"Jangan hanya karena kamu kesepian membuatmu berhubungan kembali dengan orang toksik. Kamu tidak seharusnya minum racun hanya karena kehausan"
Toksik merupakan serapan dari bahasa Inggris "toxic" artinya mengandung racun atau beracun, dan kita sering mendengar istilah toxic relationship, toxic people di masyarakat yang sering dikaitkan dengan keadaan hubungan antarmanusia yang tidak sehat.Â
Hubungan toksik ini pernah dialami sahabat baik saya, sebut saja "Melati". Saya menjadi sahabat baiknya dalam bertukar pikiran dan berdiskusi. Melati termasuk orang yang percaya diri dan mandiri, hanyamempunyai sifat keras kepala dan jika jatuh cinta hilang akal sehatnya. Maksudnya, ketika dalam tahap pengenalan dengan si pria, segala keburukan sifat si pria diabaikan.
Tak salah jika Melati sudah tiga kali mengalami pernikahan. Pernikahan pertama Melati dengan Budi yang mempunyai usaha hiburan organ tunggal. Dunia hiburan, membuat suami Melati lemah iman sehingga berhubungan dengan beberapa biduanita cantik, bahkan menikahi beberapa biduanita tersebut. Melati memilih mundur dan bercerai. Saya ikut memberi dukungan bahwa hubungan sudah tidak sehat jika istri sudah tidak dihargai dan seolah dianggap tidak ada.
Melati kembali menjalin hubungan dan menikah dengan seorang pria yang mempunyai sifat temperamental. Melati sendiri adalah sosok perempuan yang tomboi dan saya percaya dia tidak akan mengalami kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT. Kala remaja, Melati aktif dalam olahraga bela diri.Â
Pertengkaran sangat sering terjadi dan akhirnya berujung KDRT. Melati dikejar dengan parang dan diancam akan dibunuh, karena Melati melakukan perlawanan. Dengan kondisi ini, Melati memutuskan berpisah walaupun mengalami intimidasi. Saya kembali memberi dukungan bahwa lebih baik berpisah ketimbang jiwa dan raga terancam bahkan bisa saja mati sia-sia.
Setelah lama menjanda, lagi-lagi Melati jatuh cinta. Dan saya memberi nasehat terakhir, jika memang pria ini menjadi pilihannya dan jadikanlah ini pernikahan terakhir. Saya sebagai sahabatnya saja capek menyaksikan begitu banyak drama dalam hidupnya.Â
Awal pernikahan, pria ini menunjukkan perangai baik, dia seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil). Saya pun lega, kehidupan Melati aman damai. Ternyata itu hanya beberapa bulan saja, sang suami mulai suka pulang malam dan hobi berjudi. Teman judi biasanya mabuk-mabukan. Akibatnya sering tidak masuk kantor dan karena pengaruh alkohol lagi-lagi berperilaku temperamental.Â
Padahal, sebelum menikah Melati sudah membuat perjanjian pranikah karena trauma akan pernikahan sebelumnya dan dalam pejanjian dibunyikan agar suami tidak melakukan KDRT dalam pernikahan. Namun perjanjian pranikah itu tidak berlaku, sang suami mabuk-mabukan dan melakukan kekerasan verbal. Pernikahan Melati pun berakhir.
Tindakan Melati dengan menyudahi semua pernikahannya menurut saya adalah tindakan yang benar walaupun pada akhirnya dicibir banyak orang dengan predikat "janda tiga kali". Orang lain mungkin menyalahkan Melati, kok bisa tiga kali menikah kemudian tiga kali bercerai kalau tidak ada kesalahan pada Melati.
Itulah jalan kehidupan, Melati bertemu dengan orang yang tidak tepat dan mengandung racun alias toksik. Bagaimana sih ciri-ciri orang toksik agar kita bisa mengenali dan tidak terjebak olehnya?
Ciri-ciri orang toksik
Orang-orang toksik biasanya hanya mau senangnya saja, dia mengharuskan kita ada untuknya namun jika kita butuh malah tidak peduli. Mereka ingin diperlakukan seperti raja.Â
Mereka juga tidak memiliki empati dan simpati. Derita ya derita lu, emang gue pikirin. Apakah mereka tidak punya hati? Penyebabnya mereka mungkin mempunyai perlakuan atau pengalaman yang buruk di masa lalu dan membalasnya di masa sekarang.
Egois, mereka hanya mementingkan diri sendiri. Jika bersalah tidak mau mengakui kesalahan dan meminta maaf. Gengsi berat.Â
Orang toksik juga sok kuasa dan memanipulasi. Mereka sangat senang jika seseorang dalam genggaman dan mengambil keuntungan dari keadaan itu.Â
Salah satu ciri orang toksik yang terparah adalah merendahkan dan meremehkan orang lain. Baginya, orang lain tidak perlu dihargai, dia yang terhebat dan orang lain tidak ada apa-apanya.
Sikap menghadapi orang toksik
Karena orang toksik tidak mau mengakui kesalahan jadi percuma juga kita menyatakan kebenaran. Nasihat akan sia-sia jika mereka sudah berkepribadian toksik. Tapi tak ada salahnya mencoba menasihati mereka, semoga dibukakan pintu hati dan mereka mau mendengar nasihat dari kita.
Jika sudah tidak mau menerima nasihat, lebih baik menjauh dari orang toksik. Kita akan merasa sakit hati, lelah lahir batin. Jika mempunyai hubungan dengan orang toksik lebih baik pergi dan putuskan hubungan serta keluar dari lingkaran toksik mereka.
Energi negatif yang timbul dari hubungan dengan orang toksik membuat kita tidak nyaman dan tertekan, maka putuskan keluar dari hubungan tidak sehat tersebut seperti yang dilakukan Melati. Â
Segera keluar dari lingkungan toksik dan temukan orang-orang yang bisa memberi kita energi positif serta bisa membawa menjadi pribadi yang lebih baik.
Dan agar kita tidak menjadi orang toksik pula, memaafkan dan ikhlas akan membawa kita lebih cepat dalam perubahan menuju kebahagiaan. Dendam akan masa lalu malah membuat kita menjadi orang toksik.Â
Karena kita berhak bahagia maka "jangan kembali meminum racun saat kehausan", masih ada setetes embun pagi yang memberimu kesejukan. Selalu ada harapan. Salam Bahagia.
Fatmi Sunarya, 08 Februari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H