Sang supervisor kemudian terlihat berdiskusi dengan resepsionis, Â tak lama kemudian di kembali menghampiriku,
"Kami akan membukakan kamar untuk bapak, tapi kami tidak akan memberikan kuncinya".
"Ok... that's fine," jawabku singkat. Aku terlalu lelah untuk berdebat lagi.
Resepsionis kemudian mengantarku ke kamar, dia bukakan kamar, aku masuk, dan diapun berlalu. Akupun berdiri dalam gelap di kamar hotel karena ada kartu yang harus disisipkan di tembok dekat pintu agar listrik bisa menyala. Entah dia lupa atau sengaja yang jelas aku enggan untuk memanggilnya lagi.
Kunyalakan lampu flash pada handphone, aku cari benda yang mungkin aku bisa sisipkan di slot listrik, satu-satu laci kubuka, nihil....
Tiba-tiba aku teringat, kuraba kantong bajuku, Alhamdulillah bekas kartu slot sim card yang tadi kubeli masih ada, segera kusisipkan kartu tersebut ke slot listrik dan walaaaaa....lampupun terang. Alhamdulillah....
Segera aku ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu, aku belum solat magrib dan isya. Kubaca al-fatihah secara perlahan, ayat demi ayat. Iyyaka na'budu, wa iyyaka nasta'in, hanya kepadaMu aku menyembah dan hanya kepadaMu aku meminta pertolongan.
Selesai solat aku tengadahkah muka ke atas, "Astagfirullah, Astagfirullah, Astagfirullah, Ya Allah, aku Ikhlas menerima musibah yang menimpaku sekarang ini, namun berikalah aku hikmah dari kejadian ini agar aku dapat menjadi orang yang lebih bijak dan tangguh," Amin ya Robbal alamin".
Aku tidak berdoa panjang lebar, akupun tidak berdoa agar dompetku kembali, aku merasa Allah yang maha tahu apa yang terbaik untukku, jadi biarlah Allah yang menentukan jalan keluarnya.
Selesai berdoa, langsung kurebahkan tubuh dikasur dan bersiap untuk tidur. Alhamdulillah aku bukanlah tipe orang yang tidak bisa tidur karena sedang ada masalah. Beberapa menit kemudian aku sudah mengantuk namun dikagetkan dengan bunyi dering handphone. Segera kusambar handphone yang memang kuletakan di meja sebelah ranjang. Kode +65, no Singapura, ini pasti Yusuf, pikirku.
"Halo...." dari seberang sana