Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Desa Sukarara Berupaya Melestarikan Warisan Tenun Songket Khas Lombok

11 Desember 2023   16:29 Diperbarui: 11 Desember 2023   16:46 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses menenun/Foto Fatmi Sunarya

Indonesia tidak hanya memiliki kekayaan alam tapi juga kekayaan budaya, keragaman suku bangsa, ras, kepercayaan dan agama serta bahasa. Indonesia begitu memesona dengan banyak warna.

Kekayaan budaya adalah benda fisik yang merupakan bagian dari warisan budaya suatu kelompok atau masyarakat. Benda fisik tersebut termasuk bangunan bersejarah, karya seni, situs arkeologi, perpustakaan dan museum. 

Salah satu yang menarik perhatian saya dari dulu adalah kain tradisional yang juga merupakan kekayaan budaya kita.

Siapa yang tidak mengenal batik, songket, tenun ikat, ulos dan masih banyak kain tradisional yang menjadi warisan budaya Indonesia. 

Beberapa kain tradisional Indonesia sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Warisan budaya tak benda merupakan peninggalan budaya berupa praktik, representasi, ekspresi, pengetahuan, keterampilan, misalnya keterampilan membatik, menenun yang dimiliki masyarakat kita yang telah menjadi tradisi.

Kala berada di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) selama beberapa hari, setelah berkunjung ke Pantai Senggigi yang saya tulis di artikel terdahulu, saya tertarik dengan tenun Sasak. Seperti kita ketahui, suku Sasak adalah suku asli yang mendiami Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat dan suku Sasak memiliki tenun Sasak yang mempunyai keunikan tersendiri dari kain tradisional Indonesia lainnya.

Pemandu wisata mengarahkan kami untuk mengunjungi Desa Sukarara, memang Desa Sukarara dan juga Desa Sade dikenal sebagai desa tenun di NTB. 

Desa Sukarara terletak di Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, NTB dan berjarak sekitar 25 km dari Kota Mataram, ibukota NTB.

Desa Sukarara menjadi sentra tenun, di sini masyarakat memiliki kesadaran untuk melestarikan warisan tenun tradisional khas Lombok yakni "Tenun Songket". 

Di Desa Sukarara, pandai menenun menjadi syarat perempuan untuk menikah. Jika tidak bisa menenun maka belum diizinkan menikah.

Di Desa Sukarara ini kami mengunjungi sentra industri kerajinan PATUH, di halaman kami disambut dengan dua panggung bambu tempat aktivitas menenun, kain warna warni yang digantung dan ada miniatur rumah suku Sasak.

Wah sungguh mengasyikkan berada di Desa Sukarara ini dan kami diberi keleluasaan beraktivitas serta disediakan menyeduh kopi khas Lombok secara gratis. 

Apa saja aktivitas yang bisa dilakukan di sini, yuk disimak.

1. Melihat proses menenun/pembuatan kain songket secara manual 

Di sentra industri kerajinan Patuh ini, kita bisa menyaksikan proses menenun/pembuatan kain songket secara manual juga diperbolehkan mencoba menenun dengan dipandu oleh inaq (ibu). 

Menenun merupakan tradisi yang diwariskan secara turun-temurun yang biasanya dilakukan perempuan dalam mengisi waktu luang. 

Tenun Sasak masih memakai bahan alami, tidak dicampur dengan bahan kimia serta benang yang digunakan berasal dari kapas. Disamping itu ragam hias mempunyai arti simbolik bagi suku Sasak.

Proses menenun/Foto Fatmi Sunarya
Proses menenun/Foto Fatmi Sunarya

2. Memakai pakaian adat suku Sasak

Pemandu di sentra industri kerajianan Patuh menawari dengan ramah untuk memakaikan pakaian khas suku Sasak. Untuk perempuan, pakaian terdiri atasan bernama lambung  dan bawahan songket dan ditambah selendang yang menjuntai. Untuk pakaian laki-laki bernama pegon. 

Foto Dokpri
Foto Dokpri

3. Berfoto di miniatur rumah adat suku Sasak

Pemandu setelah memakaikan pakaian suku Sasak juga menawari untuk mengambil foto kami di miniatur rumah adat suku Sasak. Rumah adat bernama Bale ini beratap jerami dan berdinding anyaman bambu. 

Rumah Bale ini mempunyai banyak filosofis, seperti pintu depan yang rendah dan kecil sehingga tamu harus menunduk jika masuk. Hal ini mengandung filosofis bahwa tamu harus menghormati tuan rumah.

Foto Dokpri
Foto Dokpri

4. Membeli kain tenun

Foto Fatmi Sunarya
Foto Fatmi Sunarya

Sentra industri kerajinan Patuh adalah koperasi yang memamerkan dan menjual kain tenun hasil produksi warga Sukarara. Jadi, pengunjung bisa membeli kain songket nan cantik dan beragam motif khas Lombok di sini.

Menurut pengelola sentra industri kerajinan Patuh, hal ini dilakukan sebagai upaya mempromosikan kain Songket khas Lombok dan juga membantu perekonomian warga Desa Sukarara. 

Hasilnya adalah, kain Songket khas Lombok ini dikenal dan menembus pasar internasional. Kain songket khas Lombok ini diburu oleh pecinta kain tradisional atau para kolektor baik dari wisatawan lokal maupun mancanegara.

Proses pembuatannya yang lama dan memiliki nilai estetik sehingga menjadikannya menjadi istimewa. 

Desa Sukarara patut dikunjungi guna mendukung upaya dari Desa Sukarara dalam melestarikan warisan tenun songket khas Lombok. 

Lombok tidak hanya terkenal dengan keelokan alamnya tapi ada wisata unik yang mengedepankan pelestarian kain tradisional yang patut kita apresiasi.

Salam dari Lombok

FS, Desember 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun