Mohon tunggu...
Fathan Muslimin Alhaq
Fathan Muslimin Alhaq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Writer

Anak pesisir pantai selatan yang memiliki hobi berkelana di kota orang. Berkeinginan untuk berbagi informasi tentang Indonesia sebagai bentuk kontribusi saya sebagi anak muda kepada Indonesia dalam hal penyebaran informasi yang nyata tanpa asumsi semata.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ribuan Buruh Serbu Istana: Tolak Tapera dan Kebijakan Tidak Adil!

8 Juni 2024   17:05 Diperbarui: 8 Juni 2024   17:05 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ribuan buruh yang berasal dari Jabodetabek dan berbagai organisasi serikat pekerja melakukan unjuk rasa di depan Istana (6/6/2024). Aksi ini dipimpin oleh Presiden Partai Buruh yang juga Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal. Para buruh ini memulai aksi mereka pukul 10.00 dengan titik kumpul di depan Balaikota, kemudian bergerak menuju Istana melalui kawasan Patung Kuda.

Penolakan Terhadap Kebijakan Tapera

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Salah satu isu utama yang menjadi perhatian dalam aksi ini adalah penolakan terhadap kebijakan Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera). Said Iqbal mengungkapkan bahwa kebijakan ini sangat merugikan para pekerja karena membebani mereka dengan iuran tanpa memberikan kepastian akan memiliki rumah setelah 10 hingga 20 tahun berkontribusi.

"Kebijakan Tapera ini tidak hanya membebani pekerja dengan iuran, tetapi juga tidak memberikan kepastian bahwa mereka akan memiliki rumah setelah berkontribusi selama bertahun-tahun," ujar Said Iqbal. Ia juga menambahkan bahwa Pemerintah seolah-olah lepas tanggung jawab dalam penyediaan rumah, karena hanya bertindak sebagai pengumpul iuran tanpa mengalokasikan dana dari APBN maupun APBD untuk program tersebut.

Selain itu, Said Iqbal juga menyoroti masalah potensi korupsi dalam pengelolaan dana Tapera dan kerumitan dalam proses pencairan dana. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan buruh bahwa dana yang mereka kumpulkan selama bertahun-tahun tidak akan dikelola dengan baik dan transparan.

Isu-Isu Lain dalam Aksi


Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Selain menolak kebijakan Tapera, aksi ini juga akan mengangkat beberapa isu penting lainnya yang mempengaruhi kehidupan buruh dan rakyat pada umumnya. Berikut adalah beberapa isu yang akan disuarakan dalam aksi ini:

1. Tolak Uang Kuliah Tunggal (UKT) Mahal

Para buruh juga akan menolak tingginya biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang semakin memberatkan. Pendidikan yang seharusnya menjadi jalan menuju kehidupan yang lebih baik, kini menjadi beban yang menghimpit akibat biaya yang terus melambung. Bagi anak-anak buruh, mimpi untuk meraih pendidikan tinggi semakin sulit dicapai dengan adanya UKT yang mahal.

2. Tolak Kamar Rawat Inap Standar (KRIS) BPJS Kesehatan

Kebijakan Kamar Rawat Inap Standar (KRIS) BPJS Kesehatan juga menjadi sorotan dalam aksi ini. Menurut para buruh, kebijakan ini justru menurunkan kualitas layanan kesehatan dan akan semakin memperburuk pelayanan di rumah sakit yang sudah penuh sesak. Buruh menuntut pemerintah untuk mempertimbangkan kembali kebijakan ini dan memastikan pelayanan kesehatan yang adil dan layak bagi seluruh rakyat.

3. Penolakan terhadap Omnibuslaw UU Cipta Kerja

Omnibuslaw UU Cipta Kerja juga menjadi salah satu fokus utama dalam aksi ini. Meskipun diklaim akan mendorong investasi, bagi para buruh, UU ini merupakan simbol ketidakadilan yang melegalkan eksploitasi. Fleksibilitas kerja melalui kontrak dan outsourcing yang semakin bebas hanya memberikan kemudahan bagi pengusaha untuk memperlakukan buruh sebagai alat produksi semata, bukan sebagai manusia yang memiliki hak dan martabat. UU Cipta Kerja juga menyebabkan upah murah, pesangon rendah, mudahnya PHK, jam kerja yang fleksibel, hingga hilangnya beberapa sanksi pidana.

4. Hapus Outsourcing dan Tolak Upah Murah (HOSTUM)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun