Namun, tantangan dalam transisi ini tidak dapat diabaikan. Biaya produksi yang masih tinggi dan infrastruktur yang belum memadai menjadi hambatan bagi adopsi luas green hydrocarbon. Cara untuk mengatasi masalah ini, kolaborasi antara pemerintah, industri, dan akademisi sangat penting.Â
Kebijakan yang mendukung pengembangan teknologi hijau dan insentif untuk investasi dalam penelitian dan pengembangan dapat mempercepat transisi menuju produksi energi yang lebih bersih. Kelapa sawit kini menjadi primadona dalam proses pembuatan green fuel.Â
Kandungan asam lemak yang tinggi seperti asal palmitat 44% diikuti asal oleat 39,2% adalah alas an pertamina menjadikan minyak kelapa sawit sebagai bahan utama FAME (fatty acit metil ester) ataupun RBDBO (refined bleaching deodorized palm oil) bahan baku pembautan green fuel. Hal ini juga tidak terlepas dari produksi minyak kelapa sawit di Indonesia.Â
GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) menyebutkan Indonesia bia membrokusi paling tidak 40 juta ton minyak kelapa sawit pertahun mulai dari 2020. Produksi minyak kelapa sawit di dunia didominasi oleh Indonesia dan Malaysia sekitar 85-90% daru total produksi kelapa sawit di dunia.Â
Ketua Umum Ikatan Agli Bioenergi Indonesia (IKABI) Tatang H Soerawidjaja menjelaskan, nilai produksi 40 juta ton ekivalen dengan 700-750 ribu barrel/hari BBM. Padahal, impor minyak bumi di tahun 2018 sudah mencapai sekitar 700 ribu barrel/hari. Disisi lain pemerintah ahrus menyisihkan 20-25% minyak sait untuk sektor pangan dalam negeri serta ekspor untuk mendapatkan devisa.Â
Satu batang pohon kelapa sawit membutuhkan air 2,31 mm/hari dan dapat menyerap air hingga kedalaman 5,3 m menggunakan akarnya yang panjang. Hal ini tentu mengganggu kesuburan ekonsistem tanah secara berkelanjutan kareana kuantitas air pada tanah menjadi berkurang (Fikri, 2021).
Pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang manfaat green hydrocarbon juga merupakan kunci dalam mendorong transisi energi hijau. Semakin meningkatnya pemahaman tentang pentingnya penggunaan sumber energi terbarukan, masyarakat akan lebih mendukung kebijakan dan inisiatif yang berkaitan dengan energi hijau.
Peningkatan produksi green hydrocarbon berbasis fatty oil melalui variasi minyak nabati adalah langkah penting dalam mencapai transisi energi hijau.Â
Meskipun terdapat tantangan yang harus diatasi, dengan dukungan kolaboratif dan kesadaran masyarakat, kita dapat menciptakan sistem energi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Melalui inovasi dan keberlanjutan, masa depan energi hijau dapat menjadi kenyataan.
Referensi
Fikri, A. 2021. Peningkatan Produksi Green Hydrocarbon Berbasis Fatty Oil Melalui Variasi Minyak Nabati Guna Mencapai Transisi Green Fuel Energy. Indonesia Menuju Energi Bersih. 50 Karya Terbaik Kompetisi Penulisan Artikel Energi Baru Terbarukan. Piala Menteri ESDM RI 2021. Society of Renewable Energy (SRE) & Rakyat Merdeka (RM). Society of Renewable Energy (SRE) & Rakyat Merdeka (RM). RM BooksÂ