Kutuliskan sedikit rindu ini
Berharap istriku tak pernah tahu
Apalagi tentu anakku yang berharap dirikulah naungannya
Tentang besarnya rinduku tak mungkin ku ungkapkan sekarang
atau untuk bertahun-tahun dari hari ini
Tentang janji yang pernah ku ikrar
dalam gemuruh terbakarnya hati
dan percayalah sampai sekarangpun masih
Kau selalu hadir dalam setiap bisikan hatiku
Kau selalu menjelma ketika aku bersama istriku
Setiap deraian tawa bahagia anakku kau selalu bersimpuh
Tetes sari pati kunyahanku yang kurasakan hanyalah dirimu
Memang kita bertemu baru sebulan yang lalu
dan ceritamu yang tak pernah kau ungkap selalu memburu
cerita tanpa ataupun bersama diriku
Sangat tergambar walau sedikit berdebu
Keanggunan agamamu yang dulu kubermakmum kepadamu kian tersayat oleh korupsi
Ilmu Kekebalan yang kau pernah ajarkan kian luntur karena syirik
Indah tutur katamu yang dulu sering kau desahkan ditelingaku kian terkikis oleh kerakusan
Keseimbangan seni bela diri yang pernah kau kenalkan kian limbung oleh kecongkakan
Pengarunya sangat dalam terhadap hidupmu
Pilihanmu untuk bersamanya kian menjerembabmu
Dan bulan depan dia akan kembali untuk meminangmu
Sangat tergambar walau sedikit berdebu
dan ceritamu yang tak pernah kau ungkap selalu memburu
Rinduku sekarang bukan ingin merengkuhmu
Rinduku sekarang bukan ingin menciummu
Apalagi mengambil hatimu
Tapi...
Membersihkan gambar yang sedikit berdebu
dan membebaskan ceritamu yang tak pernah kau ungkap agar tak selalu memburu
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pojok Robin Run-09/10/11-70 derajat
Untukmu Banten-ku
Kuharap kau memilih yang terbaik untukmu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H