Mohon tunggu...
Fasa Fathir
Fasa Fathir Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN BRAWIJAYA

Hobi nulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bayang-Bayang Harapan

30 September 2024   00:01 Diperbarui: 30 September 2024   00:43 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sudut desa, sunyi dan kelam,  
Rumah-rumah reyot, jiwa-jiwa kelam.  
Bumi kering menanti hujan,  
Sementara janji menguap dalam angan.

Pejabat berbisik dalam selimut harta,  
Kekayaan terhampar, rakyat terpinggirkan.  
Dalam pidato, manis penuh janji,  
Di balik senyum, kerakusan bersemi.

Anak-anak bermain di antara debu,  
Mimpi-mimpi hancur, harapan yang redup.  
Ibu menanti, air tak kunjung datang,  
Sementara mereka menari di atas tumpukan uang.

Tapi di hati, ada bara membara,  
Suara rakyat, takkan pernah sirna.  
Dengan tangan bersatu, kita berdiri,  
Melawan kebohongan, menuju hari.

Di tengah kegelapan, kita menyalakan lilin,  
Satu nyala harapan, takkan pernah padam.  
Walau berat jalan, takkan mundur kita,  
Kemiskinan akan sirna, kerakusan kan runtuh jua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun