Mohon tunggu...
Faruza Arkan
Faruza Arkan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kurang Pas! Infografik Kompas, 15 Oktober 2015

2 November 2015   15:46 Diperbarui: 3 November 2015   08:13 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam harian Kompas yang terbit Kamis, 15 Oktober 2015 lalu tepatnya halaman 31, terdapat sebuah infografik karya Ismawadi yang kali ini akan saya bahas melalui pendekatan kritik dekave. Kritik memiliki makna memberikan penilaian baik secara positif maupun negatif (Kwant, 1975 :5). Sedangkan Diskomvis sendiri  memiliki makna sebagai salah satu upaya pemecahan masalah (komunikasi atau komunikasi visual) untuk menghasilkan suatu desain yang baru di antara desain yang baru (Tinarbuko 1998 :66).

Deskripsi dan identifikasi

Dapat diidentifikasi bahwa informasi tersebut terbagi menjadi tiga bagian atas, tengah, bawah yang disajikan kedalam empat jenis infografik yaitu dengan menggunakan diagram batang, diagram lingkaran, poin, dan timeline.

Pada bagian pertama infografik disajikan dalam diagram batang berdasarkan sumbu x dan sumbu y dengan judul bahasan mengenai komposisi pemain berdasarkan usia (kualifikasi piala Eropa 2016). Judul bahasan tersebut ditulis dengan dua jenis huruf yaitu pada tulisan “Komposisi Pemain Berdasarkan Usia” ditulis menggunakan huruf sans serif kapital (allcaps) dan dicetak tebal (bold). Huruf berwarna hitam dengan ukuran sekitar 24pt. Perbedaan dengan tulisan yang berada di bawahnya yang bertuliskan “(Kualifikasi Piala Eropa 2016)” hanya pada penggunaan huruf kapital pada bagian depan katanya saja dan berada dalam tanda kurung.

Terdapat keterangan mengenai warna dari tiap data pada diagram batang di pojok kanan atas yang terbagi menjadi tiga yaitu warna hijau untuk usia di atas 30 tahun, warna biru untuk usia antara 25-29 tahun, dan warna oranye untuk usia kurang dari 24 tahun. Diagram batang memiliki latar belakang berwarna krem yang diberi efek shadow. Pada sumbu x data yang terlampir adalah jumlah presentase yang dibagi menjadi 20, 40, 60, 80, dan 100 persen.

Lalu pada sumbu y data yang terlampir merupakan data sembilan negara-negara yang mengikuti gelaran piala eropa meliputi Belgia, Inggris, Jerman, Italia, Belanda, Irlandia Utara, Portugal, Spanyol, Wales, dan satu data mengenai rata-rata negara kualifikasi. Semua angka presentase ditulis menggunakan warna putih, jenis huruf sans serif dengan ukuran sekitar 14pt. Sedangkan nama negara dan hitungan presentase berada di sisi luar sumbu x dan y ditulis dengan warna hitam, jenis huruf sans serif dengan kuran sekitar 11pt.

Pada bagian kedua terdapat infografik dengan judul bahasan “Statistik Setelah era Louis van Gaal (semua kompetisi)” yang tersaji dalam bentuk poin. Presentase laga disajikan dengan diagram lingkaran dan di sebelah kanan presentase tersebut  terdapat poin-poin yang menyampaikan fakta mengenai komposisi pemain. Bagian kiri berisi statistik pertandingan setelah era Louis van Gaal tersaji dalam bentuk poin dengan ikon berupa bola. Bagian tengah adalah presentase dari 14 laga dengan logo timnas Belanda di tegahnya yang disajikan melalui diagram lingkaran dengan data 7% Imbang (oranye), 57% kalah (hijau), dan 36% menang (biru). Lalu pada bagian kanan terdapat tiga poin dengan bentuk ikon bola mengenai komposi usia timnas Belanda dan beberapa tim lain.

Bagian ketiga, terdapat sebuah infografik yang tersaji dalam bentuk timeline. Infografik ini membahas mengenai kegagalan belanda pada turnamen besar. Pada infografik ini memiliki latar belakang berwarna gradasi biru muda ke biru tua dengan efek shadow dengan huruf yang ditulis dengan warna putih dan terdapat ikon bola pada setiap titik.

Interpretasi

Pertama adalah penggunaan warna yang didominasi dengan warna oranye, biru, dan hijau. Dari segi semiotik, warna adalah penanda verbal yang mendorong orang untuk cenderung memperhatikan terutama rona-rona yang disandikan penanda tersebut (Danesi, 2004: 84). Penggunaan warna oranye dimaksudkan sebagai warna khas dari timnas Belanda, warna biru ada hubungannya dengan keluasan langit, dan warna hijau dimaksudkan sebagai lapangan hijau tempat para pemain berlaga.

Menurut Sadjiman dalam bukunya Nirmana, warna jingga/oranye mempunyai karakter semangat, anugerah, dan merdeka. Lalu penggunaan warna biru memiliki watak dingin, pasif, melankoli, sayu, dan sendu. Sedangkan warna hijau dalam hal ini kaitannya dengan lapangan hijau memiliki karakter yang relatif lebih netral pengaruh emosinya. Hijau lambangkan kesuburan, kesegaran, kebangkitan, keyakinan, kepercayaan, dan keseimbangan (Sanyoto, 2009: 47-49).

Kedua, pada visualisasi data yang dihadirkan terdapat diagram batang (bar graph), diagram lingkaran (pie chart), dan timeline yang disampaikan dalam bentuk narasi. Narasi sendiri adalah sebuah pendekatan terhadap perancangan informasi yang bertujuan memandu pemirsa melalui sekumpulan informasi pilihan yang membentuk sebuah cerita (Lankow, et al., terj., Alex, 2002: 21). Infografik tersebut juga disajikan dalam bentuk informasi campuran  kualitatif yang merupakan informasi yang tidak numeris dan kuantitatif yang meliputi pengukuran apapun yang biasanya dalam bentuk numeris (Lankow, et al., terj., Alex, 2002: 21).

Ketiga, terdapat ikonografi berupa bola sepak berwarna oranye. Ikonografi digunakan sebagai jalan pintas komunikasi yang bagus menggunakan unsur-unsur visual sebagai pengganti verbal (Lankow, et al., terj., Alex, 2002: 52).

Keempat adalah penggunaan logo timnas belanda di tengah diagram lingkaran. Jika diibaratkan sebagai manusia, logo adalah wajah yang berfungsi sebagai alat identifikasi serta pembeda antara satu dengan yang lain (Rustan, 2009: 12-13).

Kelima, semua tipografi yang digunakan pada infografik ini merupakan jenis sans serif yaitu jenis huruf yang tidak meiliki kait, kaki, atau serif pada ujung hurufnya. Kesan yang ditimbulkan ialah modern, kontemporer, dan efisien (Wirya, 1999: 32).

Kritik dan Redesain

            Berangkat dari identifikasi dan interpretasi diatas infografik tersebut bisa dibilang sudah cukup baik terutama pada penyusunan layout dari setiap data yang ada. Alur baca yang diciptakan sudah mampu memudahkan para audiensnya untuk membacanya. Sayangnya, terdapat beberapa hal yang kurang pas seperti penggunaan warna biru yang dirasa kurang tepat untuk merepresentasikan aura kompetisi. Penggunaan shadow pada latar belakang diagram batang dan timeline dirasa tidak perlu karena menurut Edward Tufte dalam buku “Infografis Kedasyatan Bercerita Visual” katangan Jason Lankow, dkk hal tersebut termasuk dalam chartjunk (unsur-unsur grafis yang tidak diperlukan yang tidak mengkomunikasikan informasi). Ia percaya bahwa sampah grafis (chartjunk) hanya mengalihkan perhatian pembaca dan mendistorsi data, jadi mengurangi integritas grafis dan menurunkan nilainya (Lankow, et al., terj., Alex, 2002: 35).

Atas dasar kritik di atas ada upaya membuat redesain dari infografis tersebut meliputi, warna biru digantikan dengan warna ungu yang melambangkan kebesaran dan kejayaan (Sanyoto, 2009: 48). Serta menghilangkan efek shadow pada latar belakang diagram batang dan timeline.

Kesimpulan

Pada dasarnya penciptaan sebuah karya desain harus memperhatikan setiap unsurnya secara detail. Karena seyogyanya karya desain harus dapat tersampaikan dengan baik kepada audiens agar dapat dipahami informasinya dengan baik. Selain itu desainer harus memiliki kesadaran terhadap desainnya agar tidak menjadikan desainnya berlebihan.

Daftar Pustaka

Danesi, Macel, 2004, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi (terj. Evi Setyarini dan Lusi Lian Piantari), Yogyakarta, Penerbit Jalasutra.

 

Kwant, R.C., 1975, Manusia dan Kritik, Yogyakarta, Penerbit Yayasan Kanisius

 

Lankow, Jason, dkk, 2002, Infografis: Kedasyatan Cara Bercerita Visual (terj. Alex Tri Kantojono Widodo), Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama.

Rustan, Surianto, 2009, Mendesain Logo, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sanyoto, Sadjiman Ebdi, 2009, Nirmana: Elemen-elemen Seni dan Desain, Yogyakarta, Penerbit Jalasutra.

Tinarbuko, Sumbo, 2015, Dekave: Desain Komunikasi Visual Penanda Masyarakat Global, Yogyakarta, Penerbit CAPS.

Wirya, Iwan, 1999, Kemasan Yang Menjual, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun