Mohon tunggu...
Faatima Seven
Faatima Seven Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis Moody

Loves writing. Founder and Writer at Asmaraloka Publishing http://ayreviuyu.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sekilas tentang Presiden The World Peace Committee HE Mr Djuyoto Suntani

5 Desember 2019   15:37 Diperbarui: 21 Juni 2021   10:53 17380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyerahkan cindera mata pada Ustad Sobri Lubis di Reuni 212. | dokpri

Gong Perdamaian Dunia yang digagasnya telah dibangun di 49 negara tetapi pusatnya justeru di tanah kelahirannya di sebuah kampung di Jepara, Jawa Tengah. Bendera Merah Putih berkibar gagah di berbagai negara di samping Gong Gong Perdamaian, semata karena kerja nuraninya seorang Djuyoto Suntani, si Anak Pelangi.

Gong Perdamaian Dunia, pusatnya di Desa Plajan, Jepara, Jawa Tengah | kabarseputarmuria.com
Gong Perdamaian Dunia, pusatnya di Desa Plajan, Jepara, Jawa Tengah | kabarseputarmuria.com
Mati Suri Ketika Dikhitan
Bocah Djuyoto dikhitan usia 11 tahun dan mengenakan Kain Pelangi. Ia sempat meninggal karena kehabisan darah. Dalam kepergiannya pada dimensi lain, ia bertemu kakeknya dan kakeknya cuma bilang, "Kamu anak kecil, tak tahu apa-apa."  

Ia melihat orang-orang menangisinya tetapi ketika didekati dan disapa, mereka tak menjawab dan tak menolehnya. Mereka tetap menangisinya dan dari mulut mereka terucap nadzar-nadzar bahwa bila bocah ini hidup lagi akan dibelikan ini itu dan akan dibawa jiarah ke Sunan Muria dan lainnya. Setelah beberapa lama, Djuyoto merasa kedinginan. Ia pun berusaha mencari kehangatan dan masuk dalam selimutnya. Maka Djuyoto pun hidup kembali padahal tubuhnya sudah dikafani dan akan diberangkatkan menuju pemakaman. Kembalinya Djuyoto membuat kebahagiaan baru bagi keluarganya sehingga mereka masing-masing memenuhi nadzarnya.

Pribadi Sahaja Luar Biasa
Tatkala wawancara kemarin di sela breakfastnya di Resto Hotel Aryaduta, terus terang aku terpesona ketika melihat dua hapenya. Kedua screennya retak-retak  dan keduanya pun bukan dari sebuah merk yang dianggap prestisius. Aku membatin, tak susah baginya untuk punya hape high end dan baru tetapi yang dimilikinya... subhanallah. Membuatku makin respek padanya. He's a super extra ordinary man! 

Baca juga: Strategi Nasional HAM Uzbekistan Pasca Terpilihnya sebagai Dewan HAM PBB

Dan pula, kendati ia melanglang buana tiap saat di mana-mana dan memiliki kantor pribadi di 202 negara dan terhubung langsung dengan tokoh-tokoh berpengaruh dunia, tak susah baginya memiliki paspor sebuah negara tertentu, tetapi yang tetap dipegangnya adalah Paspor Indonesia yang ketika di berbagai bandara selalu dipelototi lama-lama oleh petugas keimigrasian. Dan bukannya ia tak menyadari itu. Justeru sangat menyadari.

Wawancara Penulis dengan HE Mr Djuyoto Suntani paska Reuni 212. | dokpri
Wawancara Penulis dengan HE Mr Djuyoto Suntani paska Reuni 212. | dokpri
Sangat betul memang. Tetapi itulah Mr Djuyoto Suntani. Ia membuktikan kepeloporannya dalam hasrat mewujudkan perdamaian dunia. Khusus konflik Israel -- Palestina, dialah  yang menetapkan Yerussalem sebagai The Capital of World Peace atau Ibukota Perdamaian Dunia di tahun 2018. Kita sepantasnya bangga memiliki seorang Djuyoto Suntani yang memiliki dunia tersendiri tetapi justeru untuk merangkul seluruh elemen untuk bersatu dan menyatu menjadi masyarakat bumi nan damai. Visi dan orientasi semesta.

"Bayangkan, paspor Indonesia saya
dilihat lama-lama sementara orang saya dari Malaysia ini, Yang Mulia Omar, ia tak perlu visa ke mana-mana," katanya tertawa.

Ia adalah sosok angka 9 yang memanifestasikan dirinya dalam memerangi keangkaramurkaan. Ia tak bisa dilawan karena sebagai angka 9, ia adalah tertinggi dalam urutannya. Makanya saat Reuni 212 kemarin ia terlambat datang. Padahal ia telah berusaha datang sepagi mungkin dan sengaja nginap di hotel terdekat Monas. Tetapi mobil yang membawanya tersasar ke mana-mana dan tiba di Tenda VIP pas jam 9. Itulah.(fs)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun