Karena kebetulan penulis juga ada satu grup Whatsapp dengan Pak Katedrarajawen bersama kompasianer inspiratif lainnya. Keakraban kami di grup sudah seperti saudara. Tak jarang beliau membagikan pengalamannya dalam hal menulis atau kata-kata motivasi tentang menulis.
Yang sangat berkesan bagi penulis beliau membuat kutipan seperti ini:
Jangan menjadikan kata sebagai senjata bagai racun yang membunuh rasa, tetapi menjadikan kata sebagai penggugah jiwa.Â
Di lain kesempatan beliau juga pernah berkata:
Saya menulis kata-kata bijak bukan karena sudah bijak, tetapi justru sedang belajar menjadi bijak.
Dalam hal menulis beliau suka memakai motto "refleksihati", bahwa apa yang beliau tulis adalah lebih sebagai refleksi hati untuk menerangi diri sambil berbagi.
Jadi, tujuan utamanya dalam menulis adalah untuk mengajari dirinya sendiri. Meminjam peristiwa yang terjadi di sekitar sebagai cermin diri. Setiap peristiwa pasti ada pembelajaran hidup. Tak ada manusia yang sempurna, begitu juga dengan Bapak Katedrarajawen dan juga kita semua.Â
Beliau hanya berusaha membagi inspirasi untuk memperbaiki diri sendiri juga semoga bermanfaat untuk orang lain. Dalam setiap perjalanan banyak yang kita lihat, kita alami, menjadi pengalaman dari pengalaman bisa merefleksi diri.Â
Jika terjatuh dalam kesalahan, semoga bisa memperbaiki kesalahan berubah menjadi lebih baik dan tak akan mengulang kesalahan yang sama.Â
Mari kita saling menebar inspirasi di rumah menulis bersama yang bernama Kompasiana, semoga dapat memberi manfaat bagi kita bersama. Terima kasih.
Puisi pesyair yang berasal dari jiwa penuh cinta, tak hilang ditelan masa.
Tak basi walau sudah lama dan terus terbaca. Melintasi waktu bagai cahaya.
Katedrarajawen
Fatmi Sunarya, 20 November 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H