Tentang jodoh, apakah benar jodoh di tangan Tuhan? Pada senja yang diiringi rinai hujan, aku adalah seorang puan yang memandang nanar seolah menemukan sesosok jodoh. Di seberang jalan, seorang lelaki berlari kecil mencari tempat berteduh. Sementara, aku sedang menggenggam payung, tak ingin dikembangkan.
Lelaki itu ternyata berlari menuju tepat di sampingku. Karena sebuah rumah kayu tua bisa menjadi tempat berteduh. Sepertinya aku pernah mengenal lelaki itu, tapi entah di mana. Apakah pernah mampir dalam mimpi.
Aku gelisah, ingin menyapa tapi dia sedang asyik mengecek foto di kameranya.
"Saya juga hobi memotret," terpaksa menyapa duluan.
"Oh ya, coba lihat foto-fotoku ini," balasnya.
Kami mulai berdiskusi tentang fotografi, alam dan aku menyukai semua fotonya.
"Hampir malam, ayo kita pulang," ajaknya.
Aku terkesiap, pamit dan berlari dalam rinai hujan. Aku hanya ingat namanya Ara. Selain itu, aku tak tahu apa-apa. Di mana dia tinggal? Lupa kutanyakan.
Malam mulai menggoda dengan sajian mimpi. Mimpi tentang Ara, Ara, lagi-lagi Ara. Apa sih istimewanya lelaki ini? Bayangannya ingin terbuang jauh, tapi semakin hilang semakin lekat di ingatan.
Dunia ini ternyata sempit, suatu hari seorang teman mengajak melihat kegiatan lomba fotografi alam liar. Semua panitia teman lama, dan kami berbincang seru.
Sambil menenteng kamera, aku memilih menyepi, tak ingin mengganggu lomba fotografi. Aku hanya mendapatkan foto pohon, ternyata susah memotret objek bergerak seperti burung yang begitu cepat terbang atau kukang yang melompat cepat.