Mohon tunggu...
fathiyah
fathiyah Mohon Tunggu... Relawan - mahasiswa

pembelajar dan terus akan belajar :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pandemi Covid-19, Sebuah Mimpi Buruk atau Pengingat yang Baik?

14 April 2020   12:07 Diperbarui: 14 April 2020   12:17 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tepat pada 2 Maret 2020, kasus positif pertama Covid-19 diumumkan di Indonesia. Jumlah kasus terjangkit kemudian meningkat setiap harinya hingga mencapai angka 2000 ketika tulisan ini dibuat. Peningkatan yang begitu cepat menyebabkan perubahan social yang begitu cepat pula. 

Mulai dari keluarnya kebijakan pemerintah untuk menjaga jarak (physical distancing), kebijakan Work From Home oleh perusahaan-perusahaan, hingga perubahan sistem pembelajaran menjadi online oleh beberapa instansi pendidikan. Manusia-manusia dengan segudang agendanya mulai terhenti, tertunda, dan terjadi pembatalan. Selagi bukan untuk membeli kebutuhan pokok, semua harus dilakukan dari rumah. Jalanan pun kini sepi, tidak perlu lagi car free day jika ingin berjalan santai di trotoar besar.

Sekilas kita melihat pandemi Covid -19 adalah mimpi buruk. Jumlah korban meninggal karena pandemi ini pun tidak kunjung menurun. Terlebih bagi para pekerja dengan pemasukan harian, pendapatan mereka menurun drastis. Tidak tanggung-tanggung bahkan yang dikeluarkan dari pekerjaannya pun tidaklah sedikit. Pandemi ini adalah mimpi buruk, begitulah yang kita lihat. Namun apakah benar pendemi ini sepenuhnya mimpi buruk?

"Sesungguhnya ada beberapa tanda-tanda kekuasaan Allah pada (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya bagi orang-orang yang bertanya." Qs. Yusuf: 7.

Betapa pada ayat itu  Allah memerintahkan umat Islam untuk senantiasa berpikir dari kejadian-kejadian yang telah dialami, terutama untuk memahami kekuasaan Allah Ta'ala. Maka dibalik pandemi Covid-19 pun pasti ada hikmah/pengingat yang baik dari-Nya yang dapat kita petik. Berikut adalah 3 poin hikmah dari pandemi Covid-19 yang telah penulis rangkum:

1. Bukti besarnya kuasa Allah.

Corona adalah virus berukuran 400-500 micro, yang jika dibandingkan dengan ukuran manusia sangatlah kecil sekali dan bahkan tidak tampak oleh kasat mata. Namun bagi-Nya mudah sekali menumbangkan yang besar dengan yang kecil jika Ia telah berkehendak. Tidak ada lagi yang bisa membanggakan diri. 

Pejabat, public figure, orang besar, semuanya memiliki potensi untuk terserang jika tidak berhati-hati. Lencana yang ia pakai, pamornya yang kerap dibanggakan, dan keangkuhannya dalam memimpin, berhasil membuat semua orang merasa was was dan ketakutan. Itu semua tidak lepas dari kuasa Allah yang Maha Besar. Hal ini membuat kita berfikir, jika hal kecil seperti virus ini saja sudah berhasil membuat kita ketakutan, apalagi dengan kengerian lain dari Allah yang Maha Keras Adzabnya bagi orang-orang yang membangkang?

2. Sarana bersedekah dan tolong menolong.

Dampak corona yang paling besar dirasakan tidak lain adalah oleh para pekerja harian. Sebanyak 106 pekerja di Bali diPHK sebagai dampak pandemic ini, berdasarkan data yang dikutip dari Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Bali, Ida Bagus Ngurah Ardha. Data tersebut baru diambil dari satu provinsi saja, belum lagi masih ada 32 provinsi di Indonesia yang memiliki permasalahan yang sama. Hal ini membuat keluarga-keluarga kecil di Indonesia mengalami pemasukan yang terhenti. 

Melihat hal tersebut, banyak sekali lembaga kemanusiaan seperti Aksi Cepat Tanggap, Human Initiative, Smart 171, yang kemudian mengadakan penggalangan bantuan untuk membantu saudara sebangsa yang membutuhkan. Tidak hanya mereka, disusul oleh influencer seperti rachelvennya, kumpulan artist design seperti Terbangin, konser amal oleh Didi Kempot, pun membuat gerakan yang sama. Hasilnya tidak tanggung-tanggung, pemerintah melaporkan, jumlah donasi yang didapat dari penggalangan yang dilakukan rakyat ini sendiri saja sudah mencapai  18 Milyar. Betapa sejatinnya rakyat Indonesia ini mampu untuk berbagi. Sejatinya jalur kebaikannya sudah terbuka banyak. Hanya saja, apakah hati kita tergerak?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun