Mohon tunggu...
Fathur Novriantomo
Fathur Novriantomo Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Seringnya menulis soal film.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kesendirian dan Kontemplasi

5 Maret 2022   18:20 Diperbarui: 5 Maret 2022   18:26 1348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berkontemplasi Sumber : rawpixel.com (Freepik)

Siapa yang bisa menikmati kesendirian? Atau lebih tepatnya, bagaimana kesendirian bisa dinikmati? Bagi orang yang cenderung introvert, kesendirian mungkin menjadi momen favoritnya. Namun sebaliknya, bagaimana jika orang yang cenderung ekstrovert bisa memandang kesendirian sebagai momen yang bisa dinikmati?

Saat kita sedang sendiri, sebenarnya kita tidak benar-benar sendiri. Ada kita dan diri kita, bahkan ada Tuhan yang senantiasa memperhatikan dari singgasananya. Maka kesendirian bisa dibilang sebagai momen yang lengang namun tidak kosong. Sehingga banyak hal yang bisa dilakukan tanpa merasa sepi, termasuk berkontemplasi.

Singkatnya, kontemplasi adalah kegiatan merenung. Kontemplasi bermula dari kondisi di dalam diri, baik itu kondisi pikiran maupun hati. Pikiran dan hati akan saling bergandengan menatap apa yang sedang direnungkan. Soal apa yang direnungkan, bisa terkait banyak hal. Contoh yang paling sederhana adalah berdialog dengan diri sendiri.

“Halo diriku! Apa kabar?”

Hal paling sederhana yang dapat didialogkan dengan diri sendiri adalah menanyakan kabar. Bisa jadi, hiruk-pikuk sehari-hari membuat kita lalai menyadari kondisi diri saat ini, baik secara fisik maupun mental. Merenungkan kabar diri sendiri bisa membantu kita untuk sadar tentang apa yang membuat kita jenuh, kesal atau tidak nyaman belakangan ini. Entah karena pola hidup yang dijalani atau karena lingkungan sosial yang menjemukan. Kita dan diri kita akan mencoba berefleksi ke kehidupan dan menemukan permasalahan untuk dipecahkan. Sehingga bukan tidak mungkin diri kita dapat lebih menikmati keseharian dengan lebih baik lagi setelahnya.

“Hei diriku! Sudah tau mau jadi apa nanti?”

Berkontemplasi juga merupakan momen penting untuk kita bisa fokus meninjau ulang tujuan hidup. Terutama bagi para Gen-Z yang saat ini berpotensi besar terjebak dalam jurang quarter-life crisis. Namun perlu diwaspadai, jangan biarkan pikiran berkhianat saat berkontemplasi mengenai tujuan hidup. Biasanya pikiran memberontak dengan membandingkan kualitas dan pencapaian diri dengan orang lain, yang mana akan membuat kita overthinking tak berkesudahan.

Cukup dengan mengajak pikiran dan hati untuk mulai memikirkan rencana-rencana kecil jangka pendek hingga jangka panjang. Dilanjut dengan memotivasi diri untuk pelan-pelan konsisten menjalaninya dan jangan sampai terburu-buru ingin menggapainya. Masa depan bisa didefinisikan oleh apa yang kita lakukan sekarang, tanpa perlu resah dan tergesa-gesa mendefinisikannya.

“Oy diriku! Gimana kabar hubungan kita dengan sekitar?”

Momen kesendirian saat berkontemplasi memberikan kita kesempatan untuk rehat dari hiruk-pikuk sosial. Kehidupan bersosial memang terkadang menguras energi, maka tak heran banyak orang yang membutuhkan me time. Tapi, berapa banyak orang yang me time dengan merenungkan hubungan dengan sekitarnya? Entah itu hubungan dengan keluarga, teman bahkan dengan Tuhan.

Cobalah renungkan, apakah hubungan kita dengan orang-orang sekitar masih baik-baik saja? Apakah ada masalah yang belum sempat terselesaikan?  Berkontemplasi mengenai hubungan sosial dapat membuat kita mengevaluasi kualitas interaksi sosial kita. Sehingga kita dapat kembali ke lingkungan sosial dengan lebih fresh lagi.

Nah, sekarang bagaimana hubungan kita dengan Tuhan? Apakah kalian masih terkoneksi? Atau sudah lama tidak bercengkrama lagi? Berkontemplasi mengenai hubungan diri dengan Tuhan, bisa jadi membuat kita kembali sadar mengenai Kuasa-Nya. Mengenai apa saja yang telah Tuhan berikan kepada diri kita. Mengenai alur hidup yang sudah Tuhan tuliskan untuk kita. Cukup dengan mengingat-Nya, kita sudah kembali terkoneksi dengan-Nya. 

Pada akhirnya, kontemplasi selalu menjadi kesempatan terbaik untuk kembali mengenal diri sendiri, merefleksikan dan mendefinisikan persepsi terhadap hal-hal dalam kehidupan. Bukan hal yang mustahil bila berkontemplasi dapat memantik kita untuk semakin mencintai diri sendiri. Jadi, sudahkah kamu menyapa dirimu hari ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun