Mohon tunggu...
fathul geograf
fathul geograf Mohon Tunggu... Editor - Suka Menulis

Agar saya tetap dapat berkarya dan memperbaiki karya saya, maka mohon komentarnya dan like.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Transisi Energi Hijau, Peningkatan Produksi Green Hydrocarbon

10 Oktober 2024   01:59 Diperbarui: 10 Oktober 2024   02:29 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Editing Penulis

Fathul Bari

Transisi energi hijau menjadi fokus global yang semakin mendesak untuk menghadapi tantangan perubahan iklim dan ketergantungan pada bahan bakar fosil. Pada konteks ini, green hydrocarbon, yang dihasilkan dari sumber bahan baku terbarukan, muncul sebagai solusi inovatif.

 Proses peningkatan produksi green hydrocarbon, khususnya melalui minyak nabati dan fatty oil, dapat menjadi langkah strategis dalam mencapai tujuan keberlanjutan energi. 

Kebutuhan minyak bumi Indonesia begitu besar, sekitar 1,8 juta barel per hari. Konsumsi yang tinggi membuat pemerintah terpaksa mengimpor skitar 800 ribu barel per hari. Hal ini menungjukkan tingkat konsumsi kita melebihi produksi (Fikri, 2021).

Green hydrocarbon adalah senyawa hidrokarbon yang dihasilkan dari sumber terbarukan, seperti minyak nabati, yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif. Minyak nabati, seperti minyak kelapa sawit, minyak kedelai, dan minyak jarak, memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi green hydrocarbon. 

Proses konversi ini melibatkan berbagai teknologi, seperti transesterifikasi dan pirolisis, yang mampu mengubah fatty acid dari minyak nabati menjadi senyawa hidrokarbon yang ramah lingkungan. 

Berdasarkan data stasistik terakhir yang dicatat oleh Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi di bawah naungan Kementerian Sumber Daya dan Mineral pada tahun 2012 hingga 2017 tumpahan mintak di Indonesia secara berturut-turut sebesari 197;2.071;46;91;549,87; dan 61,34 barrel. Pada tahun 2020, perairan kepulauan seribu menjadi sasaran baru dari tumpahan minyak yang belum diketahui berapa banyak jumlahnya (Fikri, 2021).

Peningkatan produksi green hydrocarbon melalui variasi minyak nabati tidak hanya memberikan manfaat lingkungan tetapi juga dapat meningkatkan ketahanan energi. Melalui adanya diversifikasi sumber bahan baku, kita dapat mengurangi ketergantungan pada satu jenis minyak nabati, serta meminimalkan dampak terhadap ekosistem dan keberagaman hayati. 

Selain itu, penggunaan minyak nabati yang berkelanjutan dan bersertifikat dapat mengurangi emisi gas rumah kaca, yang merupakan komponen kunci dalam mitigasi perubahan iklim. 

Melalui pemutusan CO2 di gugus karboksil dekarboksilasi dan pemendekan raintai karbon melalui metode cracking dengan bantuan katalis kita akan mendapatkan hidrokarbon hijau murni terbarukan yang berguna di sektor hilir dalam pembuatan green fuel energy sperti green diesel, green gasoline, green LPG, maupun green avtur (Fikri, 2021).

Namun, tantangan dalam transisi ini tidak dapat diabaikan. Biaya produksi yang masih tinggi dan infrastruktur yang belum memadai menjadi hambatan bagi adopsi luas green hydrocarbon. Cara untuk mengatasi masalah ini, kolaborasi antara pemerintah, industri, dan akademisi sangat penting. 

Kebijakan yang mendukung pengembangan teknologi hijau dan insentif untuk investasi dalam penelitian dan pengembangan dapat mempercepat transisi menuju produksi energi yang lebih bersih. Kelapa sawit kini menjadi primadona dalam proses pembuatan green fuel. 

Kandungan asam lemak yang tinggi seperti asal palmitat 44% diikuti asal oleat 39,2% adalah alas an pertamina menjadikan minyak kelapa sawit sebagai bahan utama FAME (fatty acit metil ester) ataupun RBDBO (refined bleaching deodorized palm oil) bahan baku pembautan green fuel. Hal ini juga tidak terlepas dari produksi minyak kelapa sawit di Indonesia. 

GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) menyebutkan Indonesia bia membrokusi paling tidak 40 juta ton minyak kelapa sawit pertahun mulai dari 2020. Produksi minyak kelapa sawit di dunia didominasi oleh Indonesia dan Malaysia sekitar 85-90% daru total produksi kelapa sawit di dunia. 

Ketua Umum Ikatan Agli Bioenergi Indonesia (IKABI) Tatang H Soerawidjaja menjelaskan, nilai produksi 40 juta ton ekivalen dengan 700-750 ribu barrel/hari BBM. Padahal, impor minyak bumi di tahun 2018 sudah mencapai sekitar 700 ribu barrel/hari. Disisi lain pemerintah ahrus menyisihkan 20-25% minyak sait untuk sektor pangan dalam negeri serta ekspor untuk mendapatkan devisa. 

Satu batang pohon kelapa sawit membutuhkan air 2,31 mm/hari dan dapat menyerap air hingga kedalaman 5,3 m menggunakan akarnya yang panjang. Hal ini tentu mengganggu kesuburan ekonsistem tanah secara berkelanjutan kareana kuantitas air pada tanah menjadi berkurang (Fikri, 2021).

Pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang manfaat green hydrocarbon juga merupakan kunci dalam mendorong transisi energi hijau. Semakin meningkatnya pemahaman tentang pentingnya penggunaan sumber energi terbarukan, masyarakat akan lebih mendukung kebijakan dan inisiatif yang berkaitan dengan energi hijau.

Peningkatan produksi green hydrocarbon berbasis fatty oil melalui variasi minyak nabati adalah langkah penting dalam mencapai transisi energi hijau. 

Meskipun terdapat tantangan yang harus diatasi, dengan dukungan kolaboratif dan kesadaran masyarakat, kita dapat menciptakan sistem energi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Melalui inovasi dan keberlanjutan, masa depan energi hijau dapat menjadi kenyataan.

Referensi

Fikri, A. 2021. Peningkatan Produksi Green Hydrocarbon Berbasis Fatty Oil Melalui Variasi Minyak Nabati Guna Mencapai Transisi Green Fuel Energy. Indonesia Menuju Energi Bersih. 50 Karya Terbaik Kompetisi Penulisan Artikel Energi Baru Terbarukan. Piala Menteri ESDM RI 2021. Society of Renewable Energy (SRE) & Rakyat Merdeka (RM). Society of Renewable Energy (SRE) & Rakyat Merdeka (RM). RM Books 

Society of Renewable Energy (SRE) & Rakyat Merdeka (RM), 2021. Indonesia Menuju Energi Bersih. 50 Karya Terbaik Kompetisi Penulisan Artikel Energi Baru Terbarukan. Piala Menteri ESDM RI 2021. Society of Renewable Energy (SRE) & Rakyat Merdeka (RM). RM Books

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun