Pasukan Indonesia yang terdiri dari TKR/BKR, Laskar Hizbullah- Sabilillah meski belum tergabung menjadi TNI sudah berkerja sama. Kerja sama terjalin sejak dalam pertahanan mengahadapi serangan Sekutu ketika terjadi pertempuran di Surabaya. Setelah Surabaya berhasil dikuasai ada upaya memperluas wilayah oleh pasukan Belanda mulai dari Sidoarjo hingga Pasuruan. Menghadapi upaya tersebut pasukan Indonesia saling bekerjasama menjaga pertahanan, tetapi tidak hanya bertahan di Pasuruan. Pasukan Laskar Hizbullah bersama pejuang yang lain juga melakukan berbagai strategi gerilya di daerah Lawang dan Singosari.Â
Ketika pasukan Belanda berhasil memperluas wilayah kekuasaan hingga Pasuruan, Belanda kembali melakukan serangan linear mendadak dalam bentuk Agresi Militer I. Pada Agresi militer Belanda I pertempuran linear sangat tidak menguntungkan terutama bagi pasukan Laskar Hizbullah dan Sabilillah yang bermodal kemampuan terbatas. Anggota Laskar Hizbullah dan Sabilillah sebenarnya sudah menguatkan kemampuan bertempur sebelum kedatangan Belanda ke Malang namun karena perbedaan persenjataan tetap saja terjadi ketimpagan kemampuan.
Setelah perang di Surabaya Laskar Hizbullah dan Sabilillah terus berlatih dan menguatkan koordinasi dan kemampuan berperang di Masjid Hizbullah Singosari. Pengembangan kemampuan dilakukan dengan cara berlatih menggunakan senjata dipelataran Masjid yang ketika itu masih berupa musholla. Musholla yang berada disebelah barat Jalan Surabaya - Malang atau sekarang berada di jalan Masjid Desa Pagentan kecamatan Singosari. Para santri anggota Hizbulah juga berlatih kemampuan bela diri dipelataran masjid. Selain dipergunakan sebagai tempat pelatihan masjid Hizbullah juga tempat koordinasi apabila TKR akan menyampaikan strategi dalam menghadapi Belanda dan juga melaporkan koondisi pertempuran saat itu.
keterangan mengenai pelatihan Hizbullah di Masjid Hizbullah didapatkan berdasarkan keterangan Kyai Mashudi. Bentuk bangunan Masjid Hizbullah juga sudah berubah dari sejak awal didirikan maupun dari bentuk ketika Agresi Militer Belanda. Masjid Hizbullah sekarang berdiri dengan bentuk bangunan yang lebih baru dan banyak digunakan sebagai aktifitas ibadah masyarakat sekitar. Kegiatan masjid Hizbullah sekarang juga didominasi kegiatan keagamaan Sekolah yang ada disekitar masjid.
Setelah pada November 1945 dilaksanakan pembentukan Barisan Sabillillah dan pimpinan Sabilillah diserahkan kepada KH. Masjkur. Pimpinan Hizbullah berganti kepada KH. Nawawi Thohir yang merupakan adik ipar KH. Masjkur. Karena dua badan kelaskaran tersebut memiliki perbedaan struktur, maka sabillillah juga memiliki markas yang berbeda dengan Hizbullah. Barisan Sabilillah menempatkan markas di Masjid Sabilillah Kota Malang. Pada awal agresi militer pimpinan hizbullah dan Sabilillah menyatukan koordinasi. Penyatuan Hizbullah merupakan evaluasi dari kekalahan di Surabaya.
Setelah kalah di Surabaya dan terbentuknya MPHS maka Masjid Hizbullah juga menjadi tempat koordinasi kedua badan kelaskaran tersebut. Kondisi pada awal 1947 juga menunjukan akan terjadinya upaya penyerangan oleh Belanda setelah kekuasaan Surabaya oleh Sekutu kepada Belanda. Menanggapi kemungkinan itu komandan tertinggi Hizbullah memutuskan untuk bertempat di Malang selama masa penyerangan Belanda (Sari, Skripsi. 2015: 27). Komandan tertinggi Hizbullah KH. Zainul Arifin selama berada di Malang bertempat tinggal di tepi jalan Singosari. Rumah tersebut sekarang beralih fungsi menjadi pos pengamanan polisi lalu lintas.
DAFTAR PUSTAKAÂ