Mohon tunggu...
Fathia Ilma Nafia
Fathia Ilma Nafia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pentingnya Adab dalam Meraih Keberkahan Ilmu

2 Desember 2024   14:33 Diperbarui: 2 Desember 2024   14:39 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak memulai berbicara di sisi guru melainkan seizinnya artinya tidak bersegera berkata-kata di hadapannya, kecuali bila sang syaikh mengizinkannya. Karena penutut ilmu itu bagaikan anak baginya. Sehingga ia tidak berbicara di hadapan syaikhnya sampai syaikh mengizinkannya ,atau ketika murid tahu sang syaikh ridha dengan apa yang hendak disampaikan murid.

Dan tidak banyak berbicara di sisinya.

Di antara adab majelis adalah bahwa pembicaraan itu menjadi hak dari pemimpin majelis, dan ia adalah guru dan syaikh. lalah yang seharusnya berbicara, sedangkan yang lain menyimak dan mengambil manfaat dari ucapannya.

Adapun ikut turut berbicara di saat majelis sang guru dan banyak berbicara di hadapan guru, maka ini adalah di antara tanda sang murid tidak mendapatkan kejayaaan.

Sufyan Ats-Tsauri berkata,"Bila engkau lihat seorang pemuda berbicara di hadapan para syaikh, ketahuilah bahwa ia tidak akan berjaya." Artinya bila engkau melihat seseorang berlaku keterlaluan, berlebihan, dan frekuensinya begitu banyak dalam hal tersebut,maka itu adalah tanda ia tidak akan berhasil.

Menurut kebiasaan yang berlaku, bahwa orang yang seperti itu, biasanya ia orang yang terpedaya mengandalkan dan menganggap dirinya sendiri; ia melihat ahli ilmu yang ada di hadapannya belum lagi punya apa-apa, bila penjelasan tentang yang dibahas dipaparkan dengan lisannya si murid. Sehingga ia menyangka bahwa berpanjang-panjang dalam berbicara adalah tanda luasnya ilmu. Ini adalah tanda-tanda kebodohan.

Diantara bentuk mengagungkannya adalah mengagungkan guru (menghormati anak-anaknya, dan semua yang terkait dengannya).

Yaitu menjaga hak-hak anak-anak guru dan para murid-murid yang mengambil ilmu darinya; dan yang terkait dengannya selain mereka, seperti kerabat, baik secara nasab maupun karena kerabat dari hubungan pernikahan; atau lainnya. la harus menghormati mereka, dalam rangka menjaga hak sang guru.

Barang siapa yang sang guru merasa tersakiti karenanya, maka ja akan terhalang dari berkahnya ilmu, dan ilmunya tidak bisa diambil manfaatnya kecuali hanya sedikit.

Artinya orang yang dengan sangat antusias sekali dalam mendapatkan ilmu dari gurunya; hingga sampai hal tersebut membuatnya menyakiti ustadznya, baik dengan ucapan,perbuatan, maupun lainnya; maka berkah ilmu akan hilang darinya.

Al-lraqi telah menyebutkan dalam At-Taqyid wal lidhaah bahwa sebagian rekannya, termasuk orang yang menyulitkan atas sebagian syaikh yang memperdengarkan pelajarannya.la meminta dengan sangat kepada syaikh tersebut agar ia membacakan Umdatul Ahkam untuk mereka hingga sang syaikh memperdengarkannya kepada mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun