Apa yang kita pikirkan tentang "Gua"? Walau sebagian orang senang menyebutkan sebagai "Goa", arti gua dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti liang (lubang) besar (pada kaki gunung dan sebagainya).Â
Banyak hal yang menyeramkan dari gua, ada cerita tentang ular besar berada di dalam gua, kelelawar, kalajengking dan lain sebagainya.
Gua sudah pasti gelap, sulit diakses, dan tentu kita takut mengekplorasi gua. Belum masuk gua kita sudah dihantui ketakutan karena suasana gelap.Â
Begitu juga dengan penulis, setelah gagal mengeksplorasi Gua Kasah yang berada di Desa Renah Kasah, Kerinci, gara-gara suasananya sangat gelap dan tidak membawa peralatan sehingga penulis tidak tertarik lagi ingin berkunjung ke gua.
Namun, tidak semua gua sulit diakses. Penulis pernah ke Gua Tiangko di Merangin yang aksesnya sangat mudah. Gua Tiangko merupakan peninggalan prasejarah yang menjadi hunian tua pada masa prasejarah. Bisa disimak pada artikel "Berwisata ke Gua Tiangko, Jejak Peradaban Purbakala".
Begitu juga dengan Gua Batu Kapal yang kali ini penulis kunjungi, sangat mudah diakses. Gua ini terletak di Kabupaten Solok Selatan. Tepatnya berada di Kenagarian Sungai Kunyit Barat, Kecamatan Sangir Balai Janggo, Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat.Â
Kabupaten Solok Selatan merupakan kabupaten tetangga, batas wilayah bagian utara Kabupaten Kerinci (Provinsi Jambi) berbatasan langsung dengan Kabupaten Solok Selatan (Sumatra Barat).
Untuk menuju ke Gua Batu Kapal dari Kerinci cukup jauh, sekitar 3,5 jam perjalanan dengan jarak 117 km, boleh dikatakan perjalanan lintas provinsi.Â
Penulis dengan mengendarai motor melewati jalan lintas provinsi yang beraspal bagus dan lancar. Di kiri kanan jalan, ditemui Rumah Gadang khas Minangkabau, sawah, kebun yang ditanami dengan tanaman tua seperti durian dan juga terdapat tanaman palawija seperti jagung.
Memasuki Lubuk Malako, pemandangan berganti dengan kebun sawit, termasuk di lokasi Gua Batu Kapal yang berada di kebun sawit.Â
Memang, Gua Batu Kapal ini ditemukan pada tahun 1984 ketika pembukaan lahan sawit. Sejak saat itu Gua Batu Kapal menjadi tujuan wisata bagi masyarakat sekitar.
Setelah melewati jalan beraspal, untuk sampai di gerbang Gua Batu Kapal melewati jalan pengerasan. Dengan membayar tiket masuk Rp 5.000,- dan parkir juga Rp 5.000,- ternyata hanya ada dua pengunjung berada di lokasi.
Wah, penulis cukup was-was karena sepi pengunjung, lengang, fasilitas untuk pedagang di sekitar Gua Batu Kapal juga tidak begitu terawat.Â
Penulis memberanikan diri masuk gua dan takjub. Pada pintu masuk Gua Batu Kapal bersisian dengan pohon beringin yang cukup besar dan tua.
Dari luar, Gua Batu Kapal berbentuk tebing dengan warna putih dengan ketinggian lebih kurang 80 meter. Ketika memasuki gua, penulis menemukan corak warna yang sangat indah. Gradasi warna yang menarik, seperti melihat lukisan, ada warna putih, hijau, kuning.
Kenapa dinamakan Gua Batu Kapal? Karena gua ini seperti kabin kapal, kita seolah-olah berada dalam kabin sebuah kapal. Di dalam gua terdapat 4 buah bongkahan besar batu kapur, stalaktit dan stalagmit yang juga berwarna warni.
Konon menurut cerita penduduk setempat, Goa Batu Kapal adalah sebuah gua yang terbentuk dari kapal asli terdampar dan menjadi batu karena termakan usia.Â
Suasana di dalam gua cukup terang karena sinar matahari bisa masuk melalui lubang yang terdapat di langit gua. Penulis tiba di lokasi Gua Batu Kapal pukul 13.00 WIB dan bisa menikmati garis-garis cahaya matahari yang masuk dari atas gua dan memberi warna cerah pada dinding-dinding gua.
Seperti gua pada umumnya, Gua Batu Kapal juga terdapat kelelawar yang bisa kita dengar suaranya yang ramai. Aroma kotoran kelelawar cukup menyengat diiringi suara bising kelelawar. Suasana gua dan suara bising kelelawar ini bisa di simak pada video yang penulis ambil berikut ini.
Sebenarnya terdapat empat buah gua di lokasi ini, namun untuk menjelajah semua gua harus ada pemandu. Kondisi gua yang mempunyai banyak lorong-lorong gua dapat berisiko tersesat.Â
Menurut penjaga gerbang, ada jalan masuk menuju gua bawah tanah tapi sangat berbahaya. Di dalamnya sangat gelap serta ada danau luas dan aliran sungai.
Penulis tidak mempunyai waktu yang cukup untuk jelajah Goa Batu Kapal secara keseluruhan, disamping tidak ada pemandu, juga berisiko, mesti mengingat akan menempuh jarak pulang kembali 3,5 jam pula. Cukup menikmati Gua Batu Kapal yang bisa diakses dengan mudah saja dulu.
Gua Batu Kapal sangat eksotis dengan corak warna yang indah, dan penulis sangat setuju jika layak dikunjungi. Hanya, perawatan dari pengelola kurang baik. Hanya ada satu orang penjaga gerbang yang memungut biaya tiket masuk, tidak ada petugas yang berjaga di dekat gua. Warung penjaja makanan dan minuman sepi tidak ada yang berjualan, juga toilet umum tidak berfungsi.
Keasrian tempat wisata juga mesti diperhatikan, lagi-lagi masalah sampah. Kurangnya kesadaran dari pengunjung dan pengelola untuk membuang sampah pada tempatnya.
Aksi vandalisme atau corat coret di dinding gua juga merusak pemandangan indah. Yuk bersama kita memajukan wisata daerah dengan tetap mengedepankan kelestarian lingkungan. Salam Wisata.Â
Fatmi Sunarya, 09 November 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H