Masjid Keramat ini unik dengan bentuk atap tumpang tiga dengan puncak atap berupa mustaka berbentuk bawang. Ornamen-ornamen masjid dari kayu. Ukiran kayu dengan hiasan sulur-suluran sangat menarik bagi penulis untuk di potret.Â
Luas bangunan Masjid Keramat berukuran 27 x 27 m. Dinding masjid ada yang masih terbuat dari kayu dan ada yang terbuat dari semen/tembok. Atap mulanya dari ijuk diganti dengan atap seng. Ornamen berbentuk mata tombak berwarna hijau, merah dan kuning lebih dominan menghiasi dinding luar Masjid Keramat.
Seperti sudah dijelaskan bahwa Masjid Keramat memiliki atap tumpang tiga, sehingga Masjid Keramat mempunyai 25 tiang sebagai penyangga, 20 tiang penyangga atap yang pertama terletak di dinding, 4 tiang sebagai penyangga atap kedua dan 1 tiang utama penyangga atap ketiga berada tepat ditengah Masjid Keramat.Â
Sayangnya penulis tidak bisa memotret bagian dalam Masjid Keramat, karena di masa pandemi masjid-masjid ditutup dan hanya dibuka di waktu shalat saja. Kalau sebelum masa pandemi, masjid-masjid biasanya terbuka 24 jam.Â
Banyak aktivitas yang dilakukan di masjid, misalnya belajar mengaji bagi anak-anak, pengajian Majlis Taklim Ibu-ibu atau pengajian bagi kaum Bapak/Pemuda di malam hari. Tapi di masa pandemi aktifitas ini terhenti dan masjid hanya dibuka untuk Sholat saja.
Masjid Keramat juga masuk dalam Cagar Budaya yang dilindungi Undang-undang no 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Keberadaan Masjid Keramat yang terletak di tengah pemukiman, sehingga tersembunyi oleh rumah-rumah penduduk yang mengelilinginya. Pemandangan ini agak jomplang dengan rumah-rumah beton milik penduduk.