Tanggal 4 Februari 2021 lalu, saya dinyatakan sehat dan boleh pulang dari RSUD H. Bakri Kota Sungai Penuh, tempat saya menjalani isolasi dan perawatan karena terpapar  Covid-19. Sembilan hari, sejak tanggal 26 Januari 2021 saya di RSUD ini.
Ada beberapa teman menanyakan apa sih sakit yang saya rasakan ketika terpapar covid-19? Seperti yang sudah saya jelaskan pada tulisan terdahulu, awalnya saya mengalami demam dan menggigil. Saya kira karena AC yang dingin saat mengikuti rapat. Saya meminum obat demam segera. Karena berencana ke Jakarta esok harinya, saya rapid test antigen dan hasilnya positif.
Saya tidak diperbolehkan ke Jakarta dan saya memutuskan pulang ke kota saya. Dalam keadaan demam, saya beberapa kali menggigil di mobil travel yang membawa saya pulang. Sepanjang jalan saya berdoa, semoga saya sampai dirumah segera.
Saya juga merasakan setiap pagi dan menjelang malam, punggung sangat dingin, seperti ada angin kencang yang bertiup. Demam ini berlangsung selama lima hari.
Demam saya berkurang dan tidak ada lagi. Saya bersyukur tidak diikuti dengan batuk. Namun obat demam selalu saya konsumsi.
Disamping demam saya juga mengalami gangguan pencernaan. Setiap buang air besar (BAB) selalu mencret. Walau tidak sering atau diare tapi saya merasa tidak nyaman. Memang saya punya penyakit gangguan pencernaan, dan saya pernah baca kalau virus corona ini disamping menyerang pernafasan juga pencernaan. Disamping mengkonsumsi obat demam, saya juga mengkonsumsi obat untuk pencernaan.
Ketika hasil SWAB keluar tanggal 25 Januari 2021 malam, dan saya dinyatakan positif. Saya ditelepon pihak Puskesmas meminta saya cek kesehatan di rumah sakit dan nanti rumah sakit yang merujuk untuk isolasi dan perawatan. Saya menelepon dokter puskesmas, menanyakan bagaimana kalau saya isolasi dirumah saja.
Menjalani isolasi di rumah sakit menurut bayangan saya menakutkan. Dokter puskesmas meyakinkan saya bahwa lebih baik menjalani isolasi dan perawatan. Mengingat saya punya gangguan pencernaan dan pernah masuk rumah sakit karena sesak nafas akibat asam lambung naik. Jika diisolasi dan perawatan, bisa meminimalkan penularan pada orang lain dan juga jika keadaan darurat cepat mendapat pertolongan.
Akhirnya saya setuju, dan menjalani isolasi dan perawatan. Ketika masuk rumah sakit untuk isolasi dan perawatan, saya tidak mengalami demam lagi hanya masih mengalami gangguan pencernaan. Saya juga tidak mengalami anosmia, kehilangan indera penciuman.
Ternyata menjalani isolasi dan perawatan di rumah sakit tidak menakutkan. Hanya kita tidak ada yang besuk atau menunggui di rumah sakit seperti pada sakit biasa. Kita juga mendapat obat sesuai keluhan sakit yang kita derita, diberi obat anti virus dan vitamin.
Jika sakit memang dibutuhkan kesabaran yang tinggi. Mental harus kuat, jika kita stress tentu berpengaruh pada imun kita. Nafsu makan kurang, tidur juga terganggu. Saya sendiri, menguatkan diri dengan sabar dan tawakal, berserah diri pada sang Pemilik Kehidupan.