ABSTRAK : Setelah bangsa Indonesia merdeka dari penjajahan Belanda. Belanda masih berusaha untuk kembali menguasai Indonesia. Belanda harus menghadapi perlawanan salah satunya dari laskar Hizbullah. Pelbagai peranan Laskar Hizbullah mempertahankan Kemerdekaan diklasifikasikan menjadi tiga peristiwa penting yaitu peranan mempertahankan Surabaya pada 1945, perlawanan laskar Hizbullah terutama pada Agresi Militer Belanda I yang berusaha meguasai Malang, peranan pada Agresi Militer Belanda II tahun 1949 meskipun keputusan pemerintah Pusat untuk merampingkan struktur Sehingga kelaskaran melebur menjadi satu dengan TNI
Kata kunci: kemerdekaan, laskar Hizbullah , karesidenan Malang
ABSTRACT : After the Indonesian people became independent from the Dutch colonialism. The Netherlands is still trying to regain control of Indonesia. The Netherlands must face resistance, one of which is from the Hezbollah army. The various roles of the Hezbollah Warriors to defend Independence were classified into three important events, namely the role of defending Surabaya in 1945, the resistance of the Hezbollah army especially in the Dutch Military Aggression I who tried to dominate Malang, the role of the Dutch Military Aggression II in 1949 despite the decision of the Central government to streamline the structure so that the class would merge become one with the TNI
Kata kunci: independent, laskar Hizbullah , Malang recedency
Imperialisme barat telah mencapai kepulauan yang membentang dari Kepulauan Maluku hingga Sumatra. Bangsa yang melakukan perluasan kekuasaan hingga kepulauan tersebut adalah Belanda. Belanda melakukan perluasan kekuasaan dengan memonopoli perdagangan sumber daya alam dan mendirikan negara koloni dikepulauan tersebut. Belanda memberikan nama Hindia Belanda namun pada perkembangannya wilayah tersebut merdeka dengan nama Indonesia. Penjajahan Belanda terhadap Indonesia menimbulkan banyak penderitaan. Ditengah penderitaan tersebut rakyat tidak mampu melawan dikarenakan tidak terdapatnya persatuan diantara rakyat yang mengalami penjajahan Belanda. Rakyat Indonesia mulai menyadari pentingnya bersatu dalam satu bangsa dan satu negara setelah pendidikan mampu diakses sebagian dari penduduk wilayah jajahan Belanda tersebut. Rakyat Indonesia yang akhirnya bersatu menjadi bangsa Indonesia karena memiliki nasib dan semangat yang sama. Semangat yang sama adalah untuk menjadi bangsa yang merdeka. Karena semangat untuk menjadi bangsa merdeka rakyat Indonesia menerima bantuan Jepang untuk mengusir Belanda. Setelah Belanda pergi keberadaan Jepang di Indonesia juga untuk melakukan pendudukan terhadap Indonesia.
Penjajahan yang dilakukan Belanda dan Jepang terhadap bangsa Indonesia menimbulkan banyak penderitaan. Hingga bangsa Indonesia mampu untuk memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Setelah proklamasi kemerdekaan pemerintah kerajaan Belanda berkerjasama dengan Sekutu dan melalui NICA (Netherlands Indies Civil Administration) masih melakukan usaha penaklukan kembali wilayah Indonesia dengan dalih menjemput penduduk Eropa yang berada di Indonesia. Usaha yang pertama Sekutu setelah proklamasi adalah dengan mendaratkan pasukan diwilayah Indonesia yang terdapat penjara Jepang untuk orang Eropa (Suratmin, 2017;94). Disaat bersamaan Laskar Hizbullah, BKR dan Pasukan perjuangan yang bersiap siaga menahan pasukan Sekutu atau AFNEI untuk masuk kedalam wilayah Indonesia. Rakyat Indonesia yang terlibat dalam pertempuran menahan AFNEI atau disebut dengan perang kemerdekaan tergabung dalam kelaskaran salah satunya laskar Hizbullah. Sebagai salah satu bentuk perjuangan rakyat maka layak peristiwa dan keterlibatan Hizbullah dalam perang kemerdekaan ditulis sebagai penelitian Sejarah.
Penelitian sebelumnya belum spesifik menjelaskan Laskar Hizbullah di wilayah Malang. Dalam melakukan penelitian mengenai Laskar Hizbullah peneliti melakuakan beberapa langkah. Peneliti perlu melakukan pengkajian kembali dari penelitian terdahulu mengenai peristiwa yang melibatkan Laskar Hizbullah. Peneliti mencari sumber data yang baru dalam menggambarkan peranan Laskar Hizbullah Malang dalam perang kemerdekaan dan juga Agresi Militer Belanda. lebih spesifik lagi peneliti melakukan kajian yang mendalam terhadap peristiwa terjadi di karesidenan Malang.
Pelbagai langkah kajian ilmiah yang dilakukan peneliti diharapakan mampu mendeskripsikan peranan Laskar Hizbullah Malang dalam perang kemerdekaan, Agresi Militer Belanda I dan agresi Milter Belanda II. Maka dilakukan penelitian “Peranan Laskar Hizbullah Malang Dalam Perang Kemerdekaan 1945-1949” Perlunya dilakukan kajian mendalam terhadap Laskar Hizbullah secara obyektif dan ilmiah. Mampu mendeskripsikan peranan Laskar Hizbullah dalam mempertahankan Surabaya ketika AFNEI bersama NICA mendarat dan merebut kemerdekaan Indonesia. Mengumpulkan data dalam arsip maupun kesaksian mengenai perjuangan Laskar Hizbullah Malang mempertahan kemerdekaan di wilayah karesidenan Malang. Keterlibatan Laskar Hizbullah Malang pada Agresi Militer Belanda II tidak dapat dipungkiri meskipun keputusan pemerintah Pusat untuk merampingkan struktur dan menambahkan kualitas keanggotaan TNI melalui pelatihan. mengakibatkan kelaskaran di karesidenan Malang sudah melebur menjadi satu dengan TNI pada Agresi Militer Belanda II
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif naratif peranan laskar Hizbullah berdasarkan data yang diperoleh dari tiga sumber data utama, yaitu wawancara, observasi, arsip dan telaah penelitian terdahulu. Wawancara dilakukan sebagai salah satu cara mencari data yang berasal dari pelaku sejarah mengenai peranan Laskar Hizbullah Malang dalam perang kemerdekaan 1945-1949. Observasi juga dilakukan terhadap arsip mengenai keterlibatan laskar Hizbullah dalam perang kemerdekan diwilayah karesidenan Malang pada khususnya dan Jawa timur pada umumnya. Observasi juga dilakukan terhadap peninggalan berupa tempat ataupun monument. Pengumpulan data juga dilakukan dengan referensi penelitian terdahulu.
HASIL
Penelitian mengenai laskar Hizbullah dilakukan dan menyimpulkan hasil bahwa Pasukan dari Malang yang dikirim pertama kali ke Surabaya adalah BKR dari resimen 38 kompi Sochifudin bersama dengan laskar Hizbullah Malang yang bertugas sekitar 14 hari di medan pertempuran. Setelah Surabaya berhasil dikuasai Belanda pada 21 Juli mulai melakukan Agresi Militer menuju Karesidenan Malang. Belanda dengan persenjataan lengkap menyerang dengan strategi kontak secara langsung (ofensif). Menurut keterangan Bapak Djoemain (2019) Pasukan Belanda langsung dihadang Pasukan Indonesia yang bertugas di Malang bagian utara yaitu Hizbullah-Sabilillah. Karena perbedaan kualitas pasukan dan persenjataan sebagian besar wilayah karesidenan Malang berhasil dikuasai Belanda terutama Kota Malang. Namun ketika Belanda berusaha menguasai lebih banyak daerah Malang ketika Agresi Militer Belanda II pemerintah melaksanakan program pelatihan peningkatan kualitas pasukan. Pelatihan di Malang dibagi menjadi dua di Ngajum untuk calon prajurit TNI dan perwira dilaksanakan di Sumbertangkep Dampit. Setelah pelatihan dilakukan struktural digabungkan menjadi satu dalam TNI, salah satunya Brigade XIII yang merupakan gabungan Kelasakaran di bawah Divisi I Jawa Timur
PEMBAHASAN
Peranan Laskar Hizbullah Malang pada Perang kemerdekaan di Surabaya 10 November 1945
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia Belanda berupaya merebut kembali kekuasaan atas Indonesia. Upaya yang dilakukan Belanda salah satunya dengan merebut kekuasaan didaerah yaitu Surabaya. Dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Surabaya sangat penting adanya dukungan rakyat. Salah satu dukungan datang dari rakyat Indonesia yang berada di Malang. Pasukan yang dikirim dari Malang terdiri dari masyarakat sipil dan pasukan yang memang terlatih untuk menghadapi perang. kelompok masyarakat sipil yang dikirim dari Malang ada kelompok kelaskaran. Ada dua kelaskaran yang berbasis pondok pesantren berdiri di Malang yaitu Sabilillah dengan kepala markas tertinggi KH. Masykur yang berasal dari Singosari Malang. Kelompok kelaskaran satunya lagi adalah Hizbullah Malang berangkat ke Surabaya dipimpin oleh KH. Nawawi Thohir dan Abbas Sato dengan Jumlah 168 Pasukan (Jauhari,28;2018). Selain itu oleh Nur hadi & Sutopo, (1997:54) diungkapkan bahwa Pasukan dari Malang yang dikirim pertama kali kali ke Surabaya ada BKR dari resimen 38 kompi Sochifudin yang bertugas sekitar 14 hari di medan pertempuran
Setelah Surabaya berhasil dikuasai Sekutu lalu diserahkan kepada Belanda, lalu Belanda masih mencoba menguasai wilayah Indonesia yang lain seperti Malang. Melihat kondisi pasukan Indonesia dengan persenjataan minim dan belum banyak pengalaman berperang melawan Belanda, sementara Belanda dengan persenjataan lengkap dan canggih. Pemerintah Indonesia berusaha melukukan upaya diplomasi dan perjanjian damai. Meski telah dilaksanakan perjanjian damai masih terus terjadi pertempuran antara pasukan Belanda dan Indonesia. Belanda bertujuan merebut kembali wilayah kekuasaan Belanda. Pertempuran tersebut terjadi di beberapa wilayah strategis di Jawa Timur seperti pelabuhan dan daerah jalur transportasi dari perkebunan menuju pelabuhan. Surabaya sebagai wilayah pelabuhan besar di Jawa Timur sudah dikuasai oleh Belanda, maka Belanda berusaha menguasai daerah yang subur seperti salah satunya Malang. Setelah perjanjian Linggarjati antara pasukan Belanda dan pemerintah Republik Indonesia masih terjadi pertempuran di antara pasukan Indonesia dan Belanda. Pertempuran berupa letupan kecil di beberapa wilayah perbatasan menurut perjanjian Linggarjati masih tetap saja terjadi. Bahkan pada 25–28 Januari 1947 saat pemerintah pusat masih berusaha berunding mengenai perjanjian damai. Pasukan Belanda dari Surabaya sudah mulai masuk ke Sidoarjo dengan menyerang pertahanan Republik Indonesia di Porong Sidoarjo, hal tersebut dilakukan untuk mendorong mundur pasukan republik. Pasukan republik terus didorong hingga Gempol, Pandaan, Lawang, yang bertujuan menguasai wilayah karesidenan Malang. (Jauhari, 2018;43)
keterlibatan Laskar Hizbullah Malang pada Agresi Militer Belanda I di Malang
Belanda mengumumkan secara terbuka tidak terikat lagi dengan perjanjian pada 20 Juli 1945 yang disampaikan Gubernur Jenderal Hindia Belanda H.J. Van Mook, Belanda mulai melakukan penyeragan atau operasi militer secara mendadak pada 21 Juli 1945 bergerak menuju Malang. Wilayah Malang menjadi target karena sifatnya sebagai daerah pertahanan, Pasukan Belanda harus menemui berbagai rintangan selama menuju Malang. Baru pada 31 Juli 1947 Belanda dapat masuk Kota Malang hingga kembali berada di bawah pendudukan Belanda dalam Agresi Militer Belanda I
Pasukan Indonesia yang terdiri dari TKR/BKR, Laskar Hizbullah-Sabillah bertahan mengahadapi serangan Belanda yang begitu mendadak. Tetapi tidak hanya bertahan di Pasuruan, pasukan laskar Hizbullah juga melakukan berbagai strategi gerilya di daerah Lawang dan Singosari. Setelah perang di Surabaya laskar Hizbullah terus berlatih dan menguatkan koordinasi dan kemampuan berperang di Masjid Hizbullah Singosari. Awalnya masjid tersebut adalah musholla yang di waqaf kan oleh Haji Mansoer seorang pengusaha besar di Singosari dan juga merupakan ayah KH. Masjkur pemimpin Sabilillah Malang.
Masjid yang berada di sebelah barat Jalan Surabaya-Malang atau sekarang berada di jalan Masjid Desa Pagentan kecamatan Singosari didaerah pasar Singosari sekarang. Menurut keterangan bapak H. Nidhom Thohir (2018) takmir masjid yang diberi nama Hizbullah. Masjid Hizbullah dulu tempat berkumpul para santri di sekitar Malang ketika pasukan Belanda mulai mengarah ke Malang. Masjid Hizbullah juga digunakan untuk tempat gemblengan atau pembekalan dalam menghadapi Belanda. Pasukan laskar-laskar masih bertahan di Singosari Malang berusaha mempertahankan wilayah kekuasaan Indonesia. Tidak jauh berbeda dengan perang Surabaya para santri terus berjuang mempertahankan wilayah Malang dengan semangat jihad seperti isi resolusi jihad. Sepanjang jalan mulai dari Lawang sampai dengan Singosari pasukan republik Indonesia terus bertahan meski harus menghadapi tank dan persenjataan yang lengkap milik Belanda.
Pasukan Belanda semakin maju memojokan pasukan dari Malang. Belanda terus menggempur dengan berbagai alat perang yang canggih dan lengkap. Pertahanan di Malang yang didominasi pasukan kelaskaran dan pejuang rakyat semesta harus berjuang sekuat tenaga dan berbagai strategi gerilya pun dilakukan. Belanda dengan persenjataan lengkap menyerang dengan strategi kontak secara langsung (ofensif). Menurut keterangan Bapak Djoemain (2019) dalam upaya menghadang pasukan Belanda Jalan dari Pasuruan menuju Malang. Pasukan Belanda tidak hanya langsung dihadang Pasukan Indonesia yang bertugas di Malang bagian utara yaitu Hizbullah-Sabilillah. Sepanjang jalan juga ditutup dengan barikade benda-benda yang ada dirumah penduduk sekitar, namun sebagai antisipasi Belanda berhasil masuk ke Kota Malang direncankan Strategi bumi hangus apabila Belanda mulai mendekat garis pertahanan. Strategi bumi hangus dari tentara Indonesia akhirnya ditetapkan untuk membatasi gerak musuh juga meminimalkan pengejaran pihak Belanda terhadap pejuang Indonesia ( keterangan bapak djoemain, 2019)
Secara strategis operasi militer ini sengaja dijalankan pada bulan Ramadan 1366 H, saat umat Islam beribadah lebih fokus lagi, yang ingin dihancurkan oleh Belanda bukan pemerintahan RI, melainkan basis kekuatan milisi-milisi lokal. Khususnya Hizbullah dan Sabilillah, sebab Jawa Timur adalah basis utama dua kekuatan ini.Tepat pada pukul 03.00 tanggal 31 Juli 1947, pasukan Belanda mulai menyerbu Kota Malang dengan kendaraan berat dan persenjataan lengkap. Pasukan Belanda cukup mudah memasuki Kota Malang sebab kota ini telah dikosongkan oleh Komando Divisi Untung Suropati dan Kota Malang dinyatakan sebagai kota terbuka. Pasukan Belanda berhasil merangsek masuk ke Kota Malang dari Lawang mereka bergerak menerobos kepusat Kota Malang. Belanda berniat menguasai kembali kota ini. Akan tetapi, Malang yang telah dibakar dan dikosongkan tak berarti pasukan Belanda bisa mendudukinya tanpa perlawanan dari rakyat.
Perlawanan sengit hanya terjadi sejak masuk sisi utara Kabupaten Malang, sepanjang jalan raya Lawang-Malang tank-tank musuh dihadang dengan berbagai rintangan dan pasukan Belanda dihujani senapan mesin oleh TNI dan laskar-laskar. Pertempuran penghadangan tentara Belanda juga terjadi di Singosari di mana empat prajurit Belanda menjadi korban jebakan bom. Pasukan Hizbullah-Sabillah yang bertahan dari Singosari yaitu markas Masjid Hizbullah di Singosari, menghadang puluhan tank, punser dan ratusan pasukan Belanda bersenjata lengkap. Anggota Hizbullah-Sabillillah bertahan dengan senjata yang ada mulai dari rampasan sampai hanya kerikil asma’ dari kyai, jadi sangat mungkin jatuh korban yang berjumlah ratusan. Dari banyaknya jumlah pejuang yang mati syahid sampai berakhir di Masjid Sabilillah Kota Malang. Peristiwa tersebut juga tidak tertulis secara umum seperti meninggalnya KH. Malik di Buring. Masih harus diteliti kembali bagamana peristiwa besar ini tidak tertulis dengan baik. namun kesaksian dan cerita dari para narasumber
mengatakan bahwa tidak mungkin kekalahan tersebut di tulis sebagai suatu cerita perjuangan karena mengambarkan kekalahan yang besar
keterlibatan Laskar Hizbullah Malang pada Agresi Militer Belanda II Malang
Berbeda dengan saat Agresi Militer Belanda I pertahan Indonesia belum siap apalagi setelah kekalahan dari AFNEI di Surabaya menyebabkan kondisi pasukan yang kurang kuat dan sigap menghadapi serangan musuh. Periode tahun 1947 adalah penguatran barisan dan struktur mulai dari pusat hingga bawah, pada tahun ini telah ditetap penyatuan organisasi kelaskaran dan seluruh barisan bersajata menjadi TNI. Seluruh angkatan bersenjata setelah pelbagai keputusan pemerintah Republik Indonesia meski ada pro dan kontra tetap menjadi satu dibawah komando panglima tertinggi Jenderal Besar Sudirman
Wilayah karesidenan Malang menanggapi A.H. Nasution selaku panglima teritorium Jawa mengeluarkan Perintah siasat No.1 membentuk tiga komando markas gerilya yang bersifat mobil : MG 1 dipimpin oleh Mayor Hamid Rusdi beroperas di utara garis perbatasan sampai Pasuruan. MG II dipimpin Mayor Susanto beroperasi di lereng Semeru, MG III dipimpin Mayor Muchlas Rowie beroperasi di utara garis perbatasan yang meliputi wilayah Malang Selatan (Jauhari,55;2018). Strategi ini terbukti berhasil karena menyulitkan Belanda sehingga ketika Agresi Militer Belanda II tidak mampu merebut kekuasan pemerintah Kota Malang. Menurut keterangan Bapak Djoemain pasukan Belanda hanya mampu masuk di Kepanjen sebagai pusat pemerintahan Keresidenan Malang, namun pemerintahan sendiri sesuai surat No.1MBKD/48 melalukan sistem pemerintah militer yang bergerilya mengahadapi serangan mendadak Belanda.
Hizbullah-Sabilillah Malang beranggapan bahwa perjuangan tidak hanya harus mengikuti keanggotan karena dengan berjuang di sekeliling masyarakat juga merupakan bentuk berjihad di jalan Allah Laskar Hizbullah–Sabilillah Malang juga menyatu dalam struktural TNI. Pada konsolidasai pertama Hizbulah-Sabillah Malang TNI Teritorial Sunan Giri menjadi TNI-tertorial Brigade XIII Batalion 12,7 dibawah komando KH oemar Maksoem dan TNI Teritorial Sultan Agung menjadi TNI territorial Brigade XIII Batalion 96 dibawah pimpina KH. Dimyati, Brigade XIII merupakan gabungan Kelasakaran di bawah Divisi I Jawa Timur. Lalu setelah penjajian Renville tepatnya pada bulan Mei 1948 TNI Melakukan Konsolidasi lagi dengan menyelengarakan pelatihan kepada anggota yang berasal dari satuan kelaskaran yang berasal dari Malang (Jauhari, 2018;49)
Selain melakukan beberapa strategi diplomasi pemerintah pusat mengantisipasi serangan atau Agresi Militer Belanda dengan melakukan ReRa (Restrukturasi dan Rasionalisasi) yang berakibat perampingan terhadap keanggotaan TNI. Pelatihan dilakukan TNI sebagai upaya penguatan kualitas anggota juga merampingkan keanggotaan dengan cara yang tidak lulus pelatihan tidak dapat meneruskan untuk menjadi anggota TNI. Kebijakan pemerintah mendapat respon positif dan negatif dari kalangan pejuang kemerdekaan dari kelompok kelaskaran. Laskar Hizbullah-Sabilillah Malang sendiri sudah memutuskan untuk mengikuti keputusan pemerintah dengan menyeleksi keanggotaan melalui pelatihan. Pelatihan di Malang dibagi menjadi dua di Ngajum untuk calon prajurit TNI sedangkan untuk perwira dilaksanakan di Sumbertangkep Dampit.
Akhir Agresi Militer Belanda adalah ketika pandangan masyarakat dunia semakin memburuk terhadap sikap yang diambil Belanda. Setelah sebelumnya pada Agresi Militer Belanda pertama Belanda mendapat teguran dari PBB. Begitu juga lebih parah lagi karena Belanda langsung menguasai dengan menyerang Ibu kota Republik Indonesia akhirnya PBB mengambil sikap dan Belanda dan Indonesia sepakat melakukan genjatan kembali pada 3 Agustus 1949. Setelah genjatan senjata disepakati akan dilakukanya perundingan kembali antara Indonesia dan Belanda. perjanjian pertama yang dilakukan adalah perjanjian Roem-Royen dilakukan di Jakarta atas prakarsa PBB. Hasil pernjajian adalah kan dilakukan perundingan lebih intens. Perundingan lanjutan terselenggarah pada 27 Desember 1949 di Den Haag Belanda perjanjian tersebut terkenal dengan Konferensi Meja Bundar.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
Laskar Hizbullah Malang berangkat ke Surabaya dipimpin oleh KH. Nawawi Thohir dan Abbas Sato dengan Jumlah 168 Pasukan (Jauhari,28;2018). Selain itu oleh Nur hadi & Sutopo, (1997:54) diungkapkan bahwa Pasukan dari Malang yang dikirim pertama kali kali ke Surabaya ada BKR dari resimen 38 kompi Sochifudin yang bertugas sekitar 14 hari di medan pertempuran.
Laskar Hizbullah-Sabillah bertahan mengahadapi serangan Belanda di daerah Lawang dan Singosari. Masjid Hizbullah dulu tempat berkumpul para santri di sekitar Malang ketika pasukan Belanda mulai mengarah ke Malang. Masjid Hizbullah juga digunakan untuk tempat gemblengan atau pembekalan dalam menghadapi Belanda. Belanda dengan persenjataan lengkap menyerang dengan strategi kontak secara langsung (ofensif). Menurut keterangan Bapak Djoemain (2019) dalam upaya menghadang pasukan Belanda Jalan dari Pasuruan menuju Malang. Pasukan Belanda tidak hanya langsung dihadang Pasukan Indonesia yang bertugas di Malang bagian utara yaitu Hizbullah-Sabilillah. Sepanjang jalan juga ditutup dengan barikade benda-benda yang ada dirumah penduduk sekitar
Setelah Agresi Militer Belanda I pemerintah Indonesia melakukan peninggkatan kualitas dan perampingan Struktur melalui pelatihan. Pelatihan di Malang dibagi menjadi dua di Ngajum untuk calon prajurit TNI sedangkan untuk perwira dilaksanakan di Sumbertangkep Dampit. Pada konsolidasai pertama Hizbulah-Sabillah Malang TNI Teritorial Sunan Giri menjadi TNI-tertorial Brigade XIII Batalion 12,7 dibawah komando KH oemar Maksoem dan TNI Teritorial Sultan Agung menjadi TNI territorial Brigade XIII Batalion 96 dibawah pimpina KH. Dimyati, Brigade XIII merupakan gabungan Kelasakaran di bawah Divisi I Jawa Timur
DAFTAR PUSTAKA
Ayuhanafiq. 2013. Garis depan pertempuran laskar Hizbullah 1945-1950. Mojokerto : Azza Grafika
Bustami, Abdul Latif dan Tim Sejarahwan Tebuireng. 2015. Resolusi Jihad perjuangan Ulama: dari Menegakkan Agama Hingga Negara, Jawa Timur: Pustaka Tebuireng
Benda, Harry J. 1985. The Crescent and The Rising Sun : Indonesian Islam under the japanese occupation 1942-1945, penerjemah : Daniel Dhakidae ; Cet. 2 – Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya
Hadi, Nur dan Sutopo. 1997. Perjuangan Total Brigade IV Pada Perang Kemerdekaan Di Karesidenan Malang, Publisher : Malang : Penerbit IKIP Malang
Hutagulung, Batara R. 2018. Indonesia tidak pernah dijajah. Yogyakarta: Matapadi Presindo
Jauhari, Najib. 2000 Laskar Sabilillah Malang dalam perang kemerdekan kajian Historis dan edukatif. Skripsi. Malang : Universitas Negeri Malang diterbitkan oleh Percetakan Universitas Negeri Malang dalam judul “KH.MASJKUR : Laskar Sabilillah Dan Heroisme Santri“
Joehanda, Wawan K. 2017 YOGJAKARTA : mereka (pernah) disini desember 1948 juni 1949 Yogjakarta : Matapadi
Kholili, Muhammad. 2013. Perjuangan K.H. Malik dalam mempertahankan kemerdekaan di Kota Malang. Skripsi. Malang : IKIP Budi Utomo Malang
Kuntowijaya. 2001. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.
Kayyis, Isno. 2015 Perjuangan Laskar Hizbullah di Jawa Timur. Jombang : Pustaka Tebuireng
Latief, Hasyim. 1995. Laskar Hizbullah Berjuang Menegakkan Negara RI, Jakarta :LTNU PBNU.
Nur, Muhammad Kholid. 2017. Studi tentang peran laskar Hizbullah Jombang pada peristiwa 10 november 1945 di Surabaya. Jurnal .Kediri : Universitas Nusantara PGRI kediri tahun 2017
Nasution. Abdul Haris.1978. Sekitar Perang Kemerdekaan 1945-1950 Jilid II. Jakarta : Azza Grafika
Nasution. Abdul Haris.1978. Sekitar Perang Kemerdekaan 1945-1950 Jilid III. Jakarta : Azza Grafika
Nasution. Abdul Haris.1978. Sekitar Perang Kemerdekaan 1945-1950 Jilid IV. Jakarta : Azza Grafika
Nasution. Abdul Haris.1978. Sekitar Perang Kemerdekaan 1945-1950 Jilid V. Jakarta : Azza Grafika
Nasution. Abdul Haris.1978. Sekitar Perang Kemerdekaan 1945-1950 Jilid VI. Jakarta : Azza Grafika
Oktorino. Nino.2019. HEIHo:Barisan pejuang Indonesia yang terlupakan. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo
Oostindie, Gert 2016 Serdadu Belanda di Indonesia 1945-1950: Kesaksian perang pada sisi sejarah yang salah penerjemah: Susi Moeimam, Nurhayu Santoso, dan Maya Sutedja-Liem; Cet. 1 – Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia; KITLV-Jakarta
Sartono, dkk . 2013. Sejarah Nasional Indonesia Jilid IV. Jakarta : Pustaka.
Sjamsuddin, Helius. 1996. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H