Mohon tunggu...
Muhammad Faruq Ariyanto
Muhammad Faruq Ariyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Tugas MKWK Bahasa Indonesia Kelas 63

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hilangnya Jiwa Nasionalisme, Benarkah Generasi Muda Tak Lagi Peduli?

4 Desember 2024   08:34 Diperbarui: 4 Desember 2024   08:58 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nasionalisme secara studi semantik kata nation berasal dari kata latin natio yang bersumber dari kata narcos yang bermakna saya lahir atau natus sum yang bermakna saya dilahirkan. Secara istilah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nasionalisme memiliki arti sebagai paham atau ajaran bagi masyarakat untuk mencintai bangsa dan negara sendiri. 

Dalam ilmu sosial, nasionalisme mengacu pada pandangan bahwa penduduk suatu bangsa harus memiliki kesetiaan terhadap negara mereka. 

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa nasionalisme merupakan pemahaman yang dimiliki oleh suatu penduduk dari suatu bangsa untuk mencintai dan memiliki kesetiaan terhadap bangsanya sendiri, dalam hal ini Bangsa Indonesia. Namun, kenyataan yang terjadi saat ini menunjukkan adanya penurunan paham dan rasa nasionalisme dalam diri generasi muda Indonesia.

Survei Populix mengungkapkan bahwa 65% masyarakat Indonesia menilai semangat nasionalisme generasi muda semakin menurun. Bahkan, mayoritas Gen Z yang berusia 11-26 tahun pun mengakui hal tersebut sebagai kenyataan yang terjadi di sekitar mereka. Tercatat 64% responden dari Gen Z mengakui adanya penurunan semangat nasionalisme di kalangan anak muda. 

Menariknya, hanya 14% dari generasi ini yang merasa semangat nasionalisme tetap terjaga tanpa penurunan. Di kalangan generasi milenial, 67% responden menilai semangat nasionalisme di antara anak muda kian menurun. 

Sebaliknya, hanya 14% dari mereka yang merasa semangat nasionalisme tetap stabil tanpa penurunan. Hasil survei ini mengejutkan sekaligus menjadi bahan refleksi. Apa sebenarnya yang memicu penurunan nasionalisme di kalangan generasi muda, dan bagaimana dampaknya bagi masa depan Indonesia?

Globalisasi menjadi salah satu faktor utama yang memicu penurunan semangat nasionalisme di kalangan generasi muda. Kemudahan akses terhadap informasi dan budaya asing membuat anak muda lebih terpapar gaya hidup luar negeri. 

Tak jarang, mereka membandingkan kondisi Indonesia dengan negara-negara maju, yang sering kali dianggap lebih ideal. Selain itu, tingginya konsumsi produk asing turut memperlemah kebanggaan terhadap produk lokal, sehingga rasa cinta terhadap tanah air perlahan terkikis.

Perkembangan teknologi juga menjadi pemicu menurunnya nasionalisme di kalangan generasi muda. Kecanduan gadget dan media sosial membuat banyak anak muda lebih fokus pada dunia maya, mengurangi interaksi sosial langsung yang membangun rasa kebersamaan. Selain itu, teknologi sering kali digunakan untuk mengejar hiburan semata, sehingga nilai-nilai kebangsaan dan rasa tanggung jawab terhadap bangsa kerap terabaikan.

Sistem pendidikan di Indonesia juga menjadi sorotan sebagai salah satu faktor yang memengaruhi menurunnya rasa nasionalisme. Salah satu penyebab utamanya adalah minimnya pengajaran tentang sejarah dan budaya bangsa dalam kurikulum, yang seharusnya menjadi fondasi untuk menanamkan kecintaan pada tanah air. 

Ditambah lagi, metode pembelajaran yang sering kali monoton dan kurang menarik membuat generasi muda kehilangan minat untuk memahami nilai-nilai kebangsaan. Tanpa perubahan signifikan, hal ini berpotensi membuat generasi mendatang semakin jauh dari akar budaya bangsa.

Terakhir, kondisi politik dan ekonomi di Indonesia turut berperan besar dalam penurunan rasa nasionalisme di kalangan masyarakat. Kekecewaan terhadap kinerja pemerintah yang dinilai tidak mampu memenuhi harapan rakyat, semakin memperburuk kepercayaan publik terhadap negara. Ditambah dengan kesenjangan sosial yang semakin lebar, ketidakadilan dalam distribusi kesejahteraan semakin memicu kekecewaan di masyarakat. 

Korupsi yang merajalela memperparah situasi ini, membuat banyak warga merasa bahwa negara tidak lagi berpihak pada kepentingan rakyat. Semua faktor ini menggiring masyarakat pada perasaan apatis terhadap upaya memperjuangkan kepentingan bersama, yang pada gilirannya menggerus rasa nasionalisme.

Penurunan nasionalisme dapat berdampak negatif yang serius, baik terhadap individu maupun bangsa. Bagi individu, hilangnya rasa cinta terhadap tanah air menyebabkan mereka kehilangan jati diri sebagai bagian dari bangsa Indonesia.

 Di tengah era globalisasi yang penuh tantangan, berkurangnya rasa nasionalisme membuat mereka sulit untuk bersaing dan beradaptasi dengan perkembangan zaman. Lebih jauh lagi, individu yang kehilangan ikatan dengan nilai-nilai kebangsaan rentan terpengaruh oleh ideologi asing yang bertentangan dengan Pancasila, yang bisa mengancam keutuhan dan persatuan bangsa.

Penurunan nasionalisme juga memiliki dampak yang merugikan bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan. Melemahnya rasa persatuan dan kesatuan antar warga negara akan semakin memperburuk ikatan sosial, yang sangat dibutuhkan untuk menghadapi tantangan zaman. Tanpa adanya rasa kebangsaan yang kuat, Indonesia akan kesulitan mencapai tujuan nasional yang telah ditetapkan, seperti kesejahteraan sosial dan kemajuan ekonomi. 

Selain itu, penurunan nasionalisme membuka celah bagi ancaman dari luar, baik dalam bentuk pengaruh ideologi asing maupun potensi disintegrasi yang dapat mengguncang stabilitas negara. Untuk itu, memperkuat nasionalisme menjadi kunci dalam menjaga keutuhan bangsa. Dampak ini perlu segera diatasi oleh berbagai perangkat masyarakat  untuk menjaga identitas dan kekuatan bangsa Indonesia di kancah global.

Salah satu perangkat masyarakat yang memiliki peran krusial dalam menanggulangi penurunan nasionalisme di Indonesia adalah pemerintah. Langkah penting yang dapat diambil adalah memperkuat pendidikan karakter dan penanaman nilai-nilai Pancasila di sekolah-sekolah, agar generasi muda memahami dan mengamalkan ideologi negara. 

Selain itu, meningkatkan kualitas pendidikan sejarah dan budaya sangat penting untuk membangun kesadaran akan identitas bangsa yang kaya akan warisan. 

Tak kalah penting, pemerintah perlu memberikan ruang bagi generasi muda untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan, baik melalui kegiatan sosial, ekonomi, maupun politik. Dengan demikian, rasa nasionalisme yang kuat dapat terus tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat.

Selanjutnya, peran orang tua dalam menanggulangi penurunan nasionalisme sangat penting, terutama dalam membentuk karakter anak sejak dini. Salah satu langkah yang dapat diambil adalah menanamkan nilai-nilai nasionalisme dengan mengajarkan pentingnya cinta tanah air, sejarah bangsa, dan kebudayaan Indonesia. Selain itu, orang tua juga harus menjadi teladan dengan memberikan contoh sikap yang mencerminkan rasa bangga terhadap negara. 

Tak kalah penting, orang tua perlu membatasi penggunaan gadget pada anak, agar mereka tidak kehilangan keterhubungan dengan budaya asli dan lebih fokus pada pengembangan diri serta hubungan sosial yang positif. Dengan pendekatan yang tepat, orang tua dapat membantu membangun generasi yang cinta tanah air dan siap menghadapi tantangan masa depan.

Sekolah juga memainkan peran vital dalam menumbuhkan rasa nasionalisme di kalangan siswa. Salah satu langkah yang dapat diambil adalah mengadakan kegiatan yang dapat memperkuat kecintaan terhadap tanah air, seperti lomba-lomba yang bertema kebangsaan atau perjalanan edukasi ke tempat bersejarah. 

Mengundang narasumber yang inspiratif, seperti tokoh-tokoh nasional atau pejuang budaya, juga dapat memberikan wawasan dan motivasi kepada siswa untuk lebih menghargai perjuangan bangsa.

 Selain itu, fasilitas kegiatan ekstrakurikuler yang positif, seperti pramuka atau seni budaya, dapat menjadi wadah bagi siswa untuk mengekspresikan kecintaan mereka terhadap Indonesia. Melalui berbagai kegiatan ini, sekolah dapat menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuhnya rasa nasionalisme pada generasi muda.

Terakhir, Media massa juga memiliki peran strategis dalam membentuk opini publik dan menumbuhkan rasa nasionalisme. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menayangkan program-program yang positif dan mendidik, yang dapat menginspirasi masyarakat untuk lebih mencintai budaya dan sejarah bangsa. 

Selain itu, media harus berhati-hati dalam menyebarkan informasi, dengan menghindari penyebaran berita hoax dan provokatif yang dapat memecah belah persatuan bangsa. Dengan menyediakan konten yang bermanfaat dan mendukung nilai-nilai kebangsaan, media massa dapat menjadi alat yang efektif dalam memperkuat rasa nasionalisme di tengah masyarakat.

Untuk mengatasi penurunan nasionalisme, ada beberapa langkah konkret yang bisa dilakukan. Generasi muda perlu diajak untuk lebih aktif dalam kegiatan sosial yang dapat menumbuhkan rasa kebersamaan dan kepedulian terhadap sesama. Selain itu, penting bagi mereka untuk mempelajari sejarah bangsa dan memahami nilai-nilai yang terkandung dalamnya. 

Mendukung produk dalam negeri juga menjadi salah satu cara untuk mencintai tanah air dan memperkuat ekonomi bangsa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nasionalisme bukanlah sekadar slogan, melainkan tindakan nyata yang dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Mari bersama-sama kita ciptakan Indonesia yang lebih baik, dengan penuh rasa bangga dan cinta terhadap negeri tercinta.

Proyek tugas Bahasa Indonesia kelas MKWK kelas 63.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun