Hingga menimbulkan terbunuhnya Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby pada 30 Oktober 1945. 10 November 1945 meletus pertempuran Sekutu dan rakyat Indonesia di beberapa tempat penting di Surabaya. Pertempuran fisik menuai kemenangan di pihak Sekutu hingga rakyat dipukul mundur (Ayuhanafiq, 2013:71). Ketika Surabaya sudah dikuasai secara penuh kekuasaan lalu diberikan kepada Belanda melalui KNIL (El Kayyis,2015:198). Tetapi tidak bisa dipungkiri dunia internasional mulai menaruh perhatian kepada kemerdekaan Indonesia.
Karena pihak Inggris banyak dilibatkan upaya Belanda menguasai Indonesia kembali maka akhirnya pemerintahan Inggris melalui Sir Archibald Clark Kerr menginisiasi diadakannya perundingan antara pihak Indonesia dan Belanda. Pemerintah Indonesia memberikan syarat hanya akan melakukan perundingan jika Belanda mengakui Indonesia sebagai negara yang merdeka. Pihak Belanda masih beranggapan bahwa Indonesia sebagai wilayah jajahannya Hindia Belanda.Â
Dua perspektif ini yang menyebabkan Indonesia dan Belanda masih belum dapat dipertemukan oleh Inggris. Hingga akhirnya dari pihak Inggris digantikan oleh Lord Killearn sebagai penengah, kemudian disepakati akan diselengarakanya perundingan Linggarjati, yaitu pertemuan Indonesia dan Belanda dimoderatori Inggris disuatu rumah peristirahatan di selatan Kota Cirebon (kayyis, 2015:221). Perjanjian Linggarjati pada 15 November 1946 pihak Indonesia dan Belanda menemui beberapa kesepakatan tapi perjanjian tersebut cukup lama untuk disepakati karena baru di tanda tangani kedua belah pihak pada 25 Maret 1947 dan selama molornya perjanjian tersebut masih banyak pertempuran kecil.
Pertempuran terjadi di daerah terutama di Jawa Timur antara pasukan Belanda dan Indonesia. Pertempuran kecil tersebut merupakan upaya penyerang Belanda yang tidak lain bertujuan merebut kembali wilayah kekuasaan Belanda. Pertempuran tersebut terjadi di beberapa wilayah strategis di Jawa Timur seperti pelabuhan dan daerah jalur transportasi dari perkebunan menuju pelabuhan. Surabaya sebagai wilayah pelabuhan besar di Jawa Timur sudah dikuasai oleh Belanda, maka Belanda berusaha menguasai daerah yang subur seperti salah satunya Malang. Pertempuran terjadi Karena perbedaan interpretasi terhadap perjanjian Linggarjati terutama mengenai wilayah perbatasan kekuasaan Belanda dan Republik Indonesia.Â
Di saat pemerintah Indonesia dan Pemerintah Belanda masih melakukan perundingan. Pasukan Belanda dari Surabaya sudah mulai masuk ke Sidoarjo. Melihat sebagian besar Surabaya sudah dikuasai Inggris, Laskar Hizbullah dan pasukan pertahanan yang lain berfokus menjaga wilayah kekuasaan Indonesia yang terus dipukul mundur. Sebagaian pasukan Indonesia dipukul mundur dari Surabaya hingga ke barat dan mengungsi di Mojokerto dan akhirnya sampai ke Jombang. Sebagian lagi dipukul mundur ke selatan hingga memasuki wilayah Malang. Dalam penelitian ini akan berfokus kepada para pejuang yang dipukul mundur ke selatan Surabaya terutama Hizbullah dan Sabilillah Malang yang masih mencoba mempertahankan Malang.
Pada awalnya masjid Hizbullah merupakan musholla yang di waqaf kan oleh keluarga H. Maksum (Ayundasari. 2018:12). Haji Maksum merupakan seorang saudagar tekstil di Singosari dan juga merupakan ayah dari KH.Masjkur pemimpin tertinggi Sabilillah Malang. H. Maksum dan keluarga merupakan pengusaha sukses di Singosari. Keluarga H. Maksum memiliki pegawai yang cukup banyak sedangkan dilokasi usaha tersebut tidak memiliki tempat ibadah yang memadai. Demi untuk mempermudah ibadah pegawainya maka dibangunlah musholla dan kelak menjadi Masjid Hizbullah. Musholla tersebut sebelum pendudukan Jepang hanya diperuntukan sebagai tempat sholat para pegawai dan keluarga H. Maksum.
Seiring dengan perkembangan waktu musholla tersebut juga menjadi tempat pembelajaran agama bagi warga sekitar. Musholla tersebut kemudian berganti menjadi masjid setelah masa kemerdekaan karena kebutuhan ibadah warga sekitar. Masjid Hizbullah sejak masa Jepang menjadi tempat mengumpulkan pemuda untuk bergabung dalam Laskar Hizbullah. Karena KH.Masykur ditugaskan pimpinan masyumi untuk membentuk Hizbullah Malang pada awal perekrutan anggota. Anggota Hizbullah Malang berasal dari pondok pesantren di wilayah Malang.
 Pada perkembangannya Masyumi melaksanakan Kongres Muslimin Indonesia dengan hasil pembentukan barisan Sabilillah dengan komandannya KH. Masjkur untuk merespon Ultimatum Sekutu pada 31 Oktober 1945. Penunjukan KH. Masjkur dilatar belakangi karena beliau ketua pergerakan pemuda Masyumi. Selain itu KH. Masjkur merupakan menantu KH. Thohir pengasuh Pondok pesantren Bungkuk Singosari. Pondok merupakan salah satu pondok terbesar di Singosari jadi diharapkan dapat mengirim santri untuk bergabung dalam Sabilillah maupun Hizbullah dalam jumlah banyak.
Pasukan Hizbullah yang dilatih merupakan santri dan juga masyarakat yang akan berangkat ke Surabaya pada akhir 1945. Kondisi bangunan masjid semula terbuat dari bangunan semi permanen karena awalnya hanya berupa musholla. Musholla berada di gang kecil disebelah barat pasar Singosari. Pasar Singosari merupakan jalur penting di kecamatan Singosari.
Singosari daerah yang sekarang menjadi kecamatan Singosari berada dibagian utara kabupaten Malang. Berada dibawah kaki gunung Arjuna dan merupakan daerah yang menjadi berbatasan langsung antara Kabupaten dan Kota Malang. Bersebelahan dengan lawang disebelah utara dan Balearjosari Kota Malang disebelah selatan. Belanda pertama kali memasuki Malang melalui Lawang lalu melewati Singosari untuk dapat memasuki Kota Malang. Singosari merupakan daerah yang memiliki banyak pondok pesantren juga terdapat pondok pesantren tertua di Kabupaten Malang yang diasuh oleh mertua KH, Masykur. Maka sangat wajar jika pimpinan TKR Malang saat itu menempatkan Laskar Sabilillah dan Hizbullah menjaga pertahanan di Singosari.