Mohon tunggu...
Siti Kalimah
Siti Kalimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Active student currently taking the Islamic Economics study program at the State Islamic University Walisongo Semarang. Have public speaking skills, be active, communicative, and have enthusiasm high to work hard. Active in organizations and has a great interest in writing and communication and social.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Analisis Dampak Sosial Operasional BRT Trans Semarang Koridor 4 Terhadap Mobilitas Masyarakat

29 November 2024   13:04 Diperbarui: 29 November 2024   13:37 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
brt semarang (sumber: RMOLJawaTengah)

Transportasi publik saat ini memegang peran penting dalam kehidupan masyarakat terutama di kota-kota besar seperti semarang. Transportasi ini bertujuan untuk menyediakan layanan transportasi massal yang cepat, nyaman dan terjangkau bagi lapisan masyarakat. Selain menjadi solusi permasalah yang di hadapi di kota semarang yaitu kemacetan dan polusi, kehadirannya membawa dampak sosial yang signifikan.

Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang adalah salah satu program unggulan pemerintah Kota Semarang dalam meningkatkan kualitas transportasi publik sekaligus menghadirkan solusi atas berbagai tantangan mobilitas perkotaan. Sistem ini tidak hanya berfokus pada efisiensi transportasi, tetapi juga membawa dampak yang signifikan pada aspek sosial masyarakat. Sebagai kota metropolitan yang terus berkembang, Semarang menghadapi persoalan klasik seperti kemacetan, polusi udara, serta kesenjangan akses transportasi. Kehadiran BRT menjadi langkah strategis untuk menjawab persoalan tersebut, sekaligus mendorong perubahan sosial yang lebih inklusif.

Dari sudut pandang sosial, BRT Trans Semarang memberikan akses yang lebih baik bagi masyarakat berbagai kalangan, termasuk kelompok menengah ke bawah yang sebelumnya memiliki keterbatasan mobilitas. Dengan tarif yang terjangkau, masyarakat dapat mengakses pusat ekonomi, pendidikan, dan pelayanan publik dengan lebih mudah. Selain itu, sistem ini juga memfasilitasi inklusi sosial dengan menjangkau kawasan-kawasan yang sebelumnya kurang terhubung.

Pembangunan berbagai koridor BRT, termasuk koridor 4, bertujuan untuk mempermudah mobilitas masyarakat. Koridor ini dirancang untuk melayani rute Cangkiran-Bandara Ahmad Yani-Stasiun Tawang, sehingga masyarakat yang akan transit ke rute tersebut dapat dengan mudah menggunakan transportasi ini. Penyediaan halte yang strategis dan efektif di berbagai titik menjadi keunggulan utama, karena dapat meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap transportasi umum. Jarak antar halte yang ideal juga memastikan waktu tunggu bus tidak terlalu lama.

Pembangunan koridor ini dilakukan dengan melibatkan masyarakat. Pemerintah Kota Semarang, melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), melakukan studi kelayakan sebelum memulai pembangunan. Kepala Bappeda Kota Semarang, Budi Prakosa, menyatakan bahwa studi kelayakan mencakup analisis potensi dan efektivitas pelayanan jalur BRT yang menghubungkan antar wilayah sekitar Kota Semarang. Tujuannya adalah untuk menyediakan layanan transportasi umum yang mudah diakses dan berkualitas bagi Masyarakat (Aditya, 2024).

Partisipasi aktif masyarakat menjadi elemen penting dalam Pembangunan BRT koridor 4. Melalui konsultan publik, aspirasi, dan kekhawatiran warga didengarkan sejak tahap awal. Pendekatan ini memastikan bahwa proyek tidak hanya memberikan manfaat yang luas tetapi juga sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Fokus utamanya adalah inklusivitas, sehingga semua kalangan bisa menikmati layanan transportasi ini. Di samping itu. BRT juga diharapkan meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pengurangan waktu tempuh dan biaya transportasi.

Dampak sosial potensial, seperti relokasi warga atau gangguan usaha, diantisipasi sejak awal. Pemerintah berupaya mencari solusi terbaik melalui konsultasi publik untuk meminimalkan dampak negatif. Transparansi dan akuntabilitas menjadi kunci dalam pelaksanaan proyek ini. Dengan melibatkan masyarakat secara terbuka, pemerintah berupaya membangun kepercayaan publik dan memastikan proyek berjalan sesuai rencana, serta memberikan manfaat maksimal. Pembangunan BRT koridor 4 tidak hanya berfokus pada aspek teknis, tetapi juga memperhatikan aspek sosial yang lebih luas. Dengan pendekatan yang inklusif dan berkelanjutan, proyek ini diharapkan menjadi contoh pembangunan yang memperhatikan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Realitanya, BRT Semarang memang menjadi salah satu solusi transportasi bagi masyarakat baik dari mulai pekerja hingga pelajar. Meski begitu, seperti halnya layanan publik lainnya, BRT memiliki sejumlah keunggulan dan tantangan yang langsung dirasakan oleh para penggunanya.

Hasil wawancara dengan beberapa warga menunjukkan bahwa BRT mendapat banyak apresiasi karena tarifnya yang terjangkau dan cakupan rutenya yang luas. "Harganya murah dan bisa menjangkau banyak tempat, asalkan kita tahu rutenya,itu saja" ujar salah seorang pengguna. Selain itu, BRT juga diketahui memprioritaskan pelajar pada jam-jam pagi agar mereka dapat tiba di sekolah dengan tepat waktu. Kebijakan kuota penumpang pun dipandang sebagai langkah yang baik untuk menjaga kenyamanan, meski realitanya terkadang membuat penumpang harus menunggu lebih lama ketika armada penuh.

Namun, perhatian terhadap masalah keamanan menjadi salah satu isu yang kerap disoroti oleh penumpang. Walaupun telah dilengkapi fasilitas CCTV, beberapa pengguna merasa hal tersebut belum cukup untuk memberikan rasa aman sepenuhnya. "BRT telah berupaya, disediakan CCTV, tapi memang kita tetap harus selalu waspada. Karena masalah keamanan itu lebih dari sekadar kamera," ujar salah seorang pengguna. Hal ini menunjukkan adanya harapan agar tingkat keamanan penumpang dapat lebih dioptimalkan, terutama pada jam-jam sibuk. Dalam hal pelayanan, petugas sudah cukup ramah kepada penumpang, misalnya responsif terhadap keluhan dan kebutuhan penumpang.

Terkait masukan dari masyarakat, Pemkot Semarang sebelumnya telah mengungkapkan rencana untuk meremajakan armada BRT, sebagaimana diberitakan pada tahun 2023. Salah satu langkah yang direncanakan adalah mengganti bus besar dengan feeder pada rute-rute dengan jumlah penumpang yang lebih sedikit, guna meningkatkan efisiensi. Meski demikian, hingga tahun 2024, masyarakat masih belum mendapatkan banyak informasi terbaru mengenai perkembangan rencana tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun