Menurut Trihono (dalam Yuana, 2021) Stunting atau pendek merupakan musibah yang tersembunyi, yang diakibatkan dari kekurangan gizi kronis sepanjang 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), dimana pertumbuhan anak tidak bisa diubah. Stunting adalah  masalah  kurang  gizi  kronis  yang  disebabkan  oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan  kebutuhan  gizi.
Kejadian balita pendek atau biasa disebut dengan stunting merupakan salah satu masalah gizi yang dialami oleh balita di dunia saat ini. Pada tahun 2017 sebesar 22,2% atau sekitar 150,8 juta balita di dunia mengalami stunting (Hawi, 2020).
Kementerian Kesehatan mengumumkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada Rapat Kerja Nasional BKKBN, menyatakan bahwa prevalensi stunting di Indonesia turun dari 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% di 2022 (sehatnegeriku.kemkes.go.id, 25/01/2023).
Meski menunjukkan penurunan, namun prevalensi stunting merupakan masalah besar karena menjadi ancaman terhadap kesejahteraan dan ketahanan nasional jangka panjang. Masalah stunting penting untuk diselesaikan, karena berpotensi mengganggu potensi sumber daya manusia dan berhubungan dengan tingkat kesehatan, bahkan kematian anak.
Faktor Penyebab Stunting
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan stunting pada anak. Pertama, faktor utama bayi stunting adalah asupan gizi yang tidak memadai. Kurangnya asupan gizi tersebut dapat disebabkan karena rendahnya asupan vitamin dan mineral, dan buruknya keragaman pangan serta sumber protein hewani. Pemberian ASI yang tidak tepat juga dapat menimbulkan gangguan gizi. Selain itu, tidak terpenuhinya nutrisi optimal pada 1000 HPK anak dapat berdampak buruk terhadap pertumbuhan otak yang tidak optimal pula.Â
Kedua, adanya faktor ibu, yaitu status gizi ibu yang buruk pada saat kehamilan, perawakan ibu yang juga pendek, dan pola asuh yang kurang baik terutama pada perilaku dan praktik pemberian makan kepada anak (Sukirno, 2019).
Kurangnya status gizi pada ibu selama hamil berkontribusi dalam pertumbuhan yang buruk pada anak. Anak dari ibu hamil dengan status gizi yang kurang, akan berisiko lebih tinggi mengalami stunting dibandingkan dengan ibu yang status gizinya baik.Â
Ketiga, ketersediaan fasilitas sanitasi dan kebersihan yang dapat berpengaruh terhadap kondisi stunting. Lingkungan yang kumuh akan meningkatkan peluang kekerdilan pada anak-anak karena banyak paparan yang akan menghambat penyerapan nutrisi. Sanitasi yang buruk juga dapat menimbulkan penyakit pencernaan, sehingga dapat mengganggu proses penyerapan nutrisi dan dalam jangka waktu lama menyebabkan stunting.Â
Anak-anak yang tinggal di daerah  dengan keterbatasan fasilitas kesehatan berpeluang lebih tinggi mengalami stunting dibandingkan dengan anak yang mendapat fasilitas kesehatan memadai. Hal ini karena terbatasnya fasilitas kesehatan dapat menyulitkan ibu dan bayi untuk mendapatkan layanan perawatan.
Keempat, rendahnya pengetahuan orang tua tentang stunting juga dapat berpengaruh terhadap pola makan dan kesehatan anak. Stunting dapat terjadi saat orang tua tidak mempunyai pengetahuan yang cukup untuk pencegahan stunting pada masa kehamilan hingga masa kelahiran. Hal ini dapat terjadi akibat keterbatasan tingkat pendidikan dan kurangnya keterampilan ibu. Sehingga hal ini mempengaruhi kesadaran ibu dari manfaat pemeliharaan kesehatan, khususnya dalam pemberian nutrisi pada bayinya.
Dampak Stunting terhadap Kesehatan dan Perkembangan Anak
Stunting akan berdampak pada kesehatan dan tumbuh kembang anak. Di antaranya dapat menyebabkan gangguan perkembangan kognitif, seperti kesulitan belajar, kemampuan bicara terlambat, dan penurunan kemampuan memori. Pertumbuhan fisik pada anak-anak yang mengalami stunting cenderung lebih lambat dibanding usia anak rata-ratanya. Sehingga sering kali anak yang mengalami stunting tubuhnya lebih pendek. Dalam jangka panjang stunting juga dapat meningkatkan risiko penyakit kronis seperti obesitas, diabetes, hipertensi, penyakit jantung, hingga kanker.Â
Anak-anak merupakan generasi penerus bangsa. Mereka memiliki peran penting dalam membangun peradaban yang lebih baik. Apabila stunting tidak segera diatasi hingga di masa yang akan datang, maka akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia di masa depan.
Solusi dan Upaya Pencegahan Stunting
Terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam pencegahan stunting. Pentingnya untuk memperhatikan 1000 HPK bagi tumbuh kembang anak. Pemenuhan gizi pada masa emas ini dapat menentukan perkembangan kecerdasan serta kesehatan jangka panjang. Serta ibu dapat memperhatikan pemberian ASI eksklusif yang tepat dan dilanjutkan MPASI. Menjaga kebersihan dan sanitasi yang baik penting untuk dilakukan. Menjaga kebersihan alat makan akan mencegah anak terpapar penyakit seperti masalah pencernaan hingga kecacingan yang menjadi penghambat penyerapan nutrisi.Â
Lingkungan yang bersih juga mendukung tumbuh kembang anak yang baik. Dengan adanya fasilitas kesehatan yang memadai dapat mempermudah bayi dan ibu untuk mendapatkan layanan perawatan kesehatan yang layak. Posyandu dapat menjadi salah satu sarana strategis dalam membantu penekanan angka stunting di Indonesia.Â
Posyandu memiliki kegiatan yang mendukung peningkatan derajat kesehatan serta memantau pertumbuhan dan perkembangan anak. Posyandu juga memiliki berbagai program-program yang dapat meningkatkan pengetahuan ibu terkait ciri serta dampak dari stunting. Pentingnya untuk mendapatkan edukasi dan penyuluhan bagi ibu hamil dan menyusui terkait stunting, pola asuh yang baik untuk mencegah stunting.Â
Referensi:
Hawi, A., Afnibar, S. N. U., Syaifulloh, M., & Mukhlis, H. 2020. "Emotional and Social Character Development during Growth Period." Journal of Critical Reviews, 7(8), 2013-2018.
Rokom. 2023. "Prevalensi Stunting di Indonesia Turun ke 21,6% dari 24,4%." Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI. Diakses pada 4 Januari 2025, dari https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20230125/3142280/prevalensi-stunting-di-indonesia-turun-ke-216-dari-244/.
Sukirno, R. 2019. "Kesabaran Ibu Merawat Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)." Journal of Psychological Perspective, 1(1): 1-14. Diakses pada 4 Januari 2025, dari https://www.ukinstitute.org/journals/jopp/article/view/joppv1i101.
Yuana, N., Larasati, Ta., & Bearawi, K. N. 2021. "Analisis Multilevel Faktor Risiko Stunting di Indonesia: Sebuah Tinjauan Literatur." Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 6(2): 213-217.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H