Mohon tunggu...
Faruq Abdul Quddus
Faruq Abdul Quddus Mohon Tunggu... Penulis - Direktur Fata Institute

Seorang Content Writer, Praktisi Dakwah Digital, Penggiat Studi Islam, Filsafat dan Bahasa. Suka Nulis, Ngoleksi Buku dan Traveling.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Titik Temu Filsafat Stoikisme dengan Konsep Tasawuf dalam Islam

3 Agustus 2023   05:31 Diperbarui: 3 Agustus 2023   05:51 1349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Filsafat Stoikisme adalah salah satu aliran pemikiran yang lahir pada zaman kuno di Yunani dan Romawi. Dipraktikkan oleh para stoik, aliran ini menawarkan pandangan unik tentang kehidupan dan cara untuk mencapai ketenangan dalam situasi penuh tantangan. Dalam artikel ini, kita akan menggali lebih dalam tentang konsep dan ajaran filsafat stoikisme.

Stoikisme berasal dari kata "stoa", yang berarti galeri atau kolonnade di tempat umum di Athena, tempat di mana filosofi ini pertama kali diajarkan oleh Zeno dari Citium pada awal abad ketiga sebelum Masehi. Meskipun Zeno adalah pendiri stoikisme, ajaran ini dikembangkan lebih lanjut oleh filsuf-filsuf terkenal seperti Epictetus, Seneca, dan Marcus Aurelius.

Salah satu konsep dasar stoikisme adalah pandangan tentang alam dan tujuan hidup manusia. Menurut stoik, alam adalah sebuah sistem yang diatur oleh Logos (rasionalitas ilahi). Semua yang ada dalam alam memiliki peran dan tempatnya sendiri. Manusia sebagai bagian dari alam juga dianggap sebagai makhluk yang diberi akal budi dan mampu membedakan antara apa yang dapat dan tidak dapat dikendalikan.

Tujuan hidup dalam stoikisme adalah untuk hidup sesuai dengan akal budi dan mengikuti alur Logos. Ini berarti menerima dan menghadapi segala hal yang terjadi dalam hidup dengan bijaksana tanpa menjadi terlalu terikat pada emosi dan keinginan duniawi.

Konsep sentral dalam stoikisme adalah doktrin dua hal, yaitu hal yang dapat dan tidak dapat dikendalikan. Hal yang dapat dikendalikan adalah apa yang ada dalam kendali diri kita, seperti pikiran, pandangan, kehendak, dan reaksi emosional terhadap suatu peristiwa. Sedangkan hal yang tidak dapat dikendalikan adalah apa yang berada di luar kendali kita, seperti keadaan eksternal, keberuntungan, dan tindakan orang lain.

Stoikisme menekankan bahwa kita harus fokus pada hal yang dapat dikendalikan dan menerima hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan dengan bijaksana. Dengan demikian, kita dapat mencapai ketenangan dan kebahagiaan yang sejati karena tidak terpengaruh oleh peristiwa-peristiwa eksternal yang tidak dapat kita kontrol.

Stoikisme mengajarkan bahwa kebajikan adalah kebijaksanaan dan bahwa kebijaksanaan adalah jalan untuk mencapai kebahagiaan yang sejati. Kebajikan meliputi empat nilai etika utama, yaitu keberanian, kebijaksanaan, keadilan, dan penguasaan diri. Para stoik meyakini bahwa hanya dengan mengembangkan dan mempraktikkan nilai-nilai etika ini, seseorang dapat mencapai kebahagiaan dan kedamaian batin.

Stoikisme mengajarkan bahwa penderitaan adalah bagian dari kehidupan dan bahwa kita harus menerima penderitaan dengan bijaksana. Stoikisme tidak mengajarkan untuk menghindari penderitaan atau mengabaikannya, tetapi untuk menghadapinya dengan kepala tegak dan tetap tenang. Menurut stoik, ketenangan batin bisa dicapai dengan mengubah cara kita berpikir tentang penderitaan dan menerima bahwa itu adalah bagian dari alam kehidupan.

Demikian pula, stoikisme mengajarkan bahwa kematian adalah bagian alami dari kehidupan. Para stoik percaya bahwa kita harus menyadari bahwa kematian adalah sesuatu yang tak terelakkan dan menerima kenyataan itu dengan sikap bijaksana.

Pada perakteknya, filsafat Stoikisme mengajarkan kita untuk hidup dengan bijaksana dan mencari ketenangan dalam situasi yang penuh tantangan. Dengan mengembangkan nilai-nilai etika, mengenali hal yang dapat dan tidak dapat kita kendalikan, dan menerima penderitaan dan kematian dengan bijaksana, kita dapat mencapai kebahagiaan yang sejati dan hidup dengan penuh kedamaian dalam dunia yang penuh dengan gejolak ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun