Di sudut desa, sunyi dan kelam, Â
Rumah-rumah reyot, jiwa-jiwa kelam. Â
Bumi kering menanti hujan, Â
Sementara janji menguap dalam angan.
Pejabat berbisik dalam selimut harta, Â
Kekayaan terhampar, rakyat terpinggirkan. Â
Dalam pidato, manis penuh janji, Â
Di balik senyum, kerakusan bersemi.
Anak-anak bermain di antara debu, Â
Mimpi-mimpi hancur, harapan yang redup. Â
Ibu menanti, air tak kunjung datang, Â
Sementara mereka menari di atas tumpukan uang.
Tapi di hati, ada bara membara, Â
Suara rakyat, takkan pernah sirna. Â
Dengan tangan bersatu, kita berdiri, Â
Melawan kebohongan, menuju hari.
Di tengah kegelapan, kita menyalakan lilin, Â
Satu nyala harapan, takkan pernah padam. Â
Walau berat jalan, takkan mundur kita, Â
Kemiskinan akan sirna, kerakusan kan runtuh jua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H