Bagian yang mana ceritamu? Yang seperti apa kehidupan meletakkan kamu pada satu cerita yang bisa disebut broken home? Yang seperti apa kiranya? Seperti apa kamu menikmatinya?
Sudah retak tepiannya, kosong di tengah-tengahnya, apa masih juga hancur seluruhnya? Rusak bukan alasan untuk menghancurkan diri. Padahal Tuhan mengintai setiap tindakan yang tak terekam mata manusia. Bukan alasan, menyebut diri sendiri sebagai penyandang gelar "Broken Home" lalu bisa seenaknya menyilangkan aturan. Bukankah justru berbahagia? Tuhan mengajarimu menyandarkan tubuh hanya kepada-Nya. Bukankah seharusnya senang? Sebab hidup hanya sekadar pilihan dari tantangan Tuhan.
Bukan salah keadaan menempatkan kamu pada satuan, hanya kamu saja yang belum bisa mengendalikan. Tuhan hanya mengirim pesan sebagai sinyal menuju kebahagiaan. Kalau kamu bisa melewatinya tanpa meninggalkan Tuhan.
Bukankah Tuhan adalah sutradara paling baik menuliskan skenario dengan ending tak terduga? Bahagia memang kerap muncul belakangan. Bersabarlah, maka Tuhan akan merengkuhmu dalam balutan doa-doa yang menjadi akhir penantian dari segala kesedihan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H