Teori Belajar Psikologi KognitifÂ
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Teori ini menekankan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Perkembangan kognitif adalah proses mental kompleks yang melibatkan penerimaan, pengorganisasian, dan penggunaan informasi untuk memahami dunia dan menyelesaikan masalah. Jean Piaget dan Lev Vygotsky memberikan kontribusi signifikan dalam teori perkembangan kognitif. Piaget membagi perkembangan kognitif menjadi empat tahap yaitu sensorimotor, pra-operasional, operasional konkret, dan operasional formal. Vygotsky menekankan peran lingkungan sosial dan budaya dalam perkembangan kognitif, memperkenalkan konsep Zone of Proximal Development (ZPD) dan scaffolding.
Â
Teori Belajar Cognitive Field Lewin
 Lewin mengembangkan teori belajar medan kognitif (cognitive-field) dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan psikologi sosial. Ia memandang bahwa setiap individu berada di dalam suatu medan kekuatan yang bersifat psikologis, yang disebut ruang hidup (life space). Belajar berlangsung sebagai akibat perubahan struktur kognitif, yaitu hasil dari dua macam kekuatan, satu dari struktur medan kognitif itu sendiri, yang lain dari kebutuhan motivasi internal individu.Â
Teori Belajar Cognitive Development PiagetÂ
Menurut Piaget. perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem saraf. Dengan makin bertambahnya usia seseorang, maka makin kompleks susunan sel sarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya. Maka Piaget disebut-sebut cenderung menganut teori psikogenesis, artinya pengetahuan sebagai hasil belajar berasal dari dalam individu.Â
Discovery Learning BrunerÂ
Dasar dari teori Bruner adalah ungkapan Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif saat belajar di kelas. Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses penemuan personal (personal discovery), oleh setiap individu murid. Inilah tema pokok teori Bruner. Bruner menekankan pentingnya discovery learning, di mana siswa aktif menemukan pengetahuan sendiri melalui tiga tahap representasi: enaktif, ikonik, dan simbolik.
Meta KognitifÂ
Meta kognitif merupakan suatu keterampilan kognitif tingkat tinggi yang memungkinkan seseorang untuk merefleksikan dan mengontrol proses berpikirnya sendiri. Kemampuan ini melibatkan perencanaan yang cermat tentang strategi belajar yang akan digunakan, pemantauan yang terus-menerus terhadap pemahaman diri selama proses belajar, serta evaluasi yang objektif terhadap hasil belajar yang telah dicapai. Metakognitif merupakan proses mental yang disengaja, terencana, dan berorientasi pada tujuan, menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang diterapkan pada pikiran dan pengalaman seseorang. Secara umum, penerapan metakognitif dalam belajar dapat dilakukan dengan tahapan perencanaan, pemantauan, dan evaluasi. Metakognitif melibatkan perencanaan strategi belajar, pemantauan pemahaman selama proses belajar, dan evaluasi hasil belajar. Kemampuan ini sangat penting dalam pendidikan karena memungkinkan siswa untuk menjadi pembelajar yang mandiri, kreatif, dan kritis.
Pendekatan KonstruktivismeÂ
Konstruktivisme adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan peran aktif siswa dalam membangun pemahaman mereka sendiri. Teori ini berpandangan bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan secara langsung dari guru ke siswa, melainkan harus dikonstruksi oleh siswa melalui pengalaman dan interaksi sosial. Vygotsky memperkenalkan konsep Zone of Proximal Development (ZPD), yang menggambarkan perbedaan antara apa yang dapat dilakukan siswa secara mandiri dan apa yang dapat mereka capai dengan bantuan orang lain yang lebih kompeten. Berikut ini diberikan beberapa konsep kunci dari teori konstruktivisme sosial yaitu, siswa sebagai individu yang unik, self regulated learner, tanggung jawab pembelajaran, motivasi pembelajaran, dan zona perkembangan.Â
Prinsip-prinsip dasar konstruktivisme adalah:Â
1) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara individu maupun sosial.Â
2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.Â
3) Murid aktif mengkonstruksi terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah.Â
4) Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H