Kopi dan Kerinci seperti senyawa, jika terkenang akan Kerinci pasti ingat aroma kopinya yang khas. Kopi Kerinci sudah terkenal dari dahulu, alamnya yang subur menyimpan ladang-ladang "kawo", kawo dalam bahasa Kerinci adalah kopi. Sekepal tanah surga yang berada di Provinsi Jambi ini, sudah lama menghasilkan kopi-kopi terenak.Â
Kopi yang biasanya hanya menjadi konsumsi di rumah dan kedai kopi, di zaman milenial kembali populer. Tempat nongkrong anak muda yang beraroma kopi juga menjamur. Tentu saja hal ini membuat usaha tanaman kopi semakin diminati dan petani-petani muda atau petani-petani milenial tertarik untuk menjadi petani kopi.Â
Salah satu petani kopi milenial itu adalah pasangan suami istri (pasutri) Herlina dan Beny Herfikaroza. Pasutri ini menjadi populer tahun ini karena mengukir prestasi dengan mengusung Radjea Coffee usaha milik mereka, sebagai satu-satunya perwakilan Indonesia bersama Kementrian BUMN yang lolos mengikuti event London Coffee Festival 2021.Â
Prestasi yang sangat membanggakan tentunya. Mereka diundang ke London pada September 2021, namun karena masih dalam masa pandemi maka event ini dilaksanakan secara virtual.
Usaha kopi ini mereka mulai dari tahun 2016 saat dinas terkait di Kota Sungai Penuh menggerakkan masyarakat dalam budidaya kopi arabika untuk Kota Sungai Penuh.
Kopi arabika memang sangat cocok untuk daerah dengan ketinggian di atas 1.000 mdpl. Berbagai pelatihan tentang mulai dari mengenali jenis dan varietas kopi, cara tanam, pemeliharaan, perawatan dan cara panen serta pengolahan pasca panen pun diberikan, bahkan bantuan bibit arabika pun disalurkan ke masyarakat termasuk Beny menerima bantuan bibit kopi arabika.Â
Memiliki kebun sendiri kurang lebih 4 Hektar bibit kopi arabika pun ditanam dan dirawat selama kurang lebih 2 tahun kopi pun mulai menghasilkan buah.
Setelah kopi menghasilkan buah atau panen, tahun 2018 berbekal pelatihan yang sudah diperoleh, pasutri ini mencoba untuk mengolah sendiri kopi arabika yang dipanen dengan melakukan 3 (tiga) proses pengolahan yaitu Natural, Fully Wash dan Honey.Â
Olahan kopi pasca panen yang dilakukan menghasilkan green bean (biji kopi) Â yang berkualitas. Petani lainnya, sekitar 15 petani juga ikut menjual buah kopi arabika petik merah (cerry) kepada Beny.Â
Green Bean yang berkualitas ini memiliki aroma yang sangat wangi dan rasanya seperti tamarind, sedikit terasa seperti brown sugar dan spicy dan juga memiliki tasting note Caramel Cocoa, Spice Sweetness dengan tingkat keasaman medium.Â
Pasutri ini mulai menawarkannya ke coffee shop yang ada di Sungai Penuh dengan brand Radjea Coffee.
Inovasi terus dilakukan, setelah menghasilkan green bean mulai memikirkan bagaimana menghasilkan bubuk kopi dan minuman kopi. Herlina akhirnya mengikuti pelatihan kewirausahaan dan barista pada tahun 2019 dan memperoleh sertifikat BARISTA yang dikeluarkan oleh LSP KOPI INDONESIA. Â Dan akhirnya Herlina membuka coffee shop dirumah sendiri bernama Radjea Coffee, yang lokasinya berada di Sungai Ning, Kecamatan Sungai Bungkal, Kota Sungai Penuh. Usaha ini bergerak maju untuk ikut mengembangkan kopi Sungai Penuh.
Event-event kopi nasional rajin diikuti seperti Trade Expo Indonesia, Hari Kopi Internasional, Pasar Kopi dan lain-lain dan beberapa kali menang. Tentu saja mengikuti event-event ini sangat bermanfaat dalam  pengembangan usaha, berinovasi dan peningkatan kualitas kopi.Â
Prestasi puncaknya adalah ketika Radjea Coffee mendapat skor tertinggi dan menyisihkan kopi lainnya dari Aceh, Bali, Lampung dan mereka lolos mengikuti event London Coffee Festival September 2021 lalu.
Petani milenial ini, menjadi penggiat komoditas kopi dengan binaan 100 petani kopi. Disamping usaha kebun kopi sendiri dan dengan menampung penjualan cherry kopi dari petani, tentu saja petani kopi sangat terbantu dengan memperoleh harga yang layak dan pendapatan yang lumayan.
Radjea Coffee saat ini bukan sekedar tempat nongkrong menikmati nikmatnya kopi tapi juga memperkenalkan hulu hilir kopi kepada para pengunjung coffee shop yang ingin mengetahui lebih jauh tentang kopi yang mereka nikmati, mulai dari jenis kopi, varietas, budidaya, pengolahan pasca panen, roasting, cita rasa dan cara menyeduh kopi arabika.Â
Dari pasutri yang ulet ini kita belajar bahwa setiap usaha yang dilakukan dengan tekun tentu membuahkan hasil. “Semanis Kopi Pahit", begitu filosofi pasutri petani kopi milenial ini, berharap dari pahitnya secangkir kopi bisa memberi rasa manis bagi petaninya. Harapan yang sama, semoga petani-petani milenial ini tetap tangguh dalam masa pandemi dan keadaan ekonomi yang tidak menentu ini. Semoga manis selalu bisa dikecap oleh petani-petani kopi kita.
Salam ngupai dari Kincai (Salam ngopi dari Kerinci)
Sumber : Herlina/Radjea Coffee
Fatmi Sunarya, 09 November 2021
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H