Mohon tunggu...
FATHAN SYARIFHIDAYATULLAH
FATHAN SYARIFHIDAYATULLAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Matematika Universitas Sebelas Maret

memiliki hobi menulis, membaca, dan memelihara ikan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Tren Thrifting di Kalangan Anak Muda dan Kebiasaan Konsumsi yang Ramah Lingkungan

10 April 2023   21:28 Diperbarui: 15 April 2023   15:01 4455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Thrifting menjadi fenomena yang digemari anak muda untuk mendapatkan item fashion dengan harga terjangkau. (sumber: Pexels via kompas.com)

Bertempat di Mal Astha Setal, SCBD, Jakarta, pada Jumat (17/6/2022), bertempat di kios Old Goods Spring Back dengan kain lap dan baju bekas daur ulang, diadakan kampanye daur ulang kain dan baju bekas.

Bayangkan berapa banyak sumber daya yang dibutuhkan untuk membuat produk baru. Misalnya untuk memproduksi pakaian, kita membutuhkan tanah untuk menanam kapas, kita juga membutuhkan air untuk mengairinya. Belum lagi pestisida yang mengusir hama kapas. 

Kemudian kita membutuhkan bahan bakar untuk mengangkut kapas. Sama seperti kapas yang mulai diolah menjadi benang dan kain, hingga akhirnya menjadi pakaian dan sampai ke tangan konsumen, semua proses membutuhkan sumber daya. 

Semakin banyak produk baru yang kita buat dan gunakan, semakin banyak sumber daya yang kita butuhkan dan semakin banyak kita mencemari. 

ilustrasi: Berjalan di tengah para penjual Thrifting. (Foto: Dokumentasi Pribadi)
ilustrasi: Berjalan di tengah para penjual Thrifting. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Ambil contoh sektor tekstil. Menurut Johnsen (2019), pangsa produksi tekstil dalam emisi karbon dioksida dunia adalah 10 persen, yang sesuai dengan emisi yang dihasilkan oleh Uni Eropa. Selain itu, juga memakan banyak sumber air bersih dan mencemari sungai. 

Faktanya, mencuci pakaian saja dapat membuang 500.000 ton microfiber ke laut setiap tahunnya, yang setara dengan 50 miliar botol plastik. Semakin banyak produk baru yang kita buat dan gunakan, semakin banyak sumber daya yang kita butuhkan dan semakin banyak kita mencemari. 

Sebuah laporan Quantis International 2018 yang dikutip di Earth.org menemukan bahwa tiga kontributor utama dampak polusi global dari industri tekstil adalah proses pewarnaan dan finishing (36 persen), penyiapan benang (28 persen), dan produksi serat. (15 persen). 

Laporan tersebut juga mencatat bahwa produksi serat memiliki dampak tertinggi pada pemulihan air tawar dan kualitas ekosistem karena proses penanaman kapas.

Sedangkan pencelupan dan finishing, pemprosesan benang dan pembuatan serat memiliki penipisan sumber daya tertinggi karena konsumsi energi. proses intensif berdasarkan bahan bakar fosil. 

Menurut Perjanjian Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Perubahan Iklim, emisi dari produksi tekstil saja akan meningkat sebesar 60 persen pada tahun 2030.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun