Mohon tunggu...
Fathi Nashrullah
Fathi Nashrullah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

menulis untuk berbagi, mengenal, menebar kebaikan, dan memperbanyak kawan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

PKS Tidak Seburuk Itu kok.. (Jazakumullah Nasihatnya)

15 Mei 2013   13:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:32 2004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi kawan-kawan yang sudah membaca link ini, mungkin akan merasa PKS sekarang sudah sedemikian buruknya. Namun izinkanlah saya menanggapinya satu persatu poin kritiknya. Saya tidak menolak kritik, apalagi nasihat. Tetapi jika ada kisah yang salah, sebaiknya harus segera diluruskan.

Artikel yang saya kutip ini sebetulnya artikel lama. Saya merasa dengan kondisi PKS saat ini, saya perlu menjelaskannya. Saya hanya memberi komentar untuk bagian-bagian yang saya anggap perlu. Yang tidak saya komentari, anggap saja saya setuju sepenuhnya :)

1. Dahulu materi-materi al-wala wal-barro, ghozwul fikr, madza ya’ni intima lil islam, tarbiyah jihadiyah, tarbiyah ruhiyah, tarbiyah dzatiyah begitu marak dikaji disetiap lingkaran -halaqoh- dan menghujam pada diri kader aktivis tarbiyah saat itu. Kini semuanya sudah berubah total, materi-materi itu mungkin dianggap sudah usang dan dianggap mengganggu agenda politik partai.


Ini nasihat yang baik. Namun sebetulnya materi-materi ini masih terus disampaikan hingga saat ini. Saya masih terus menyampaikan materi-materi ini setiap minggu, begitu juga kawan-kawan lainnya. Talaqqi-talaqqi materi ini masih terus dilaksanakan rutin setiap bulannya. Talaqqi dilakukan kepada para murabbi yang akan menyampaikannya kepada binaannya, agar kefahaman sang murabbi tetap fresh.

Adapun materi-materi politik, kita nyaris tidak membicarakannya kecuali pada obrolan-obrolan santai saja. Aktivitas politik baru ramai dibahas 3 kali selama kurun waktu 5 tahun, yaitu pada momen pileg-pilpres, momen pilkada kota/kabupaten, dan momen pemilihan gubernur. Di luar itu, kami jarang mendiskusikan aktivitas-aktivitas politik praktis. Lebih banyak mengurusi aktivitas dakwah (dakwah yang dipahami secara umum).

2. Dahulu perangkat tarbiyah untuk menjaga ruhiyah berupa mabit dan qiyamulail begitu ramai dihadiri oleh para kader. Kini tidur diatas kasur empuk menjadi pilihan utama para ikhwan karena lebih nyaman daripada mabit yang dingin dan banyak nyamuk.


Mabit dan qiyamullail masih rutin diselenggarakan. Khusus untuk mabit, setidaknya rutin setiap satu atau dua bulan sekali. Ini lebih sering dari awal-awal (waktu masih periode PK) dahulu. Untuk para akhwat dan ummahat, sarananya memang bukan mabit (yang dilakukan malam hari), tapi jalsah ruhiyyah yang dilakukan di siang hari. Jadwalnya juga sama-sama rutin sebulan sekali, paling lambat dua bulan sekali.

3. Dahulu kebersahajaan begitu nampak terasa, teduh mata ini melihat dan bertemu sesama ikhwah dengan pandangan ruhul jamaah. Sekarang berubah menjadi nampak begitu angkuh dan terlihat sangat cerdas saling mengintrik sabun colek antar kader.


Kami berlindung kepada Allah dari sikap yang demikian. Hal yang seperti ini harus senantiasa diingatkan.

4. Dahulu qiyadah kita begitu qonaah dan tawadhu. Entah mengapa sekarang terlihat berubah. Menjadi begitu sakti, sangar dan ‘didewakan’ dengan segala macam ide besar dan cita-cita politik yang menembus langit.


