Migrasi ulama antara Aceh dan Madura juga bisa menjadi salah satu faktor yang menghubungkan kedua wilayah dalam konteks penyebaran Islam. Aceh dikenal sebagai pusat pendidikan Islam, dengan berbagai pesantren dan ulama besar yang terkenal hingga ke pelosok Nusantara. Ulama dari Aceh sering melakukan perjalanan dakwah ke berbagai wilayah, termasuk ke Madura.Â
Sebaliknya, Madura juga memiliki tradisi kuat dalam mendidik ulama, yang kemudian melakukan perjalanan dakwah ke daerah-daerah lain. Pertukaran ulama ini memungkinkan adanya penyebaran ajaran Islam serta saling mempengaruhi antara kedua wilayah dalam praktik keagamaan dan tradisi keislaman.Â
Migrasi Ulama dan Tasawuf berawal dari sarjana sufi dari Aceh melakukan perjalanan ke Timur Tengah untuk pendidikan, kembali untuk mendirikan pusat-pusat spiritual yang lebih lanjut mengintegrasikan Aceh ke dalam jaringan Islam global (Affan, 2023).
Pertukaran intelektual antara Aceh dan daerah-daerah seperti Pahang menyoroti hubungan yang lebih luas yang terbentuk melalui praktik keagamaan bersama dan pengejaran ilmiah (Jalal et al., 2017). Selain perdagangan dan migrasi ulama, kesamaan dalam tradisi keagamaan antara Aceh dan Madura juga menarik untuk dianalisis.Â
Kedua wilayah ini memiliki pola keberagamaan yang cukup kuat dengan tradisi keagamaan yang kental. Misalnya, tradisi pengajian, perayaan Maulid Nabi, serta peran penting ulama dan pesantren dalam kehidupan masyarakat sehari-hari merupakan kesamaan yang dimiliki oleh Aceh dan Madura.Â
Kesamaan ini mungkin muncul akibat interaksi historis yang terjadi melalui jalur perdagangan dan penyebaran ajaran Islam oleh ulama-ulama yang berkeliling dari satu daerah ke daerah lainnya.
Lebih jauh lagi, hubungan ini juga dapat ditinjau dari peran tokoh-tokoh penting dalam sejarah Islam di kedua daerah. Misalnya, ulama dari Aceh yang dikenal sebagai penyebar Islam di luar daerahnya, seperti Syekh Abdurrauf as-Singkili, dapat menjadi tokoh penghubung yang penting.Â
Demikian juga dengan ulama-ulama Madura, yang sejak zaman dahulu dikenal aktif berdakwah hingga ke berbagai daerah di Nusantara. Pola pergerakan ulama ini menunjukkan bahwa terdapat potensi pertukaran pemikiran dan ajaran antara ulama-ulama dari kedua wilayah, sehingga memperkaya tradisi keagamaan di masing-masing daerah.Â
Kesamaan dalam Tradisi Agama baik di Aceh maupun Madura menunjukkan tradisi Islam yang kuat, dengan praktek-praktek lokal yang dipengaruhi oleh Sufisme dan komitmen bersama terhadap ilmu Islam, menumbuhkan rasa persatuan meskipun jarak geografis (Basri, 2017).
Sementara hubungan historis antara Aceh dan Madura terbukti, kompleksitas interaksi mereka menunjukkan bahwa konteks lokal dan agensi individu juga memainkan peran penting dalam membentuk identitas Islam mereka.Â
Secara konteks migrasi dan perdagangan, kedua wilayah juga mungkin berbagi pengaruh budaya yang turut memperkuat ikatan religius.