Oleh karena itu, dengan memilih membeli barang bekas, termasuk pakaian, setidaknya kita membantu menghemat sumber daya dan mengurangi emisi CO2, karena kita telah membantu mengurangi produksi produk baru.
Di sisi lain, membeli barang bekas juga mendorong ekonomi sirkular. Kita sama-sama tahu bahwa berbagai kegiatan ekonomi kita telah ikut andil dalam penurunan kualitas lingkungan.
Limbah atau polusi adalah dua efek negatif yang ditimbulkan oleh berbagai aktivitas ekonomi kita. Hingga saat ini, kegiatan ekonomi yang kita lakukan secara linear mengikuti model ABB (take, make, dan disposal). Sumber daya alam ditambang, diproses, dan digunakan secara besar-besaran, tetapi berakhir sebagai limbah.
Jadi kami mencoba mengubahnya dengan menerapkan model ekonomi sirkular. Kita tidak langsung membuang barang-barang yang kita buat dan gunakan sebagai sampah.Â
Namun, dapat digunakan kembali. Salah satu opsi adalah beroperasi dengan hemat. Seperti disebutkan sebelumnya, ini pada gilirannya meningkatkan kualitas lingkungan.
Satu studi menemukan bahwa dengan menerapkan ekonomi sirkular, kita dapat menghindari pemborosan dan menghemat hingga hampir $5 triliun per tahun. Pada saat yang sama, kami juga memiliki peluang yang lebih baik untuk pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.Â
David McGinty (2020) mengatakan dalam salah satu karyanya, How to build a circular economy, bahwa selain mengurangi konsumsi, langkah penting lainnya dalam membangun ekonomi sirkular adalah cerdas dalam hal konsumsi.Â
Menurutnya, kita perlu lebih cerdas dalam berkonsumsi, lebih selektif dalam memutuskan apa yang akan kita konsumsi atau gunakan. Misalnya, daripada membeli barang baru dan mahal, kita bisa membeli barang bekas, tetapi masih bagus dan berfungsi lebih murah.Â
Mempertimbangkan dampak lingkungan yang positif, kegiatan penyelamatan harus lebih dipromosikan. Ini adalah pengembangan perilaku konsumsi yang cerdas dan berkelanjutan sesuai dengan prinsip ekonomi sirkular.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H