Engkong menganut paham kepoisme, paling kepo iisshh....
"Engkong lihat di pesbuk, tetangga depan rumah nginap di hotel," ujar Engkong.
"Mentang-mentang menantunya kaya," lanjutnya mangkel.
Emang Engkong punya pesbuk? Kagak. Engkong dapat ngintip dari nenek. Emang nenek punya pesbuk? Engga. Nenek ngebajak hape tetangga. Yang beginian sumber hoaks.
Engkong melirik pada diriku, cucu kesayangannya.
"Tik, kamu sudah kaya apa belom?" Tanya Engkong.
"Belomlah Nkong, tapi kalo Engkong memang mau nginap di hotel, Surti usahaken," sahutku sambil menerka saldo tabungan.
"Ayo minggu depan, kebetulan ngga sibuk," jawab Engkong berseri.
"Lha biasanya juga Engkong ngga sibuk," aku ngedumel.
Tiga hari sebelum berangkat Engkong sudah packing, pakaian Engkong sudah tersusun rapi dalam koper kulit keluaran tahun 1950-an.
"Alamak, mau umroh Nkong, kok banyak banget barang-barangnya."Â
"Sarung satu lusin, emang Engkong mau bagiin untuk sunat massal."
Setelah dikurangi 3 lapis, tinggal selapis pernak pernik Engkong. Engkong manyun, bodo amat.
Karena tinggal di dusun dan hotel berbintang itu ada di kota, kami mesti naik bis selama 10 jam ke kota. Daku, Engkong dan seorang ponakan laki-laki buat nemenin Engkong tidur, kami bertiga berangkatlah dengan riang dan gembira.