Mohon tunggu...
Farya Nayla Juanita
Farya Nayla Juanita Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

kuliah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Feminisme 2.0: Melawan Patriarki dengan Inovasi dan Kreativitas

19 November 2024   19:28 Diperbarui: 19 November 2024   19:28 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Feminisme merupakan sebuah gerakan sosialis perempuan yang sering kita dengar dari era lalu hingga saat ini. Konteks feminisme sendiri dari zaman ke zaman berkaitan dengan konsep penuntutan hak perempuan agar setara dan seimbang dengan laki-laki. Dalam karya ini saya ingin mengeksplorasi konsep Feminisme 2.0 pada era digital dan teknologi saat ini, yang pastinya akan memiliki perbedaan pergerakan pada saat era digital belom merajalela seperti sekarang. 

Saya tertarik untuk mengkaji tentang pergerakan feminisme, khususnya "Feminisme 2.0" karena selain saya yang merupakan seorang perempuan, latar belakang saya sebagai Mahasiswi Ilmu Sejarah Universitas Airlangga juga menuntut keingintahuan saya terkait topik ini.

Feminisme adalah gerakan untuk mencapai kesetaraan gender dalam semua bidang kehidupan. Gerakan ini berakar pada keyakinan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Feminisme dibagi menjadi beberapa gelombang atau rentan waktu Sejarah, yaitu dari abad ke 19 dan awal abad ke 20, lalu tahun 1960-an sampai 1970-an,lalu tahun 1990-an, dan yang terakhir dimulai 2010-an. 

Dari abad ke 19 sampai awal abad 20-an, gelombang ini berfokus pada hak-hak perempuan dalam kehidupan sipil dan politik, seperti hak untuk memilih dan memiliki properti. Mary Wollstonecraft dan Susan B. Anthony adalah tokoh penting dari gelombang ini. Lalu tahun 1960-an sampai 1970-an, gelombang ini memperluas perjuangan feminisme ke berbagai bidang, seperti tempat kerja, reproduksi, dan kekerasan terhadap perempuan. 

Fokus utama adalah masalah seperti pelecehan seksual, kesenjangan upah, dan hak aborsi. Bagian yang ketiga yaitu tahun 1990an, gerakan feminisme berkembang untuk mencakup berbagai identitas, seperti ras, etnisitas, kelas sosial, orientasi seksual, dan disabilitas. Gelombang ketiga feminisme meningkatkan penekanan pada individualitas dan ekspresi diri. 

Bagian yang terakhir yaitu tahun 2010-an, gelombang ini ditandai oleh penggunaan media sosial untuk membentuk kelompok feminis dan menyebarkan informasi tentang masalah tersebut. Salah satu gerakan feminisme gelombang keempat yang paling berpengaruh adalah gerakan #MeToo.

Istilah "feminisme 2.0" semakin populer digunakan untuk menggambarkan perkembangan gerakan feminisme di era teknologi. Istilah ini mengacu pada penggunaan metode kreatif dan teknologi untuk mencapai tujuan kesetaraan gender yang lebih inklusif dan efisien. 

Ada beberapa hal yang membedakan feminisme 2.0 yang pertama yaitu tekologi, feminisme 2.0 memanfaatkan AI, media sosial, dan platform online untuk meningkatkan visibilitas, memperluas jaringan, dan mengatur aksi. yang kedua berfokus pada interseksualitas, Feminisme 2.0 mengakui bahwa pengalaman perempuan sangat beragam dan dipengaruhi oleh banyak variabel, termasuk ras, kelas, orientasi seksual, disabilitas, dan identitas gender.

Lalu yang ketiga yaitu kreativitas dan invasi, penggerak ini mendorong penggunaan seni, desain, dan ekspresi kreatif lainnya untuk menyampaikan pesan-pesan feminis dan menantang standar gender yang ada. Dan terakhir yaitu kolaborasi lintas disiplin, Feminisme 2.0 menganjurkan aktivis feminis, teknolog, seniman, dan akademisi untuk bekerja sama untuk menemukan solusi baru.

Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam berbagai peran. Laki-laki dianggap memiliki otoritas yang lebih tinggi dibandingkan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

Patriarki sendiri di masnyarakat membawa sejumlah dampak negative seperti ketidaksamaan gender, deskriminasi terhadap perempuan, kekerasan terhadap perempuan dan hambatan terhadap pembangunan.

Ketidaksamaan gender karena patriarki menciptakan kesenjangan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan. Perempuan seringkali dibatasi dalam akses terhadap pendidikan, pekerjaan, dan peluang lainnya. Lalu terjadi deskriminasi terhadap perempuan, perempuan seringkali mengalami dieskriminasi dalam berbagai bentuk seperti, pelecehan seksual dan kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT. 

Seperti yang kita dengar dan sering terjadi yaitu kekerasan terhadap perempuan, hal ini terjadi dikarenakan laki -- laki menganggap perempuan adalah mahluk yang lemah dan gampang terpedaya, tingkat kekerasan terhadap perempuan lebih banyak terjadi di lingkungan patriarki dari pada di lingkungan patriarkal. 

Patriarki juga berdampak pada pembangunan karena perempuan yang sebenarnya memiliki banyak potensi namun potensi tersebut tidak dimaksimalkan malah di sia -- siakan yang disebabkan banyaknya tantangan dari lingkungan.

Di era digital, teknologi membuka peluang besar bagi gerakan feminis untuk menyebarkan pesan dan memperjuangkan hak-hak perempuan secara lebih luas dan cepat.

 Salah satu bentuk inovasi dalam Feminisme 2.0 adalah penggunaan media sosial sebagai alat advokasi. Melalui platform seperti Instagram, Twitter, dan TikTok, para aktivis dapat berbagi informasi, mengedukasi publik, dan menggalang dukungan. Dengan kampanye daring, isu-isu feminisme bisa mencapai audiens global dalam hitungan detik.

Selain media sosial, teknologi lainnya seperti aplikasi seluler dan situs web juga memungkinkan perempuan untuk mengakses informasi terkait hak-hak mereka, layanan kesehatan, serta platform diskusi. Teknologi blockchain, misalnya, memberikan peluang bagi perempuan untuk berpartisipasi dalam ekonomi digital tanpa harus berhadapan dengan kendala perbankan tradisional yang kerap tidak inklusif.

Namun, inovasi dalam Feminisme 2.0 tidak berjalan tanpa hambatan. Salah satu tantangan terbesar adalah resistensi terhadap perubahan, terutama dari kelompok-kelompok yang masih memegang teguh nilai-nilai patriarki. 

Patriarki, yang sudah mengakar selama berabad-abad, sulit diubah hanya dengan inovasi teknologi. Perubahan ini kerap kali menghadapi penolakan, baik dari institusi maupun dari masyarakat yang belum siap menerima konsep kesetaraan gender secara utuh.

Selain itu, ada juga tantangan internal dalam gerakan feminisme itu sendiri. Perbedaan pandangan dan pendekatan sering kali menimbulkan perdebatan. Sebagian feminis berpendapat bahwa perjuangan ini harus fokus pada isu-isu tertentu, sementara sebagian lainnya menganggap feminisme perlu lebih inklusif dan mempertimbangkan isu-isu interseksionalitas, seperti ras, orientasi seksual, dan kelas sosial. Konflik internal ini menjadi tantangan bagi Feminisme 2.0 dalam membangun gerakan yang solid dan kohesif.

Salah satu aspek yang menonjol dalam Feminisme 2.0 adalah penggunaan seni dan budaya sebagai alat perjuangan. Seni, baik dalam bentuk visual, musik, teater, atau sastra, memiliki kekuatan untuk mengubah pandangan dan menyentuh emosi masyarakat. Lewat karya seni, pesan-pesan feminisme dapat disampaikan dengan cara yang lebih halus namun berdampak kuat. 

Misalnya, film dan pertunjukan teater yang mengangkat isu-isu perempuan dapat menjadi media edukasi bagi masyarakat. Di samping itu, musik dan sastra juga menawarkan ruang bagi perempuan untuk menyuarakan pengalaman dan pandangan mereka secara kreatif. Banyak seniman perempuan yang menciptakan karya dengan tema-tema feminis, baik untuk memprotes ketidakadilan maupun untuk merayakan keberhasilan perempuan.

Ke depan, Feminisme 2.0 menghadirkan peluang untuk kolaborasi lintas sektor. Dalam melawan patriarki, feminisme dapat bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, organisasi masyarakat, dan sektor bisnis. Kolaborasi in akan memperkuat gerakan feminisme dan membantu menciptakan perubahan yang lebih signifikan.

Dengan teknologi yang terus berkembang, Feminisme 2.0 memiliki visi untuk menciptakan masa depan yang lebih inklusif dan adil. Inovasi dan kreativitas memungkinkan feminisme untuk tetap relevan dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan zaman. 

Feminisme 2.0 juga memiliki potensi untuk menciptakan ruang-ruang baru bagi perempuan untuk terlibat aktif dalam pembangunan masyarakat, tanpa terkekang oleh batasan-batasan yang diciptakan oleh patriarki.

Feminisme 2.0 adalah bentuk baru dari perjuangan untuk kesetaraan gender, yang memanfaatkan teknologi dan kreativitas sebagai senjata utama. Namun, perjuangan ini memerlukan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat. 

Sebagai individu, kita semua memiliki peran dalam menciptakan dunia yang lebih adil. Mari dukung Feminisme 2.0 dengan terlibat aktif, memberikan dukungan, dan menyuarakan pentingnya kesetaraan gender. Dengan cara ini, kita bisa bersama-sama menciptakan perubahan nyata dan memberdayakan perempuan di seluruh dunia untuk masa depan yang lebih baik.


Daftar Pustaka

Abbas, N. (2020). Dampak feminisme pada perempuan. Al-Wardah: Jurnal Kajian Perempuan, Gender Dan Agama, 14(2), 187-198.

Anindya, A. K., & Adriati, I. STUDI DESKRIPSI PATRIARKI TERHADAP PRAKTIK FEMINISME (JAKARTA ART WEEK 2019 BERTAJUK PEREMPUAN BICARA SENI). Kreativitas dan Inovasi Dalam Seni Rupa dan Desain, 21.

Djoeffan, S. H. (2001). Gerakan Feminisme di Indonesia: Tantangan dan Strategi Mendatang. Mimbar: Jurnal Sosial dan Pembangunan, 17(3), 284-300.

DWIYANA, D. O. (2023). PERANAN PEREMPUAN DALAM NOVEL LAYANGAN PUTUS KARYA MOMMY ASF: TINJAUAN FEMINISME SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA BAGI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA TINGKAT SMA KELAS XII (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU).

Faizain, K. (2007). Mengintip Feminisme Dan Gerakan Perempuan. EGALITA.

Nursaptini, N., Sobri, M., Sutisna, D., Syazali, M., & Widodo, A. (2019). Budaya patriarki dan akses perempuan dalam pendidikan. Al-Maiyyah: Media Transformasi Gender Dalam Paradigma Sosial Keagamaan, 12(2), 16-26.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun