Alam menciptakan kemampuan. Keberuntungan melengkapinya dengan kesempatan - Francois de la Rochefoucauld (Penulis dari Perancis, 1613-1680)
Kompasiana Awards 2023 kembali digelar, setelah kita mengajukan nominasi pada tanggal 1-10 Oktober 2023, kemudian ada tahap seleksi pada tanggal 10-13 Oktober 2023.Â
Semoga Kompasianer yang tanpa lelah menyajikan artikel terbaiknya di Kompasiana masuk dalam nomine Kompasiana Awards 2023.
Nah, ketika sudah ada pengumuman nomine Kompasiana Awards 2023, mari kita pilih/vote Kompasianer yang terpilih masuk nomine setiap kategori pada masa voting 14 Oktober 2023 s/d 05 November 2023.
Sungguh banyak Kompasianer terbaik dan sampai bingung mesti nominasi yang mana. Saya sudah mengajukan nominasi untuk mendukung sahabat Kompasianer, sayangnya kita hanya diperbolehkan mengajukan satu calon untuk setiap kategori.Â
Seandainya bisa lebih dari satu, mungkin saya akan mengajukan 5, 10 untuk setiap kategori. Karena semua Kompasianer memiliki keunikan, kekhasan, spesifik masing-masing dalam menulis di Kompasiana.Â
Semoga dipertimbangkan untuk Kompasiana Awards mendatang, Kompasianer bisa mengajukan nominasi lebih dari satu.Â
Kemudian juga dipertimbangkan kategorinya ditambah. Semisal, ada Best in Sport khusus untuk pengolah kata dalam dunia olahraga. Best in Culture bagi penulis yang fokus mengangkat seni budaya Indonesia. Walaupun ada specific interest, tapi tidak mengakomodir semua penulis yang menulis pada minat tertentu.
Menjadi Best in Fiction pada Kompasiana Awards 2022 lalu, saya sangat berterima kasih atas apresiasi dari Kompasiana dan dukungan dari sahabat Kompasianer juga dari Komunitas Inspirasiana. Hingga saat ini masih mendukung saya untuk tetap menulis di Kompasiana, tanpa menyebut nama satu persatu.
Tahun lalu saat saya memenangi Best in Fiction, apakah saya terbaik dan terhebat pada kategori fiksi? Apakah keberuntungan atau kebetulan? Saya dengan kerendahan hati menyatakan bahwa saya bukanlah terbaik dan terhebat.Â
Bukan pula kebetulan, saya menyebutnya sebuah "keberuntungan".Â
Setiap orang dianugerahi dengan kemampuan, banyak yang hebat tapi tidak beruntung pada masa tertentu. Mungkin memperoleh keberuntungan di waktu yang lain.
Dari mana asal keberuntungan? Saya mengingat akan satu hal, semakin keras dirimu bekerja semakin beruntung pula dirimu.Â
Keberuntungan bukanlah datang serta-merta tapi keberuntungan adalah hasil keringat. Ada perjuangan di dalamnya. Jika hari ini dirimu tidak beruntung, mungkin esok dirimu beruntung.
Ketika saya mulai menulis di Kompasiana pada Agustus 2019, saat itu semangat saya boleh dikatakan pada level tertinggi. Melesat dari debutan hingga saat ini fanatik.Â
Seorang sahabat dan sekaligus mentor dalam menulis pernah bertanya pada saya di masa semangat tinggi tersebut. Apa sih yang kamu kejar di Kompasiana? Mengumpulkan poin? Mencari K-Rewards? Atau ingin populer saja?
Satu hal pada diri saya dari masa kanak hingga sekarang adalah ketekunan. Jika sudah nyemplung, saya selalu serius dalam pekerjaan maupun hobi.
Akan pertanyaan sahabat saya tersebut, saya sedikit terperangah, apa sih yang saya kejar di Kompasiana?Â
Mengumpulkan poin, saya menolak keras hal tersebut. Buat apa poin segudang, saya di Kompasiana tidak pernah berhitung apakah poin saya segini, segitu. Itu tidak penting, dan juga apa kepentingannya. Saya bertumbuh dengan alami.
Mencari K-Rewards, juga bukan itu tujuan. Walaupun dari dulu saya giat menulis, boleh dilihat perolehan K-Rewards di akun Kompasiana saya, tidak banyak. Saya cuma sekali pernah dapat 1 juta-an ketika menulis topil dihitung 2 kali lipat dari K-Rewards.Â
Kalau menulis bukan tujuannya untuk K-Rewards, kok sering gaduh akan K-Rewards? Saya tidak suka akan ketidakadilan. Seorang boss saya pernah berkata, hargai titik peluh orang yang bekerja walaupun itu hanya setitik peluh.
Jadi, berisik dengan harapan ada pembenahan, tidak apa tha. Saya sebenarnya sungkan membicarakan masalah uang, tapi kasihan sahabat Kompasianer tidak ada pemerataan mendapatkan reward padahal rajin mengisi ruang di Kompasiana. Tidak semua sahabat Kompasianer punya pekerjaan yang mapan.
Nah, apakah saya ingin populer? Tidak juga menginginkan hal tersebut. Di dusun, saya bukan sosok yang terkenal dan dikenal, biasa saja. Di Kompasiana apakah saya populer, tidak juga. Yang populer itu ya engkong Felix, pak Tjipta, pak Capres 2024, yekan yekan.
Lalu, apa sih yang saya kejar di Kompasiana. Tidak ada, tidak ada yang dikejar. Memang kita lagi lomba lari maraton. Tidak ada yang dikejar dan mengejar.Â
Cukup menjadi manusia yang bermanfaat. Tidak ada ambisi, namun berproses secara alami saja.Â
Jika tahun lalu saya memenangi Best in Fiction, bersyukur akan keberuntungan dalam proses bertumbuh alami dalam menulis.
Bagi saya pribadi, segala sesuatu dalam hidup adalah energi, dan saya tidak mau membuang energi percuma.
Mari kita habiskan energi dengan cara yang benar, fokuskan energi untuk memahami diri sendiri pada tujuan, nilai, dan aspirasi. Hingga kita dapat menjalani kehidupan yang otentik, menebar banyak cinta dan manfaat bagi sekitar.
Semoga perhelatan Kompasiana Awards 2023, banyak keberuntungan yang diraih sahabat Kompasianer. Selalu support untuk sahabat Kompasianer tercinta.Â
Salam Kompasiana,
FS
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H