Mohon tunggu...
Fathi Nashrullah
Fathi Nashrullah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

menulis untuk berbagi, mengenal, menebar kebaikan, dan memperbanyak kawan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

PKS Tidak Seburuk Itu kok.. (Jazakumullah Nasihatnya)

15 Mei 2013   13:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:32 2004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Kami berlindung dari riya' dan sum'ah. Semoga Allah mengampuni jika hal-hal ini terbersit di hati kami.

9. Pro pada penderitaan rakyat kini berganti berlomba-lomba mencari proyek. Demi menjaga komitmen koalisi permanen dua periode dengan SBY, mempeti eskan banyak kasus besar demi menjaga eksistensi presiden agar terbebas dari pamakzulan, sedangkan suara rakyat yang menjerit seakan tidak terdengar. “Ooh tidak benar akhi.. kami tetap memperjuangkan walaupun harus berhadapan dengan negara..”. Maaf, saya sudah tidak percaya! Basi!


Semoga Allah mengampunimu, wahai saudaraku yang tidak mau percaya lagi dengan niat-niat suci kami. Semoga Allah melindungimu dari prasangka buruk terhadap saudaramu. Amiin.

10. Menjadikan SBY sebagai “midholah” (payung pelindung), dengan mengatakan, “Bapak Presiden SBY, bagi kami kebersamaan dalam koalisi ini bukan sekedar agenda program politik kami, tetapi itu merupakan aqidah kami, iman kami”. Subhanallah, luar biasa muroqib ‘amm, ketua Majelis Syuro PKS ini, ‘menjual’ aqidah dan iman demi koalisi. Dengan kitab tafsir apa agar saya bisa memahami maksud perkataannya?


Sejujurnya, ini sangat out of context. Ibaratnya mengatakan "Orang yang shalat itu pasti celaka" hanya karena ada ayat dalam Al Quran yang berbunyi "waylun lil mushalliin". Padahal penjelasannya sangat panjang di ayat-ayat berikutnya. Begitu juga dengan perkataan Ust Hilmi ini, memotong satu bagian kecil saja dari panjangnya pemikiran beliau seputar koalisi. Na'udzubillah. Semoga Allah melindungi kita dari sifat kitman dan baladah.

11. Dan tidak aneh jika terkadang mengikuti selera rakyat. Rakyat suka yang ‘dilarang’ agama, harus diikuti selera mereka. Rakyat suka berjoget. Rakyat harus dipuaskan. Asal semua mendukung dan memilihnya. Nasyid sudah tidak laku lagi saat kampanye, lebih memilih band terkenal agar menarik minat hati orang ammah. Tidak berfikir panjang untuk mengeluarkan dana ratusan juta, yang penting rakyat terpuaskan dan entah dimana nilai manfaatnya. Kader pun memilih tsiqoh (percaya) sambil berkata, “itu sudah disyurokan oleh orang-orang sholeh di PKS”


Na'udzubillah... Fitnah dari mana lagi ini? Semoga Allah mengampuni anda wahai saudaraku.

12. Aurat wanita seakan menjadi maklum saat artis terkenal bernyanyi dan bergoyang diatas panggung kampanye. Disaksikan ribuan pasang mata kader. Mereka tidak malu, tidak pula merasa risih. Para ummahat dan akhwat-pun seolah tidak merasa bahwa izzahnya di injak, bahkan suami tercinta ikut melihat mendampingi. Ketika salah seorang al-akh yang hanif bertanya kepada Dewan Syari’ah melalui sms, “‘Afwan akhi, maksudnya kampanye PKS itu apa ya? Hukumnya apa yang begitu itu?”. Make your mouth shut, silent please! Bungkam!


Na'udzubillah... Fitnah apa lagi ini?

13. Oligarki politik serta diinasty kekuasaan menggantikan perasaan tanggung jawab dihadapan Allah ~’Azza wa jalla~


Tidak ada oligarki apalagi dinasti di PKS. Yang ada adalah kekurangan kader! Sehingga terpaksa suami dan istri harus sama-sama aktif, bahkan kemudian anak-anaknya juga.

14. Dahulu qiyadah kita begitu bersahaja dan menjadi tempat menumpahkan curahan hati. Sekarang berganti menjadi tampak begitu sangar dan penuh arogansi. “Lo gak nurut sama gue, mending keluar aje, gabung sama partai laen atau bikin jama’ah baru!”, atau “Ente kesenayan lagi, gue irup darah anak bini lu!”. Saya membatin dalam hati, seperti itukah jamaah ini mengajarkan seorang qiyadah?


