PENDAHULUAN
Pada 11 Maret 2020, World Health Organization mengkategorikan Covid-19 menjadi pandemi, dimana penyebarannya membuat WHO menyatakan situasi darurat dan digolongkan menjadi pandemi kronis (WHO dalam A’dani, 2021). Penularannya virus yang terjadi lewat interaksi per orangan dalam kerumunan membuat model pengantisipasian Covid-19 secara langsung menghancurkan perekonomian masyarakat (Siaran pers Kobar dalam Mila, 2021). Selain itu, situasi masyarakat yang tidak siap menerima perubahan akibat pandemi Covid-19 akan mengguncang nilai dan norma sosial yang selama ini berkembang dan diterima masyarakat (Saputra dalam Sunarsih, 2020).
Sejak ditetapkan terjadinya penyebaran wabah pandemi Covid-19 secara keseluruhan di seluruh dunia, telah menimbulkan banyak perubahan dan permasalahan serius pada tatanan dunia. Penyebarannya dari pandemi ini yang cepat dan luas bukan hanya telah mengancam kesehatan tetapi juga telah menghancurkan daya tahan ekonomi masyarakat serta sektor-sektor lainnya seperti sektor sosial, ekonomi pariwisata, politik, pendidikan dan tidak terkecuali pada sektor pertanian. Syahyuti (2020) menyatakan bahwa pandemi Covid-19 berdampak luas, termasuk terhadap SDM pertanian sehingga seluruh bentuk aktivitas menjadi tidak optimal, mulai dari on farm sampai off farm.
Permasalahan besar dari sektor pertanian akibat dari penyebaran pandemi Covid-19 berdampak besar ke negara-negara agraris, termasuk salah satunya Indonesia. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya mencari kebutuhan ekonomi keluarga dalam sektor pertanian. Di Indonesia, sektor pertanian berperan penting dalam pemenuhan ekonomi bagi sebagian besar masyarakat.
Sektor pertanian selama masa pandemi Covid-19 berkontribusi sebesar 15,46% terhadap pembentukan PDB Indonesia. Peningkatan sebesar 13,57% terjadi pada sektor pertanian jika dibandingkan dengan tahun 2019 pada periode yang sama (BPS dalam Azis, 2020). Terlihat dari data masyarakat yang bekerja di sektor pertanian sebesar 87,50% pada tahun 2019 (BPS dalam Khairad, 2020).
Berdasarkan pernyataan dari Kementan (dalam Wibowo, 2020) Sektor pertanian memiliki perana penting dalam mendukung perekonomian nasional. Peran tersebut terutama dalam terciptanya ketahanan pangan, penyumbang produk domestik bruto, penciptaan lapangan kerja dan penanggulangan kemiskinan, penyedia bahan pangan dan bahan baku industri, sumber pendapatan masyarakat, serta penciptaan iklim yang kondusif bagi pertumbuhan sektor lainnya.
Dalam terjadinya permasalahan yang serius pada sektor pertanian akibat pandemi ini yang menyebabkan terganggunya produktivitas bercocok tanam dan pertumbuhan aktivitas sektor pertanian secara keseluruhan menjadi sebuah tantangan tersendiri dalam membentuk upaya meningkatkan produktivitas bercocok tanam pada masa pandemi. Oleh karena itu, hal ini menjadi penulis tertarik untuk membahas hal tersebut kedalam artikel ini dengan judul “Meningkatkan Produktivitas Bercocok Tanam di Masa Pandemi” yang nanti akan membahas dampak permasalahannya dan upaya dalam meningkatkan produktivitas bercocok tanam pada masa pandemi.
PEMBAHASAN
Dampak pandemi terhadap sektor pertanian
Pada masa pandemi sektor pertanian menjadi peran penting dalam mendukung perekonomian nasional. Peran tersebut terutama dalam memenuhi kebutuhan pangan, sumber pendapatan masyarakat dan penciptaan lapangan kerja. Namun, Muliati (dalam Khairad, 2020) menyatakan bahwa mewabahnya Covid-19 menuntut masyarakat untuk meningkatkan imunitas dengan mengkonsumsi beragam makanan yang bergizi.Walaupun peluang pasar untuk sektor pertanian masih tetap ada, akan tetapi distribusi hasil untuk pertanian masih terus terkendala karena adanya pembatasan sosial berskala besar dan social distancing. Hal ini tentu akan menyebabkan turunnya permintaan dan juga akan menurunkan harga produk sektor pertanian di masa panen nya.
Adanya penyebaran Covid-19 akan berakibat pada menurunnya produksi sebesar 5% karena harga sarana produksi termasuk benih, pupuk, pestisida, pakan mahal dan ditribusi yang tidak lancar (Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian dalam Khairad, 2020). Hal ini tentu dapat memberikan kerugian terhadap sektor pertanian karena lesunya permintaan sehingga menyebabkan petani melakukan penurunan harga produk pertanian.
Harga produk pertanian meningkat secara global, akibatnya pertumbuhan ekonomi melambat menyebabkan penurunan produksi pertanian. Di Indonesia hampir semua produksi pertanian mengalami penurunan. Selain produksi pertanian primer, produksi industri pangan juga mengalami penurunan seperti industri pangan serta terjadi hal serupa pada sektor ekonomi lainnya (Kementan dalam Khairad, 2020). Dalam hal ini pemerintah perlu mengupayakan bagaimana meningkatkan produktivitas petani dan menjaga stabilitas ekonomi yang terancam di saat pandemi.
Upaya dalam meningkatkan produktivitas sektor pertanian di masa pandemi
Dalam mengelola dampak pandemi Covid-19 di sektor pertanian, kementerian pertanian telah menetapkan tiga kebijakan.
- Melakukan refocusing kegiatan dan anggaran sebagai antisipasi dampak pandemi virus Covid-19
- Mempercepat program padat karya
- Menjaga ketersediaan bahan pangan pokok
Adapun langkah strategis yang telah ditetapkan adalah (Kementerian Pertanian dalam Siregar, 2020):
- penyediaan bahan pangan pokok utamanya beras dan jagung bagi 267 juta masyarakat Indonesia
- percepatan ekspor komoditas strategis dalam mendukung keberlanjutan ekonomi
- sosialisasi kepada petani dan petugas untuk melakukan pencegahan berkembangnya virus corona
- pembuatan/pengembangan pasar tani di setiap provinsi, optimalisasi pangan lokal, koordinasi infrastruktur logistik, dan e-marketing
- program/kegiatan padat karya agar sasaran pembangunan pertanian dicapai dan masyarakat langsung menerima dana tunai
Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga dapat membuat keputusan yang benar. Kegiatan tersebut dilakukan oleh seseorang yang disebut penyuluh pertanian (Van Den Ban dan Hawkins dalam Sudarmansyah, 2021). Maka dari itu penyuluhan juga diperlukan untuk membuat kebijakan pemerintah tersebut agar dapat berjalan dengan optimal, menurut Sumardjo (dalam Indraningsih, 2020) menyatakan bahwa alternatif strategi penyuluhan pertanian di era pandemi Covid-19 adalah mengoptimalkan potensi sumber daya lokal (community capital) melalui penguatan dari manusia (human capital), sosial (social capital), dan digital komunikasi. Peran penyuluhan pertanian di era pandemi Covid-19 adalah: (1) mengedukasi masyarakat secara terus menerus untuk menerapkan hidup normal baru dalam aktivitas sosial mereka, dan (2) menumbuhkan kebiasaan masyarakat agar disiplin mematuhi protokol kesehatan. Selain itu sebagai antisipasi dampak Covid-19 terhadap ketersediaan dan stabilitas harga pangan terkhusus di Indonesia, pemerintah harus memastikan semua fasilitas dan bantuan mulai dari produksi hingga ke konsumen harus berjalan sebagaimana mestinya (Hirawan dalam Khairad, 2020).
SIMPULAN
Sektor pertanian harus mendapatkan bantuan dari masyarakat dan pemerintah karena sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional walaupun dampak dari Covid-19 membuat sektor pertanian mengalami kerugian harga produksi akibat kurangnya permintaan, akan tetapi pemerintah berupaya mengantisipasi kerugian tersebut dengan membuat kebijakan yang dapat membuat stabilitas harga produk pertanian dapat disesuaikan dengan baik kepada sektor pertanian. Selain itu penyuluhan juga harus memastikan bahwa upaya yang dibuat oleh pemerintah tersebut dapat berjalan dengan baik kepada sektor pertanian agar dapat meningkatkan produktivitas pertanian selama masa pandemi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H