Seperti yang kita ketahui, terdapat berbagai macam bahasa diseluruh dunia. Ada sekitar 7.000 bahasa yang digunakan oleh seluruh penjuru dunia. Setiap bahasa memiliki perbedaan antara satu dengan yang lain dalam segala hal. Beberapa bahasa memiliki suara yang berbeda, kosa kata yang berbeda dan yang paling penting adalah struktur yang berbeda. Ketika kita mengembangkan berbagai macam bahasa, maka itu akan membuat kita berfikir. Seperti yang dikatakan kaisar romawi bahwa memiliki bahasa kedua itu berarti memiliki jiwa yang kedua. Maksudnya apa? Ketika kita mengembangkan sesuatu yang berbeda, pasti akan membuat kita berfikir untuk memahaminya.
Perkembangan Bahasa memiliki beberapa teori. Perkembangan Bahasa memiliki tiga teori utama. Teori pertama yaitu Teori Nativis Noam Chomsky. Teori ini menjelaskan tentang kemampuan biologis bawaan anak -anak untuk mempelajari bahasa. Namun sayangnya, belum didukung oleh studi genetik atau neurologis. Maksudnya adalah anak-anak memang telah dilahirkan dengan kemampuan untuk belajar bahasa.
Seperti yang dicantumkan dalam teori, Teori ini di kemukakan oleh Noam Chomsky. Menurutnya, Perangkat akuisisi atau LAD di otak mereka yang memungkinkan mereka untuk belajar bahasa. Semua bahasa itu, terbagi dari tata bahasa universal atau elemen dasar yang sama.
Jadi semua bahasa memiliki kata benda, kata kerja, dan hal-hal seperti itu. Maka dari itu perangkat pemerolehan bahasa memungkinkan anak untuk memahami jenis kata tersebut dan organisasinya dalam sebuah kalimat untuk bahasa apa pun, ini sejalan dengan adanya gagasan bahwa terdapat periode kritis atau periode sensitif. Periode kritis ini biasanya dianggap sejaka anak lahir sampai sekitar usia delapan atau sembilan tahun.
Nah, dalam masa-masa itu adalah masa yang penting dimana anak paling mampu belajar bahasa. Dan pada masa-masa selanjutnya itu adalah masa sulit bagi anak untuk belajar bahasa. Bukannya tidak mungkin untuk belajar, akan tetapi jauh lebih sulit.
Teori kedua adalah teori perkembangan bahasa Piaget. Dalam teori ini menjelaskan bahwa anak-anak menggunakan asimilasi dan akomodasi untuk bahasa. Teori ini berbanding balik dengan teori sebelumnya.
Jika pada teori sebelumnya anak-anak dilahirkan dengan kemampuan untuk belajar bahasa, Nah pada teori ini anak-anak tidak dilahirkan dengan apa pun. Satu-satunya memperoleh bahasa itu melalui penguatan.
Maksudnya apa? Ketika seorang anak belajar mengatakan 'mama' maka anak akan membuat suara yang mendekati kata mama. Contohnya seperti "Ma" atau "Mam". Lalu akan terus berkembang sampai anak bisa mengatakan mama dengan jelas dan juga bisa kata yang lain.
Teori yang terakhir adalah Teori Interaksionis. Teori ini menggunakan interaksi sosial dan berpendapat bahwa diperoleh dan disempurnakan melalui interaksi dengan tokoh linguistik yang lebih berpengalaman.
Jadi dalam teori ini bukan tentang apa yang dikatakan anak, tetapi tentang interaksi anak agar anak-anak dapat berkeinginan kuat untuk berkomunikasi dengan orang lain dan memotivasi mereka untuk belajar berkomunikasi melalui bahasa yang terkait dengan aliran vygotsky yaitu pendukung besar pentingnya interaksi sosial.
Dan pada teori ini memberikan kontribusi besar untuk pemahaman kita tentang bagaimana anak-anak bekerja keras untuk mengembangkan bahasanya.
Tahapan Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini Pra Languistik dan Languistik. Periode Languistik adalah bahwa ia mengungkapkan kepada kita betapa cerdik dan fleksibelnya pikiran manusia. Pikiran manusia tidak menemukan satu alam semesta kognitif, tetapi ada 7000 bahasa yang di gunakan di seluruh dunia.
Dan kita dapat menciptakan lebih banyak lagi. Hal yang tragis adalah bahwa kita kehilangan begitu banyak keragaman bahasa. Kita kehilangan sekitar satu bahasa dalam seminggu, dan menurut beberapa perkiraan, setengah dari bahasa akan hilang dalam seratus tahun kedepan. Periode Pralanguistik adalah tahap pertama dari perkembangan bahasa anak ketika masih bayi. Pada masa ini, bayi belajar mengendalikan suara yang dapat ia hasilkan dan merangkai suara-suara bersama-sama dalam permainan vokal.
Selain Pralanguistik dan Languistik, ada juga Reseptif dan Ekspresif. Apa itu Reseptif dan Ekspresif? Reseptif adalah proses dimana anak memahami bahasa dengan cara atau dibaca. Contohnya seperti saat anak mendenagrkan dan mengikuti intruksi seperti "Ayo Makan" Lalu anak itu mengikuti intruksi itu dengan makan.
Nah ini termasuk kedalam ketrampilan bahasa reseptif anak. Sedangkan Ekspresif adalah proses dimana anak menggunakan kata-kata untuk mengekspresikan dirinya. Ekspresif melibatkan perasaan dan keadaan. Contohnya ketika merasa senang "Wow, Indah sekali pemandangannya". Nah, itu termasuk kedalam ketrampilan ekspresif.
Mungkin tidak semua anak memliki perkembangan bahasa yang baik. Ada yang pengembangan kosa katanya lambat, sulit mengingat kembali kata-kata dan sebagainya.
Nah, dari kelainan-kelainan tersebut terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak yaitu kondisi fisik, kondisi ekonomi, lingkungan keluarga, bilingualism, jenis kelamin, pola asuh orang tua, gangguan psikologis, dan masih banyak lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H