Qona'ah dan tawadhu tidak seharusnya dibenturkan dengan ide besar dan cita-cita politik yang tinggi. Ingatkah kita dengan sabda Rasulullah SAW kepada para sahabatnya disaat kekalahan berada dihadapan mata, pasukan sekutu yang sangat besar hendak merebut Madinah? Apa yang dikatakan oleh Rasul SAW? "Aku melihat Persia dan Romawi akan jatuh ke tangan Islam. Kelak Konstantinopel akan jatuh ke tangan kaum muslimin. Ketika itu terjadi maka pasukannya adalah sebaik-baik pasukan, dan panglimanya adalah sebaik-baik panglima." Adakah Rasulullah tidak Qana'ah dan tidak Tawadhu'?

5. Kesederhanaan bertukar menjadi kehidupan mewah, padahal saya paham betul dahulu masih pada miskin. Sudah petentang-petenteng seperti bos. Mulai sering tidak hadir jika diundang mengisi dauroh di kampus dan pengajian dipelosok desa karena ’sibuk’. Tak lagi suka ceramah dimasjid-masjid, karena tidak memberikan ‘benefit’.


Masya Allah, tuduhan ini sebetulnya menyakitkan. Kami berdakwah hanya karena Allah. Kami menyatakan sebagai partai dakwah bukan karena mempolitisasi dakwah, namun karena kami memang berusaha berdakwah dengan segala maknanya yang shahih. Tujuan kami bukanlah sesimpel kemenangan di pemilu. Kemenangan pada pemilu hanyalah bonus dari Allah. Begitulah yang sering diingatkan oleh pimpinan kami. Tujuan kami adalah: li i'lai kalimatillah.
Hingga saat ini, selalu diulang-ulang bahwa dakwah yang kita maksud adalah: Membawa manusia dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam, dan menjadikan Allah saja satu-satunya yang disembah oleh manusia. Tidak pernah bergeser menjadi serendah "kemenangan pilkada".

6. Ukhuwah berganti menjadi sikat dan sikut, berlomba-lomba mencari order ceramah, permusuhan dan rebutan kursi caleg. “..saya sudah habis 300 juta lebih..”


Kami memang jamaah manusia. Adakalanya salah, namun kami berusaha untuk selalu mengoreksi diri. Pergesekan sesama caleg PKS memang nyata adanya. Kami juga manusia yang punya hati, bisa tersinggung, bisa terluka. Meskipun Allah perintahkan kita untuk saling memaafkan, namun sebagai manusia terkadang luka hati terjadi juga. Namun kami selalu berusaha menyadari, bahwa izzah Islam, izzah jamaah, dan izzah kaum muslimin harus dijunjung tinggi. Kami juga malu kalau bertahan pada kondisi marah dan sakit hati.

Berlomba mencari order ceramah? Kami ini partai dakwah. Kami memiliki bangunan pemikiran yang utuh tentang dakwah Islam. Pemikiran Islam itu tidak bisa hanya mengendap di kepala kami, harus ditularkan kepada sebanyak-banyak manusia. Agar semakin banyak orang-orang yang berjuang di jalan Allah.

7. Pertemuan tersekat jenjang kader, amanah dan lini dakwah; “gue syiasi, gue dakwi, gue ilmy!”. Senyuman selintas dan pelukan dengan tepukan basa basi


Tersekat? Ini delegasi tugas. Tugas-tugas dakwah begitu banyaknya. Kami memerlukan organisasi rapi dan pembagian tugas yang jelas di antara para pejuang dakwah. Kami bisa memilih hendak berada di bidang apa, namun seringkali kami berada pada posisi "ditugasi" tanpa ada kemungkinan untuk memilih tugas lainnya. Banyak di antara kami dikejar-kejar pimpinan karena disuruh menjadi caleg misalnya. Banyak juga di antara kami yang ditempatkan pada posisi yang sebetulnya tidak 'pas' dengan keahliannya, semata hanya karena tidak ada orang lagi yang dapat diamanahi.

8. Keikhlasan berganti dengan rasa pamrih, rasa khawatir jika terlihat tidak aktif ber’amal dipartai atau wajihahnya. Tilawah qur’an karena merasa tidak enak dengan kader sejawat, hadir syuro karena perasaan tidak enak dengan mas’ul, bukan karena bagian dari prinsip dakwah. Takut dikatakan tidak amanah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun