Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sosok Inspiratif di Ranah Kompasiana

20 November 2020   19:29 Diperbarui: 20 November 2020   19:31 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : dokpri Bapak Katedrarajawen

Dalam kehidupan kita, pasti ada sosok yang menginspirasi. Bisa berasal dari tokoh besar yang sudah mendunia maupun yang ada di sekitar hidup kita. 

Sosok itu bisa orang terdekat atau teman interaksi sehari-hari kita. Ada sesuatu kelebihan yang dimilikinya sehingga membuat kita secara diam-diam terinspirasi. 

Sosok inspiratif di kehidupan pribadi penulis, sudah pernah menuliskannya beberapa waktu yang lalu. Baik tentang Ibu maupun Bapak penulis sendiri.  Artikelnya bisa dibaca di sini.

Kesempatan  ini penulis tertarik ingin menulis tentang sosok inspiratif di Kompasiana, khususnya di jalur fiksiana. Seorang kompasianer yang sudah lama berkecimpung di rumah menulis bersama kita ini. 

Sosok yang inspiratif di jalur fiksiana menurut penulis adalah Bapak Katedrarajawen. Beliau yang dalam puisi-puisinya menulis dengan kata-kata inspiratif dan penuh  motivasi yang tidak jarang menggugah penulis. Beliau pada tahun 2020 ini menjadi salah satu Nomine dalam Kompasiana Awards 2020.

Beliau berpendapat bahwa setiap puisinya harus memberikan manfaat bagi orang lain, walaupun hanya sebatas aksara. Oleh sebab itu dalam setiap kali sebelum menulis beliau selalu bertanya pada dirinya,"Apa manfaat dari apa yang akan saya tulis? Baik buat diri sendiri maupun bagi yang membaca." 

Beliau juga menulis dengan kata-kata yang sederhana, tak jarang ketika selesai menulis jika ada sesuatu yang membuat tidak nyaman baik pada pribadi maupun pada orang lain, tulisan tidak dipublikasikan.

Selain mengenal beliau melalui tulisan, secara pribadi, beliau juga tak jarang mengajarkan tentang cinta kasih kepada sesama, tanpa memandang suku, agama, dan  ras. 

Beliau juga menyampaikan jangan membenci, tetapi lebih baik mendoakan orang yang kita benci. Itu lebih baik. Bapak Katedrarajawen secara pribadi, sudah penulis anggap seperti kakak sendiri. 

Penulis banyak diberi petuah tentang kehidupan, tentang kejujuran, kesabaran, dan jangan menyerah. Mengajarkan agar tetap bersemangat di kala penulis mengalami kebuntuan dalam menulis. 

Karena kebetulan penulis juga ada satu grup Whatsapp dengan Pak Katedrarajawen bersama kompasianer inspiratif lainnya. Keakraban kami di grup sudah seperti saudara. Tak jarang beliau membagikan pengalamannya dalam hal menulis atau kata-kata motivasi tentang menulis.

Yang sangat berkesan bagi penulis beliau membuat kutipan seperti ini:
Jangan menjadikan kata sebagai senjata bagai racun yang membunuh rasa, tetapi menjadikan kata sebagai penggugah jiwa. 
Di lain kesempatan beliau juga pernah berkata:
Saya menulis kata-kata bijak bukan karena sudah bijak, tetapi justru sedang belajar menjadi bijak.
Dalam hal menulis beliau suka memakai motto "refleksihati", bahwa apa yang beliau tulis adalah lebih sebagai refleksi hati untuk menerangi diri sambil berbagi.

Jadi, tujuan utamanya dalam menulis adalah untuk mengajari dirinya sendiri. Meminjam peristiwa yang terjadi di sekitar sebagai cermin diri. Setiap peristiwa pasti ada pembelajaran hidup. Tak ada manusia yang sempurna, begitu juga dengan Bapak Katedrarajawen dan juga kita semua. 

Beliau hanya berusaha membagi inspirasi untuk memperbaiki diri sendiri juga semoga bermanfaat untuk orang lain. Dalam setiap perjalanan banyak yang kita lihat, kita alami, menjadi pengalaman dari pengalaman bisa merefleksi diri. 

Jika terjatuh dalam kesalahan, semoga bisa memperbaiki kesalahan berubah menjadi lebih baik dan tak akan mengulang kesalahan yang sama. 

Mari kita saling menebar inspirasi di rumah menulis bersama yang bernama Kompasiana, semoga dapat memberi manfaat bagi kita bersama. Terima kasih.

Puisi pesyair yang berasal dari jiwa penuh cinta, tak hilang ditelan masa.
Tak basi walau sudah lama dan terus terbaca. Melintasi waktu bagai cahaya.

Katedrarajawen

Fatmi Sunarya, 20 November 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun