Memasuki Lubuk Malako, pemandangan berganti dengan kebun sawit, termasuk di lokasi Gua Batu Kapal yang berada di kebun sawit.Â
Memang, Gua Batu Kapal ini ditemukan pada tahun 1984 ketika pembukaan lahan sawit. Sejak saat itu Gua Batu Kapal menjadi tujuan wisata bagi masyarakat sekitar.
Setelah melewati jalan beraspal, untuk sampai di gerbang Gua Batu Kapal melewati jalan pengerasan. Dengan membayar tiket masuk Rp 5.000,- dan parkir juga Rp 5.000,- ternyata hanya ada dua pengunjung berada di lokasi.
Wah, penulis cukup was-was karena sepi pengunjung, lengang, fasilitas untuk pedagang di sekitar Gua Batu Kapal juga tidak begitu terawat.Â
Penulis memberanikan diri masuk gua dan takjub. Pada pintu masuk Gua Batu Kapal bersisian dengan pohon beringin yang cukup besar dan tua.
Dari luar, Gua Batu Kapal berbentuk tebing dengan warna putih dengan ketinggian lebih kurang 80 meter. Ketika memasuki gua, penulis menemukan corak warna yang sangat indah. Gradasi warna yang menarik, seperti melihat lukisan, ada warna putih, hijau, kuning.
Kenapa dinamakan Gua Batu Kapal? Karena gua ini seperti kabin kapal, kita seolah-olah berada dalam kabin sebuah kapal. Di dalam gua terdapat 4 buah bongkahan besar batu kapur, stalaktit dan stalagmit yang juga berwarna warni.
Konon menurut cerita penduduk setempat, Goa Batu Kapal adalah sebuah gua yang terbentuk dari kapal asli terdampar dan menjadi batu karena termakan usia.Â