Astaghfirullah.... Fitnah apa lagi ini?

Biasanya fitnah-fitnah seperti ini merujuk kepada peristiwa pemecatan kader-kader senior. Percayalah, tidak seperti itu yang terjadi. Segala proses pemecatan telah melalui proses yang panjang, mulai dari dewan syariah, komisi disiplin, persidangan, peringatan, dll, dsb. Proses ini tidak akan pernah dirilis ke khalayak umum. Ke kader pun tidak. Sebab ini adalah aib, dan aib seorang muslim wajib ditutupi dan haram disebarkan. Kecuali kalau memang sudah terpaksa, seperti yang dilakukan Ust Yusuf Supendi beberapa waktu lalu. Pada prinsipnya, kader PKS yang telah dipecat tetap akan dijaga wibawa dan kehormatannya. Dia bisa tetap aktif berdakwah di mana pun bahkan boleh berpolitik melalui partai manapun. Oleh karena itu PKS akan tetap merahasiakan alasan pemecatannya sehingga tidak merusak reputasi yang bersangkutan di mata orang lain.

15. Kadernya sudah merasa pintar dan cerdas-cerdas, pandai beretorika, pandai mengeluarkan argumen, pandai mengeluarkan pendapat, pandai merekayasa, pandai bermain intrikan dan pandai berorasi. Sudah tidak berselera lagi untuk hadir bermajelis ilmu dalam tatsqif dan kajian mendengarkan nasehat ust dan taujih robbani.


Kepandaian adalah buah dari tarbiyyah yang kami jalani. Tarbiyah bukan hanya melulu di dalam halaqah mingguan, tetapi juga proses-proses lainnya. Kami juga dilatih menjadi murabbi, menjadi khatib Jumat, dilatih untuk mengadvokasi kebutuhan-kebutuhan masyarakat, dilatih untuk berinteraksi dengan tokoh-tokoh masyarakat. Termasuk juga dilatih untuk faham terhadap intrik-intrik musuh Islam. Kami dilatih untuk dapat menulis, berbicara di depan umum, jurnalistik, bahkan diplomasi dan spionase. Karena itu jika kami 'tampak' merasa pintar dan cerdas, tolong ingatkan kami. Adakalanya perasaan kibr merasuk di hati kami, semoga Allah ampuni itu. Amiin.

Adapun dengan majelis ilmu, kajian-kajian tatsqif, taushiyah, taujih rabbani, saya selalu menemukan forum-forum tersebut dalam keadaan penuh sesak. Orang-orang yang datang belakangan terpaksa berdiri karena tidak mendapatkan tempat. Insya Allah semangat menuntut Ilmu masih subur di jamaah ini, dan mudah-mudahan Allah terus semakin menyuburkannya.

16. Liqo sudah sangat jauh dari semangat taqorub ilallah, ruhul jihad dan ittibaur rasul. Kini berganti membicarakan politik, rekayasa pemenangan ‘dakwah’, curhat qodhoya, bahkan habis dengan diskusi ngalor-ngidul, candaan sia-sia. Selesai larut malam tanpa ada semangat baru yang membekas. Datang telat menjadi hal yang biasa dan sangat maklum. Tidak ada iqob, baik sekali sang murobbi. Tidak ada catatan materi dibuku, karena mutarobbi ’sudah hafal’ materi diluar kepala. Tidak pernah ada setoran hafalan alquran lagi, karena sang kader selalu mengatakan “aduh, afwan ya akh, ane belom hafal, gimana ya, mm, hehehe”. Pulang liqo larut malam, kecapean, berat untuk qiyamulail, sholat shubuh kesiangan. Teruus begitu, tidak pernah berubah


Tidak relevan, soalnya tidak terjadi di sekitar saya. Memang ada yang merasakan kecenderungan ke sana, namun selalu ada nasihat-nasihat untuk perbaikan.

17. Demo menolak intervensi asing terhadap negeri-negeri muslim, dimanfaatkan dalam mengolah isu untuk menakut-nakuti Cikeas agar tidak direshufle. Sekarang semuanya hanya untuk kepentingan politik. Tidak bersungguh-sungguh berniat membela hak umat Islam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun