Bukan pula kebetulan, saya menyebutnya sebuah "keberuntungan".Â
Setiap orang dianugerahi dengan kemampuan, banyak yang hebat tapi tidak beruntung pada masa tertentu. Mungkin memperoleh keberuntungan di waktu yang lain.
Dari mana asal keberuntungan? Saya mengingat akan satu hal, semakin keras dirimu bekerja semakin beruntung pula dirimu.Â
Keberuntungan bukanlah datang serta-merta tapi keberuntungan adalah hasil keringat. Ada perjuangan di dalamnya. Jika hari ini dirimu tidak beruntung, mungkin esok dirimu beruntung.
Ketika saya mulai menulis di Kompasiana pada Agustus 2019, saat itu semangat saya boleh dikatakan pada level tertinggi. Melesat dari debutan hingga saat ini fanatik.Â
Seorang sahabat dan sekaligus mentor dalam menulis pernah bertanya pada saya di masa semangat tinggi tersebut. Apa sih yang kamu kejar di Kompasiana? Mengumpulkan poin? Mencari K-Rewards? Atau ingin populer saja?
Satu hal pada diri saya dari masa kanak hingga sekarang adalah ketekunan. Jika sudah nyemplung, saya selalu serius dalam pekerjaan maupun hobi.
Akan pertanyaan sahabat saya tersebut, saya sedikit terperangah, apa sih yang saya kejar di Kompasiana?Â
Mengumpulkan poin, saya menolak keras hal tersebut. Buat apa poin segudang, saya di Kompasiana tidak pernah berhitung apakah poin saya segini, segitu. Itu tidak penting, dan juga apa kepentingannya. Saya bertumbuh dengan alami.
Mencari K-Rewards, juga bukan itu tujuan. Walaupun dari dulu saya giat menulis, boleh dilihat perolehan K-Rewards di akun Kompasiana saya, tidak banyak. Saya cuma sekali pernah dapat 1 juta-an ketika menulis topil dihitung 2 kali lipat dari K-Rewards.Â
Kalau menulis bukan tujuannya untuk K-Rewards, kok sering gaduh akan K-Rewards? Saya tidak suka akan ketidakadilan. Seorang boss saya pernah berkata, hargai titik peluh orang yang bekerja walaupun itu hanya setitik peluh.