Perempuan pejalan terlihat samar dalam kabut. Dia kembali tersenyum, memanggil untuk ikut. Tidak, aku tak ingin ikut denganmu, tiba-tiba terucap kata putus asa. Perempuan pejalan tak menoleh lagi, berjalan di dalam kabut, ditelan kabut.
Bagaimana denganku? Aku ditemukan pingsan di shelter dua oleh para pendaki lainnya. Bukannya tadi aku ke puncak? Ke mana perempuan yang kusebut "perempuan pejalan"? Aku berkali-kali menyebutkan ciri-cirinya. Namun semua menggeleng, tidak pernah bersua dengan Sang Perempuan Pejalan.
FS, 27 Juli 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H