Sambil nyari tempat ngupi yang enak, dalihnya.
Dengan langkah gontai, aku dan ponakan menemani Engkong jalan pagi, pulang rasanya mau pingsan. Ini kota Engkong, bukan dusun kita yang sejuk, kayak di gunung.
Di mana kesukaran di situ ada kesukaran (lagi). Sarapan di hotel, Engkong kembali rewel. Ngga enak. Apaan sih goreng ayamnya segede gaban. Engkong ingat ayam kampung yang rasanya gurih dan kriuk.
Ya Tuhan, daku mulai memutar otak. Siang ini kayaknya harus cek out dari hotel. Tak sanggup daku staycation lebih lama lagi.
"Nkong, kita pulang aja ya, kata nenek si Rambo sakit mungkin merindukan Engkong," bujukku. Rambo adalah ayam jago kesayangan Engkong.
Iya, kita pulang siang ini, kata Engkong. Ngga enak jadi orang kaya. Main sama Rambo lebih asyik, ujar Engkong.
Dunia rasanya lapang, daku segera cek out. Dalam bis dalam perjalanan pulang, tetiba Engkong bertanya.
"Tik, berapa ongkos kita tinggal di hotel bagus itu."
"Ah murah Nkong, don't worry lah," ujarku.
"Tiba-tiba si ponakan nyeletuk, satu juta lima ratus ribu rupiah, itupun sudah diskon, Nkong."
"Aphahhhh? Mahal banget. Kalau dibeliin ayam jago bisa 10 ekor, kalo dibeliin anak kambing dapat 2 ekor, belum lagi kalo kambingnya beranak pinak, bisa ke beli si hotel mahal itu, Engkong meradang." Ngomel di sepanjang jalan.
Untunglah, nenek mengajarkan kami untuk menghormati orang tua. Ingat, kalau tidak ada Engkong, ibu kalian tidak ada, kalau tidak ada ibu kalian, kalian pun tak ada.
Syeppp, Engkong mau ke mana, daku turut asal jangan staycation di hotel berbintang lagi ya. Berbintang-bintang pula rasanya kepala daku.
FS. Jika tak lucu, jangan tertawa. Daku tersinggung.