Motif ukiran padma terdapat pada tiang, pada dinding terdapat motif sulur menyulur atau pilin berganda yang disebut "lampit simpea".Â
Berbagai macam motif ukiran tradisional ini ada yang berbentuk anyaman, teratai, dan mempunyai nama-nama tradisional. Seperti si mato arai, mbun buntal, nanguri lahat,si giring-giring, ketadu daun, teratai bindui, keluk paku kacang belimbing  dan lain-lain.
Setiap ragam ukiran ini mempunyai filosofi sendiri bagi masyarakat Kerinci, seperti pilin berganda atau "lampit simpea" diartikan hubungan saling ketergantungan dan membutuhkan.
Keberadaan Umoh Laheik yang semakin sedikit tersisa menjadi salah satu bentuk keprihatinan akan kelestarian rumah larik ini.Â
Terancam lapuk dimakan usia, salah satu alternatif mungkin bisa dilakukan pemugaran dengan tidak meninggalkan bentuk keasliannya serta tetap dipertahankan oleh adat akan keberadaannya.Â
Dengan harapan peninggalan Umoh Laheik yang masih tersisa ini dapat dirawat dan dijaga kelestarian serta tidak punah.
Saya masih terkenang kala masih kanak-kanak, Â merasakan kehangatan Umoh Laheik. Rumah dari kayu ini sungguh bisa menyesuaikan dengan segala cuaca, tetap hangat walau cuaca dingin dan tetap sejuk walau cuaca panas.Â
Tetap tegak berdiri walau dihantam badai pun diguncang gempa.
Salam lestari.