagi ribuan sekolah dan guru di seluruh negara bagian bahkan dunia. Exploratorium mengajak kita bertualang untuk mengidentifikasi cara-cara baru dalam mendukung pendidikan dan penyelarasan STEAM CS.

Akhirnya kami harus segera kembali ketanah air pada 15 Oktober 2015 pukul 13.00 waktu San Franscisco dan tiba kembali di Tanah Air (Samarinda) pada tanggal 17 Oktober 2015 pukul 20.00 waktu Samarinda (Wita). Jika keberangkatan kami sempat transit di Hongkong, saat pulangnya kami transit di Korea Selatan dengan rute San Francisco - Korea Selatan - Singapura - Balikpapan dan Samarinda.

Sebuah pengalaman traveling panjang dan pembelajaran yang mahal untuk ukuran seorang guru di Indonesia bisa memperoleh kesempatan langka seperti ini, Untuk itu sekali lagi kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu mulai dari persiapan keberangkatan hingga kembali ke tanah air seperti Intel Corporation Headquarter California, Intel Corporation Indonesia dan Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Timur yang telah memberikan rekomendasi untuk mengikuti kegiatan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun