Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sang Perintis Bangkitnya Industri Batik Kerinci

8 Januari 2023   15:59 Diperbarui: 9 Januari 2023   00:10 1239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu Ida Mariyanti/Foto Fatmi Sunarya

JAS MERAH, "Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah". Mengapa kita tidak boleh meninggalkan sejarah? Apa yang terjadi hari ini dan masa depan merupakan proses dan hasil dari sejarah. Jadi, jangan sekali-kali melupakan dan meninggalkan sejarah. 

Hendaknya menghargai sejarah karena hal ini sangatlah penting. Dengan melupakan atau mencoba menghapus sejarah berarti menghilangkan sebuah identitas.

Topik jangan melupakan sejarah ini menjadi awal perbincangan saya dengan Ibu Ida Mariyanti pada suatu sore tanggal 18 Desember 2022 lalu. Saya memang sudah lama ingin bertemu dengan Ibu Ida begitupun sebaliknya. Kebetulan saat itu saya berada di Kota Jambi dan berkesempatan berkunjung ke Sanggar Batik Rindani milik Ibu Ida. 

Saya dan Ibu Ida menjadi bagian dari Rumah Kito, Yayasan Besamo Sepucuk Jambi yang bergerak bersama memberi sumbangsih untuk seni dan budaya Jambi agar lestari.

Sesungguhnya, Ibu Ida Mariyanti merupakan bagian penting dari sejarah berkembangnya industri batik Kerinci. Ibu Ida Mariyanti menjadi "Sang Perintis" sehingga industri batik Kerinci bisa berkembang pesat hari ini. 

Banyak orang yang mengaku sebagai perintis batik Kerinci namun Ibu Ida sudah menorehkan dalam sejarah bahwa beliau yang pertama kali terjun ke Kerinci untuk membangkitkan batik Kerinci.

Ibu Ida Mariyanti/dokpri
Ibu Ida Mariyanti/dokpri

Sore itu, beliau menyatakan bahwa tidak mengharap penghargaan apapun dan ikhlas atas sumbangsih yang telah diberikan dalam dunia batik di Provinsi Jambi namun begitu banyak orang yang mengaku sebagai perintis bahkan banyak dari hasil karya cipta berupa motif batik diklaim menjadi hak cipta orang lain. Walaupun beberapa motif milik Ibu Ida sudah didaftarkan menjadi hak cipta. 

Jika ada yang mengklaim sebagai perintis industri batik Kerinci, maka hal ini perlu dibantah. Karena dari tangan dingin Ibu Ida Mariyanti yang memulai dari mengajarkan batik hingga pemilik industri batik Kerinci bisa mengembangkan diri. 

Ibu Ida Mariyanti masih menyimpan dokumen otentik saat beliau ditugaskan pertama kali ke Kerinci untuk mengajarkan batik, surat tugas, peserta pelatihan batik bahkan desain pertama melalui goresan dari tangannya.

Surat tugas pelatihan batik oleh Ibu Ida di Kerinci/Foto Fatmi Sunarya
Surat tugas pelatihan batik oleh Ibu Ida di Kerinci/Foto Fatmi Sunarya

Peserta pelatihan batik di Kerinci/Foto Fatmi Sunarya
Peserta pelatihan batik di Kerinci/Foto Fatmi Sunarya

Dalam surat tugas dari Kanwil Departemen Perindustrian Jambi, Ibu Ida ditugaskan memberi pelatihan membatik dari tanggal 17 s/d 23 Juni 1993, dan beliau juga melakukan observasi tentang kekayaan alam Kerinci yang bisa ditampilkan dalam batik. Salah satu torehan desain motif batik Kerinci pertama kali adalah gambar berikut ini yang masih disimpan dengan baik oleh Ibu Ida.

Foto Fatmi Sunarya
Foto Fatmi Sunarya
Desain di atas merupakan karya cipta Ibu Ida yang menggambarkan semboyan Sungai Penuh "Sahalun Suhak Salatuh Bdei" yang bermakna kekompakan dan bermusyawarah untuk bermufakat dalam setiap pengambilan keputusan. Begitu juga desain berikut ini yang menjadi motif bagi batik Kerinci.

Foto Fatmi Sunarya
Foto Fatmi Sunarya

Fakta lain adalah Ibu Ida Mariyanti juga masih menyimpan kliping surat kabar Kompas yang terbit Minggu 13 Maret 1994 berjudul “Memindahkan Encong dan Kerinci Ke Atas Kain Mori”. Artikel yang tayang di surat kabar Kompas ini menjadi bukti nyata bahwa Ibu Ida Mariyanti melakukan observasi tentang Kerinci dan berinisiatif memindahkan aksara Encong atau Incung ke kain mori serta dikombinasikan dengan motif batik Jambi sehingga melahirkan batik Kerinci dengan motif kekayaan alam Kerinci.

Dokpri Ida Mariyanti
Dokpri Ida Mariyanti

Dalam jurnal yang ditulis Asti Harkeni berjudul “Aksara Incung sebagai Inspirasi Motif Batik Masyarakat Kerinci” juga disebutkan bahwa perkembangan batik motif aksara Incung Kerinci tidak lepas dari peran Pemerintah Provinsi Jambi. 

Dalam hal ini Kanwil Departemen Perindustrian Jambi (sekarang Dinas Perindustrian dan Perdagangan) yang mengadakan kegiatan pelatihan batik untuk masyarakat Kerinci pada tahun 1993 dan Ibu Ida Mariyanti yang melatih membatik di Kabupaten Kerinci. Kabupaten Kerinci waktu itu belum terbagi dua wilayah yakni Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh. Dari pelatihan yang diberikan Ibu Ida Mariyanti menjadi cikal bakal munculnya motif batik aksara Incung.

Ibu Ida Mariyanti, namanya memang sudah tidak asing lagi dalam dunia batik Jambi. Perempuan kelahiran Jambi tahun 1962 merupakan tamatan dari jurusan TI Akprind Jogyakarta, bekerja di Kanwil Perindustrian Bengkulu tahun 1984, 1987-1991 di Balai Besar Batik Jogyakarta dan tahun 1992 sampai purna bakti bekerja di Dinas Perindag Provinsi Jambi.

Beliau juga termasuk dalam Tim Perumus dalam Penulisan Filosofi Motif Batik Jambi, penulis buku Katalog Batik Jambi. 

Pada tanggal 8 Mei 2019 pada acara Gelar Batik Nusantara di Jakarta, Ibu Ida Mariyanti mendapat penghargaan dari Yayasan Batik Indonesia karena “Telah memotivasi dan menginspirasi lingkungan dan generasi muda dalam pengenalan  dan pelatihan batik sebagai karya leluhur untuk dilestarikan dan dikembangkan sejak lebih dari 25 tahun terus menerus”.

Ibu Ida Mariyanti yang juga pemilik Sanggar Batik Rindani, sangat berperan dalam mengembangkan batik di Provinsi Jambi. Beliau banyak melahirkan motif batik khas daerah-daerah yang ada di Provinsi Jambi, juga sangat aktif dalam memberikan pelatihan membatik dalam lingkup Provinsi Jambi.

Bahkan perlu diapresiasi, Ibu Ida berperan dalam memberi pelatihan dan juga bekerjasama dalam pembuatan batik dengan penyandang disabilitas

Baru-baru ini, Kementerian Tenaga Kerja (Kemenakertrans) memberikan penghargaan nasional kepada perusahaan yang telah mempekerjakan disabilitas. Dan Batik Jambi Rindani mendapatkan penghargaan karena telah mempekerjakan disabilitas/sebagai karyawan dalam membatik, Ibu Ida Mariyanti menerima langsung penghargaan yang diserahkan oleh Menteri Tenaga Kerja RI, Ida Fauziah di Hotel Aston Kartika Jakarta pada 21 November 2022 lalu.

Sumber foto https://web.facebook.com/idamariyanti.syamsir
Sumber foto https://web.facebook.com/idamariyanti.syamsir

Perjalanan Ibu Ida dan batik tidak terlepas dari peran orang tua beliau yang juga mempunyai sanggar batik di Bengkulu bernama "Sanggar Batik Besurek Rahayu". Dari orang tua juga Ibu Ida meneruskan kegiatan dalam dunia batik dan juga memberi pelatihan dan kesempatan kerja kepada kaum disabilitas seperti halnya orang tuanya dulu.

Ibu Ida bersama Sahabat Disabilitas Prestasi/Sumber foto https://web.facebook.com/idamariyanti.syamsir
Ibu Ida bersama Sahabat Disabilitas Prestasi/Sumber foto https://web.facebook.com/idamariyanti.syamsir

Ayo kita dukung semangat Ibu Ida yang tak pernah padam dalam mengembangkan batik Jambi sekaligus melestarikan batik Jambi. Beliau berperan besar dalam mengembangkan motif-motif batik Jambi berdasarkan kekayaan alam yang ada di setiap daerah di Provinsi Jambi.

Sumber foto www.naqiyyahsyam.com
Sumber foto www.naqiyyahsyam.com

Kita patut menghargai perjuangan tanpa lelah Ibu Ida Mariyanti dalam mengembangkan batik Jambi dan juga batik daerah-daerah dalam lingkup Provinsi Jambi, seperti halnya batik Kerinci. Satu hal yang penting adalah hargai karya cipta karena merupakan bagian dari Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Semoga tumbuh kesadaran dari masyarakat untuk menghargai setiap karya cipta dan tidak sewenang-wenang atau tanpa izin mengklaim menjadi hak cipta sendiri. Salam Lestari.

Sungai Penuh, 08 Januari 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun