Dengan mengadopsi paradigma integrasi antropologis, kita dapat mengetahui pendekatan nilai irfaninya yaitu peneliti Muslim dapat menerapkan nilai-nilai keagamaan seperti kejujuran (ash-shiddiq) dan amanah (al-amana) dalam praktik penelitian mereka dikemudian.
Pendekatan ini juga tidak hanya membantu mengatasi konflik antara kedua bidang tetapi juga memperkuat nilai-nilai moral dan etika dalam praktik ilmiah. Selain itu juga dapat mengajarkan pentingnya menguatkan keimanan kepada Tuhan, pentingnya melihat sains dan agama bukan sebagai entitas yang terpisah melainkan sebagai dua cara untuk memahami realitas, dan juga menerima keragaman perspektif dalam memahami kebenaran.
kesimpulan
Kesimpulan dari teks tersebut adalah bahwa paradigma integrasi antropologis dalam konteks epistemologi Islam berupaya menyatukan pengetahuan yang bersumber dari wahyu dengan pemahaman ilmiah tentang manusia.Â
Dengan menggabungkan pendekatan nilai bayani, burhani, dan irfani, paradigma ini memberikan pemahaman holistik tentang keberadaan manusia. Meskipun terdapat perbedaan antara pendekatan ilmiah Barat dan narasi Islam mengenai asal usul manusia, keduanya dapat saling melengkapi.Â
Paradigma ini juga mendorong penerapan nilai-nilai moral dalam praktik ilmiah dan mengajarkan pentingnya melihat sains dan agama sebagai dua cara yang saling mendukung dalam memahami realitas.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H